Dunia Hewan: Shoebill, Burung Langka yang Dianggap Pembawa Sial

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 15 Juni 2024 | 13:00 WIB
Shoebill adalah burung besar berkaki panjang dengan bentuk paruh yang mirip dengan sepatu besar. (EUGENIO BARBOZA/Pexels)

Baca Juga: Fenghuang, Legenda Burung Phoenix yang Populer dalam Mitologi Tiongkok

Shoebill adalah salah satu burung yang terbang paling lambat. Sayap mereka menghasilkan sekitar 150 kepakan per menit. Bandingkan dengan rata-rata burung yang menghasilkan 70 kepakan sayap per detik yang berarti 4000 kepakan per menit.

Meski dinilai sebagai induk teladang, shoebill sebenarnya merupakan burung penyendiri. Jarang ditemukan mereka dalam kelompok besar.

Sarang mereka tersebar jarang dan jarak antara satu sarang dengan sarang lainnya bisa antara 2 hingga 4 kilometer persegi. Burung-burung tersebut memastikan bahwa mereka melindungi dan mempertahankan wilayah mereka dari musuh, penyusup, dan shoebill lainnya.

Terancam punah

Shoebill adalah salah satu spesies burung yang paling dicari di dunia oleh para pencinta burung dan wisatawan. Pasalnya, mereka memiliki penampilan yang khas. Untuk melihat sekilas burung langka ini di alam liar, Anda mungkin harus melakukan perjalanan ke Afrika.

Dalam sebagian besar kasus, Anda mungkin diharuskan membayar sejumlah biaya kepada pihak berwenang setempat. Tujuannya agar dapat mengakses lokasi di mana burung-burung tersebut ditemukan.

Pemandu pengamatan burung yang terlatih akan ditugaskan untuk membawa wisatawan menemukan burung yang sulit ditangkap. Tempat terbaik untuk mengamati shoebill bisa dibilang adalah Suaka Lahan Basah Mabamba di Uganda.

Bangau shoebill adalah burung yang sulit ditangkap. Dan oleh karena itu, sulit untuk mengetahui jumlah pastinya. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) memperkirakan terdapat sekitar 3.000 hingga 5.000 ekor shoebill yang tersisa di dunia, dan menaruh status konservasinya pada label "rentan".

Shoebill mungkin berada di ambang kepunahan karena perburuan liar dan intrusi terhadap habitat aslinya. Ada beberapa komunitas di Afrika yang menganggapnya sebagai pertanda buruk.

"Mereka percaya jika kehadirannya akan membawa kesialan bagi nelayan," tulis Justin Andress di laman Ranker. Karena itu, sebagian kelompok akan membunuh shoebill kapan pun ada kesempatan. Ironisnya, praktik-praktik ini telah menyebabkan punahnya burung-burung di banyak wilayah Afrika.

Secara global, permintaan shoebill juga tinggi karena beberapa alasan. Mereka dipelihara sebagai hewan peliharaan, dipajang di kebun binatang dan dibunuh untuk tujuan pengobatan. Seekor shoebill dijual dengan harga antara 10.000 hingga 20.000 dolar AS. Jumlah tersebut memikat para pemburu liar untuk memburu burung-burung tersebut untuk dijual.

Shoebill jarang berkembang biak saat di penangkaran meski sengaja dipasangkan. Tapi ancaman terbesar bagi shoebill berasal dari perusakan habitat alami mereka. Manusia melanggar habitat aslinya untuk menciptakan lahan untuk pertanian, permukiman, dan bahkan penggembalaan hewan.

Baca Juga: Shoebill, Burung Unik yang Punya Paruh Mirip Sepatu, Terancam Punah

Masuknya hewan peliharaan ke dekat habitat shoebill menyebabkan rusaknya sarang dan telur shoebill yang sedang dierami. Bila tidak diambil tindakan tegas, bukan tidak mungkin shoebill kelak tinggal nama saja.