Dunia Hewan: Paus dan Lumba-lumba Diburu Secara Aktif pada Era Romawi?

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 19 Juni 2024 | 16:00 WIB
One Hundred Years Ago: Catching a Whale off Deptford Pier, London” From the Illustrated London News – Saturday 31 October 1942. (Illustrated London News/Mary Evans Picture Library)

Nationalgeographic.co.id—Paus, lumba-lumba, dan pesut, yang secara kolektif dikenal sebagai Cetacea, telah lama menjadi makhluk yang menarik perhatian manusia.

Kehadiran mereka yang mengagumkan di lautan telah mengilhami berbagai cerita dan mitos, serta menjadi sumber daya penting bagi peradaban manusia selama berabad-abad.

Namun, bagaimana Cetacea dieksploitasi di masa lalu, terutama di kota besar seperti London pada era Romawi dan abad pertengahan, masih menjadi misteri yang menarik untuk diungkap.

Youri van den Hurk bersama rekan penelitiannya, Kevin Rielly, dan Mike Buckley, melakukan penelitian terkait eksploitasi catecea di London Era Romawi dan Abad Pertengahan. Penelitiannya terbit dalam jurnal Journal of Archaeological Science, pada 2021 silam.

Cetacea dalam Sejarah London

Dalam catatan sejarah, Cetacea sering kali muncul dalam konteks yang beragam. Di Inggris abad pertengahan, Cetacea dianggap sebagai "Royal Fish" atau "Ikan Kerajaan".

"Cetacea yang terdampar di pantai Inggris diperlakukan dengan cara yang sama seperti bangkai kapal; seperti yang tercatat dalam Leges Henrici Primi," kata Yori, penulis utama peneltian tersebut.

Perlu Anda ketahui, bahwa di masa itu, benda-benda yang dianggap sebagai "bangkai kapal dan benda-benda yang terombang-ambing di laut" adalah hak raja. Hal inilah yang menjelaskan mengapa catacea kemudian dikenal sebagai "Ikan Kerajaan".

Kendati demikian, Cetacea yang terdampar seringkali menjadi rebutan antara raja, ratu, bangsawan dan pemuka agama yang memiliki wilayah kekuasaan di pesisir tempat paus tersebut terdampar.

Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah apakah mamalia laut ini hanya dimanfaatkan ketika terdampar atau juga diburu secara aktif?

Beberapa sumber sejarah mengindikasikan adanya perburuan aktif terhadap Ordo Cetacea. Kegiatan ini dianggap sangat menguntungkan nelayan namun juga berisiko tinggi.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Pesta Liar Era Romawi dan Yunani Kuno, Seberapa Buruk?

Salah satu sumber yang digunakan untuk mendukung argumen ini adalah Ælfric's Colloquy, sebuah dokumen dari abad ke-10 Masehi.

Dalam dokumen tersebut, seorang nelayan berdialog dengan seorang guru tentang pekerjaannya. Ketika ditanya apakah dia pernah mempertimbangkan untuk menangkap paus, nelayan tersebut menjawab:

"...adalah bisnis yang berisiko menangkap paus. Lebih aman bagi saya untuk pergi ke sungai dengan perahu saya, daripada pergi berburu paus dengan banyak perahu... Saya lebih suka menangkap ikan yang bisa saya bunuh, daripada ikan yang bisa menenggelamkan atau membunuh tidak hanya saya tetapi juga teman saya dengan satu pukulan."

Namun, dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "banyak yang menangkap paus dan mendapat untung besar darinya".

Namun, bukti arkeologis menunjukkan bahwa sebagian besar paus yang ditemukan di London kemungkinan besar berasal dari paus yang terdampar dan kemudian dimanfaatkan oleh penduduk setempat.

Cetacea dan Masyarakat London

Kehadiran tulang Cetacea di situs-situs keagamaan seperti Bermondsey Abbey dan Westminster Abbey menunjukkan bahwa daging paus, lumba-lumba, dan pesut mungkin menjadi bagian dari makanan kaum elit, terutama para biarawan. Hal ini didukung oleh sumber-sumber sejarah yang menyebutkan bahwa paus sering dikaitkan dengan institusi keagamaan.

Namun, beberapa sumber juga menunjukkan bahwa konsumsi daging Cetacea tidak hanya terjadi di kalangan elit.

"Sumber lain dari periode yang sama menunjukkan bahwa para pedagang menjual daging paus di pasar-pasar lokal di London, menunjukkan bahwa beberapa bentuk komersialisasi juga terjadi," ungkap Youri.

Fakta bahwa paus, lumba-lumba, dan pesut dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat, baik elit keagamaan maupun masyarakat umum, menunjukkan bahwa mereka memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi London pada zaman Romawi dan Abad Pertengahan.

Selain itu, penelitian ini juga menemukan fakta bahwa tulang-tulan mereka dimanfaatkan untuk membuat berbagai peralatan dan artefak, terutama pada periode Anglo-Saxon.

Baca Juga: Pengaruh Kisah Inses Mitologi Yunani dan Romawi di Masyarakat Kuno

Akhir dari Era Perburuan

Eksploitasi paus dan kawan-kawannya di London tampaknya menurun pada akhir abad ke-14. Hal ini mungkin disebabkan oleh menipisnya populasi Cetacea di Atlantik Utara akibat perburuan yang berlebihan oleh berbagai kelompok, termasuk bangsa Norman dan Flemish.

Selain itu, perubahan preferensi makanan dan sumber daya lainnya juga dapat menjadi faktor penyebab penurunan eksploitasi di London.

Perkembangan teknologi pertanian dan peternakan mungkin telah menyediakan sumber makanan alternatif yang lebih mudah diakses dan lebih murah daripada daging paus, lumba-lumba, dan pesut.

Kemungkinan lainya yang menyebabkan menurunya angka perburuan Cetacea adalah karena daging ini mulai kehilangan pamornya sebagai sajian bergensi.

Alasan pasti di balik penurunan ini masih menjadi bahan penelitian lebih lanjut. Namun bukti arkeologis dan catatan sejarah menunjukkan bahwa eksploitasi Cetacea di London mencapai puncaknya pada Abad Pertengahan dan kemudian berangsur-angsur menurun seiring berjalannya waktu.