Perkembangan Teh Menjadi Seni dan Bagian Penting dalam Budaya Jepang

By Sysilia Tanhati, Selasa, 18 Juni 2024 | 16:00 WIB
Di Kekaisaran Jepang pada abad pertengahan, teh begitu populer pada abad ke-13. Kebiasaan minum teh pun berkembang menjadi ritual penting dalam budaya Jepang. (Public Domain)

Seni dan ritual tersebut kemudian dikenal sebagai upacara minum teh Jepang. Teh ditampilkan dalam banyak genre seni Jepang seperti sastra, teater, lukisan, dan kaligrafi.

Upacara minum teh di Jepang disebut chanoyu, yang berarti "air panas untuk teh". Atau juga chado atau sado, yang berarti "cara minum teh". Pesta teh dimulai dengan acara yang cukup riuh di mana para tamu mencoba menebak jenis teh yang mereka minum.

Namun shogun abad ke-15 Ashikaga Yoshimasa menghentikan semua itu. Ia menjadikan semuanya jauh lebih tenang. Pada akhirnya, upacara minum teh menawarkan kepada kelas penguasa sebuah tempat yang sempurna untuk melakukan percakapan rahasia.

Upacara ini melambangkan prinsip estetika Jepang wabi, yaitu nilai yang diberikan pada apresiasi keindahan dan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan wabi pada upacara minum teh dilakukan oleh biksu dan ahli teh abad ke-16 Sen no Rikyu (1522-1591). Namun beberapa sejarawan lebih memilih Murata Shuko (1422-1502), biksu Buddha Zen semi-legendaris, sebagai sumber inspirasi pertama.

Bagaimanapun, tampaknya beberapa ahli teh selama bertahun-tahun membantu berkembangnya upacara minum teh.

Rikyu adalah pembawa acara minum teh yang melayani panglima perang Oda Nobunaga dan penggantinya Toyotomi Hideyoshi. “Rikyu lebih dari sekadar pembuat teh dan menjadi penasihat penting bagi majikannya,” ungkap Cartwright.

Dipicu oleh alasan inilah diplomasi Kekaisaran Jepang kemudian disebut 'politik teh'. Politik teh memunculkan penggunaan ahli teh dalam negosiasi politik serta dalam upacara pemerintahan.

Rikyu, selain menanamkan estetika wabi pada acara minum teh, juga memperkecil ruang teh. Ia menyederhanakan proses dan mempromosikan penggunaan bunga yang ditata dengan cermat (ikebana). Keberadaan bunga itu menciptakan suasana tenang yang pas.

Para majikan Rikyu meminum teh ketika bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Hideyoshi terkenal mengadakan pesta teh sepanjang hari untuk 800 tamu, Pesta Teh Kitano. Perjamuan itu diselenggarakan untuk merayakan kemenangan militernya di Kyushu pada tahun 1587.

Saat perjamuan, Hideyoshi juga membangun dua kedai teh. Satu dengan gaya pedesaan tradisional dan, sangat kontras dengan konvensi, yang kedua portabel yang berkilau dengan penyepuhan eksterior dan interior.

Baca Juga: Awalnya Jadi Stimulan para Biksu, Ini Sejarah Teh Hijau di Kekaisaran Jepang