Bakteri ini juga bisa berkembang di lingkungan seperti rawa yang stagnan dan telah dikaitkan dengan kematian massal unggas air. Setelah masuk ke tubuh melalui konsumsi, botulinum diserap usus dan masuk ke aliran darah, lalu cepat menyerang sistem saraf.
Gejala paralisis biasanya muncul dalam 12 hingga 36 jam setelah konsumsi, dengan tanda-tanda seperti muntah, mual, penglihatan kabur, dan kesulitan menelan. Hal ini terjadi karena pada sistem saraf, botulinum menghalangi produksi asetilkolin, zat kimia yang penting untuk transmisi sinyal antar sel saraf.
Tipe Botulisme
Terdapat beberapa tipe atau jenis dari botulisme. Namun, menurut Mayo Clinic, ada tiga jenis botulisme yang sering terjadi, yaitu:
* Botulisme makanan, di mana bakteri tumbuh dan menghasilkan toksin dalam kondisi anaerobik, seperti pada makanan kaleng buatan sendiri.
* Botulisme luka, terjadi ketika bakteri masuk ke dalam luka dan menyebabkan infeksi yang memproduksi toksin.
* Botulisme bayi, merupakan bentuk paling umum dan terjadi ketika spora C. botulinum berkembang di saluran pencernaan bayi, biasanya pada usia 2 hingga 8 bulan. Meskipun jarang, orang dewasa pun bisa terkena botulisme usus ini.
Tanda dan Gejala Botulisme
Tanda dan gejala botulisme, yang disebabkan oleh Clostridium botulinum, dapat muncul antara tiga hingga 30 hari setelah terpapar spora bakteri. Pada bayi, seperti dilansir dari Cleveland Clinic, gejala bisa ringan hingga parah, meliputi:
* Ptosis atau kelopak mata yang menggantung.* Hilangnya ekspresi wajah.* Air liur berlebih.* Tangisan yang lemah.* Kesulitan makan.* Menurunnya refleks menelan.* Sembelit.* Kelemahan atau hipotonia tubuh.* Kesulitan bernapas.
Pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, gejala biasanya bermula pada otot wajah, mata, dan tenggorokan. Tanpa pengobatan yang tepat, gejala dapat merambat ke seluruh tubuh. Tanda-tanda ini dapat muncul beberapa jam hingga hari setelah konsumsi spora botulisme, termasuk:
Baca Juga: Cocoliztli, Penyakit Mematikan Penyebab Musnahnya Suku Aztec