Seperti Apa Kehidupan Para Lansia di Era Yunani dan Romawi Kuno?

By Sysilia Tanhati, Senin, 10 Juni 2024 | 13:40 WIB
Pengalaman usia lanjut pada era Yunani dan Romawi kuno , dan sejauh mana lansia disingkirkan, bergantung pada kekayaan, gender, dan kelas sosial. (Matthias Kabel/CC BY-SA 3.0)

Usia tua digambarkan secara ambivalen dalam mitologi Yunani dan Romawi. Geras, dewa usia tua dalam mitologi Yunani, dan rekannya dari Romawi Senectus adalah sosok. Mitos Tithonus, seorang pria yang diberi hidup abadi oleh para dewa namun tidak awet muda.

Baca Juga: Bagaimana Orang Romawi Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Tubuh?

Kisahnya menimbulkan ketakutan akan penuaan. Namun tokoh mitologi lainnya, seperti Nestor, terbukti semakin bertambah kekuatan dan pengetahuannya seiring bertambahnya usia.

Diskriminasi

Ada perbedaan penggambaran pria dan wanita yang berusia lanjut dalam sastra Yunani dan Romawi. Hal itu dengan norma-norma sosial patriarki di Mediterania. Peran utama perempuan di dunia Romawi adalah sebagai istri dan ibu. Karena itu, mereka berisiko lebih besar menjadi terpinggirkan secara sosial ketika daya tarik seks dan kemampuan reproduksi menurun.

Wanita juga diyakini menua lebih cepat dibandingkan pria. Hal ini umumnya dijelaskan melalui gagasan bahwa tubuh dan pikiran mereka secara alami lebih lemah. Meskipun demikian, para penulis medis biasanya mengabaikan wanita dalam risalah mereka tentang usia tua. Mereka lebih memilih untuk fokus pada penyakit yang berkaitan dengan usia yang menyerang pria.

Wanita di Yunani dan Romawi kuno sering kali hidup jauh lebih lama dibandingkan suami mereka. Jadi merupakan hal yang umum bagi wanita untuk menjadi janda di usia paruh baya atau lanjut usia.

Setelah itu mereka bergantung pada anak-anak untuk mendapatkan nafkah. Jika janda yang lebih tua menikah lagi, hal ini dapat menimbulkan perselisihan antara suami baru dan anak-anak mereka yang sudah dewasa. “Terutama terkait kendali atas warisan wanita tersebut,” tambah King.

Sistem pendukung lansia

Pada zaman dahulu, tidak ada sistem dukungan pemerintah bagi para lansia. Maka, jaringan kekerabatan sering kali menjadi satu-satunya sumber perawatan bagi para lansia.

Budaya Yunani dan Romawi sangat menjunjung tinggi kesalehan anak. Di masa itu, ada kewajiban sosial dan moral yang dimiliki anak terhadap orang tuanya. Sesuai dengan nilai-nilai tersebut, orang dewasa diharapkan untuk merawat orang tuanya di hari tua. Orang yang terhormat akan mencukupi kebutuhan pokok orang tuanya dan memberikan pendampingan sosial kepada mereka.

Kebanyakan orang tinggal dalam rumah tangga multigenerasi. Hal ini memudahkan mereka untuk menghidupi kerabat mereka yang lebih tua. Sangatlah memalukan jika seseorang mengabaikan orang tuanya yang sudah lanjut usia.

Di sebagian kalangan masyarakat, orang tua dapat mengambil tindakan hukum terhadap anak atau ahli warisnya jika mereka tidak mendapatkan perawatan yang memadai.

Orang tua pada umumnya berupaya meningkatkan prospek ekonomi anak-anak mereka dengan memberikan pendidikan. Selain itu juga mengatur pernikahan yang bermanfaat bagi mereka. Hal ini juga lazim bagi orang tua untuk mewariskan harta kepada ahli warisnya ketika mereka masih hidup. Tujuannya adalah untuk membantu biaya perawatan mereka.

Baca Juga: Byzas, Pendiri Bizantium yang Diceritakan dalam Mitologi Yunani

Keluarga bangsawan dapat lebih mudah merawat kerabat lanjut usia dan cacat dengan bantuan para pembantu. Mereka dapat meningkatkan kualitas hidup seluruh anggota keluarga.

Seseorang yang tidak memiliki anak atau cucu masih dapat mengandalkan dukungan pasangannya. Budak yang dibebaskan juga mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi mantan majikannya di hari tua. Kewajiban sosial yang tumpang tindih ini berarti bahwa sebagian besar orang mendapat bantuan dalam menjalani kehidupan mereka di kemudian hari.