Mengapa Bulan Dianggap Sebagai Satelit Alami Bumi? Ini Alasannya

By Ade S, Minggu, 16 Juni 2024 | 16:03 WIB
Temukan jawaban mengapa Bulan dianggap sebagai satelit alami Bumi dan jelajahi fakta-fakta menarik di balik fenomena ini. (Gregory H. Revera)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda mengamati langit malam dan terpana dengan keindahan Bulan? Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa Bulan selalu menemani Bumi?

Jawabannya sederhana: Bulan dianggap sebagai satelit alami Bumi. Namun, tahukah Anda alasan dari status tersebut? Artikel berikut ini akan mengupasnya.

Sebelum membahas mengenai bulan, mari kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan satelit. Melansir NASA, satelit merupakan objek yang bergerak mengelilingi sebuah entitas yang lebih besar.

Sementara satelit alami adalah benda-benda angkasa yang beredar di sekitar entitas yang lebih besar di ruang angkasa. Bulan, sebagai contoh, dianggap sebagai satelit alami Bumi karena ia mengorbit sekitar planet kita.

Di sisi lain, satelit buatan adalah satelit yang dirancang dan dibuat oleh manusia, kemudian diluncurkan ke orbit melalui roket. Saat ini, ada ribuan satelit buatan yang beredar mengorbit Bumi.

Sebuah bulan, yang ditulis dengan 'b' kecil, merujuk pada setiap objek besar yang bergerak mengelilingi sebuah planet. Planet kita, Bumi, memiliki satu bulan yang secara khusus dikenal dengan nama Bulan, ditulis dengan 'B' besar.

Periode Orbit Bulan

Dalam perjalanannya mengelilingi Bumi, Bulan memerlukan waktu sekitar 27,3 hari untuk menyelesaikan satu orbit penuh, bergerak dengan laju orbit sekitar 1 kilometer per detik.

Namun, interval antara satu bulan purnama ke bulan purnama berikutnya adalah 29,5 hari, yang disebut periode sinodik. Perbedaan waktu ini terjadi karena pergeseran sudut yang diakibatkan oleh orbit Bumi mengelilingi Matahari.

Diagram perbedaan antara bulan sideris dan bulan sinodik (Science Learning Hub)

Diagram ini menjelaskan perbedaan antara bulan sideris dan bulan sinodik. Satu orbit penuh Bumi membutuhkan waktu 27,32 hari—ini adalah bulan sideris. Sementara itu, dari satu bulan purnama ke bulan purnama berikutnya memakan waktu 29,53 hari—ini adalah bulan sinodik.

Baca Juga: Apa Itu Fenomena Apogee di Bulan, Bisa Memicu Terjadinya Bencana?

Bulan tampak bergerak melintasi langit dari timur ke barat, sejalan dengan arah pergerakan Matahari. Namun, gerakan ini sebenarnya adalah ilusi optik dan bukanlah gerakan nyata Bulan.

Sebaliknya, Bulan benar-benar mengorbit Bumi dari barat ke timur. Penampakan Bulan terbit di timur dan terbenam di barat sebenarnya disebabkan oleh rotasi Bumi yang sangat cepat pada sumbunya.

Bumi berputar sekali setiap hari, sedangkan Bulan mengorbit Bumi sekali setiap 27,3 hari. Ini berarti bahwa gerakan orbit nyata Bulan mengelilingi Bumi hanya dapat diamati secara tidak langsung.

Jarak yang ditempuh oleh Bulan dalam satu hari dapat ditentukan dengan membandingkan posisi Bulan di langit pada suatu waktu dengan posisi baru tepat 24 jam kemudian.

Sementara untuk gerakan semu Bulan dari malam ke malam dapat diamati sebagai perpindahan sekitar 13° ke arah timur setiap malamnya, yang kurang lebih sama dengan 26 kali diameter Bulan itu sendiri.

Bulan-bulan Lain di Tata Surya Kita

Pada tahun 1610, Galileo Galilei melakukan penemuan monumental ketika ia mengidentifikasi bulan terbesar yang mengorbit Jupiter. Seorang astronom kontemporer, Simon Marius, memberikan nama-nama Io, Europa, Ganymede, dan Callisto kepada bulan-bulan tersebut.

Semua nama tersebut mengambil inspirasi dari para kekasih Zeus dalam mitologi Yunani kuno. Zeus sendiri dikenal sebagai Raja Dewa dan Manusia dalam mitos tersebut.

Saat ini, Jupiter diketahui memiliki 53 bulan dengan nama resmi dan 26 lagi yang masih menunggu penamaan. Secara keseluruhan, diperkirakan Jupiter memiliki sekitar 79 bulan.

Satelit lain di tata surya kita. (Science Learning Hub)

Hampir semua planet di Tata Surya kita—kecuali Venus dan Merkurius—memiliki satelit alami yang kita kenal sebagai bulan.

Planet-planet, asteroid-asteroid, dan komet-komet yang mengorbit sekitar bintang seperti Matahari pada dasarnya dapat dianggap sebagai satelit alami.

Tata Surya kita terdiri dari delapan planet resmi serta jutaan planet minor, asteroid-asteroid, komet-komet, dan objek-objek lainnya yang semuanya beredar mengelilingi Matahari. Semua ini merupakan bagian dari kelompok satelit alami.

Gravitasi adalah kekuatan yang memegang semua satelit alami ini dalam orbit mereka sekitar objek yang mereka orbit.

Dalam orbit elips, istilah perihelion digunakan untuk mendeskripsikan titik orbit terdekat dengan Matahari, sementara aphelion merujuk pada titik orbit terjauh dari Matahari.

Dengan memahami bagaimana solusi yang dapat ditawarkan untuk menangani polusi udara yang terjadi, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi satelit alami kita. Mari kita berkomitmen pada tindakan yang berkelanjutan demi masa depan Bumi dan Bulan.