Sejarah Dunia: Seberapa Kaya Pablo Escobar pada Masa Kejayaannya?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 21 Juni 2024 | 20:00 WIB
Dalam sejarah dunia, Pablo Escobar dijuluki sebagai Raja Kokain. (Ghazi777755/CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id—Salah satu fakta yang paling banyak dibagikan tentang Pablo Escobar adalah dia pernah menghabiskan AS$2 juta (setara Rp79 miliar jika mengikuti inflasi dan nilai tukar saati ini) untuk menjaga putrinya agar tetap hangat. Saat itu, Manuela bersama keluarganya sedang bersembunyi.

Fakta tersebut mengungkapkan banyak hal tentang karakter Escobar yang kontradiktif dalam sejarah dunia. Pablo Escobar adalah raja narkoba dan ayah yang penuh perhatian.

Dia mengawasi kartel yang membunuh ribuan orang. Pada saat yang sama, sang raja kokain itu menggunakan kekayaannya untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Anekdot tentang Escobar yang membakar uang bukanlah satu-satunya fakta dalam hidupnya yang menunjukkan kepribadiannya yang beragam. Terlahir miskin di Kolombia namun bertekad untuk menjadikannya kaya, Escobar berusaha keras untuk membangun kekayaannya.

Setelah memulai dengan pencurian kecil-kecilan, Escobar mulai memperdagangkan narkoba. Hasilnya, ia menjadi salah satu orang terkaya dalam sejarah dunia.

Apa yang terjadi selanjutnya – bagi Escobar, Kolombia, dan dunia – masih menarik hingga saat ini.

Berawal dari seorang bocah yang bermimpi menjadi kaya

Pablo Escobar lahir pada tanggal 1 Desember 1949, di Rionegro, Antioquia, Kolombia. Ia tumbuh besar di Envigado, pinggiran Kota Medellin. Meskipun dia dan sepupunya Gustavo Gaviria memiliki orang tua yang berpendidikan tinggi, mereka memutuskan untuk meninggalkan sekolah. Keduanya pun menjalani kehidupan kriminal dan punya satu tujuan: menjadi kaya.

“Gaviria dan Escobar selalu ingin berbisnis atau melakukan kejahatan untuk mendapatkan uang tambahan,” tulis putra Escobar, Sebastián Marroquín, dalam bukunya Pablo Escobar: My Father.

Sepupunya mencuri ban dan mobil. Mereka mencuri batu nisan dari kuburan dan menjualnya kembali. Mereka bahkan mulai menculik orang.

Meskipun Escobar dan Gaviria ditangkap pada tahun 1970-an, hal itu tidak menghentikan langkah mereka. Sebaliknya, mereka beralih ke skema menghasilkan uang yang lebih besar: menyelundupkan kokain.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Bagaimana Kartel Meksiko Ambil Alih Kerajaan Narkoba Pablo Escobar?

Bagaimana Pablo Escobar menjadi gembong narkoba

Pablo Escobar pertama kali mulai berurusan dengan kokain pada tahun 1970-an. Saat itu dia menyelundupkan pasta koka dari Peru ke Kolombia dan memurnikannya.

Ia kemudian mengirimkannya ke utara untuk dijual di Amerika Serikat. Kemudian, permintaan kokain mulai meroket pada tahun 1980-an dan Escobar menjadi kaya raya.

“Kelompok penyelundup dan penegak hukumnya segera berubah menjadi Kartel Medellín yang menakutkan,” tulis Jaclyn Anglis di laman All That’s Interesting.

Escobar dan operasinya menemukan cara-cara cerdik untuk menyelundupkan kokain ke Amerika Serikat. Termasuk menyembunyikannya ke dalam pengiriman buah atau pakaian. Ia bahkan mencampurkan kokain ke dalam bubuk kakao atau puree buah, yang kemudian dapat diekstraksi.

Seiring berkembangnya kekuasaan Escobar, ia pun menyeimbangkan kehidupan dengan keluarganya. Ia menikahi istrinya, Maria Victoria Henao, dan memiliki dua anak bersamanya. Mereka adalah Juan Pablo Escobar Henao (Sebastian Marroquin) dan Manuela Escobar (Juana Manuela Marroquin Santos).

Saat perdagangan narkoba meningkat, Escobar menjadi semakin kaya, sekaligus semakin kejam.

Pada tahun 1980-an, kartel Escobar menghasilkan sekitar AS$70 juta per hari. Alhasil, kekayaan bersih Pablo Escobar membengkak. Ia memiliki kekayaan antara AS$30 dan AS$60 miliar selama hidupnya.

Jika mengikut inflasi dan nilai tukar mata uang dollar AS ke rupiah saat ini, maka kekayaan Escobar mencapai Rp2.139 triliun atau Rp2,1 kuadriliun. Jumlah tersebut dua kali lipat lebih besar dibanding kekayaan Prajogo Pangestu. Orang terkaya di Indonesia saat ini tersebut memiliki kekayaan "hanya" Rp1,06 kuadriliun.

Sang bandar narkoba menggunakan kekayaannya membiayai perkebunan yang dijuluki Hacienda Napoles, memelihara kuda nil, dan membantu masyarakat miskin Kolombia.

Seiring dengan berkembangnya kekuasaannya, Escobar melindunginya dengan cara apa pun. Gembong narkoba ini diyakini bertanggung jawab atas kematian sekitar 4.000 orang yang berani menghalanginya. Ia tidak sungkan untuk menghabisi polisi, pejabat pemerintah, anggota kartel saingannya, jurnalis, dan warga biasa.

Baca Juga: Pablo Escobar: Kisah Sang Raja Kokain dan 3 Teori Penyebab Kematiannya

Tidak mengherankan jika ia segera menganggap pihak berwenang Kolombia dan Amerika sebagai ancaman serius. Namun Escobar terbukti menjadi sosok yang sulit mereka hentikan.

Kejatuhan dan kematian Pablo Escobar

Pada tahun 1991, Pablo Escobar dikirim ke penjara. Tapi itu bukanlah penjara seperti yang dialami kebanyakan penjahat. Escobar telah mencapai kesepakatan dengan pihak berwenang Kolombia di mana dia setuju untuk menyerahkan diri dengan dua syarat. Pertama, dia tidak akan diekstradisi ke Amerika Serikat. Kedua, dia dapat merancang penjaranya sendiri.

Hasilnya adalah La Catedral, sebuah penjara mewah yang mencakup sauna, jacuzzi, dan ruang biliar. Faktanya, Pablo Escobar menikmati kebebasan di La Catedral sehingga ia dapat terus mengawasi bisnis kartel. Dari penjara itu, ia bahkan memerintahkan kematian beberapa pemimpin kartel pada tahun 1992.

Bagi pihak berwenang Kolombia, ini adalah tantangan terakhir. Mereka memutuskan untuk memindahkan Escobar ke penjara lain. Namun, kemudian, Escobar dia tiba-tiba melarikan diri.

Pablo Escobar dan keluarganya melarikan diri selama sekitar satu setengah tahun. Mereka dikejar oleh unit polisi Kolombia yang dikenal sebagai Search Bloc. Juga kelompok yang menamakan diri mereka “Perseguidos por Pablos Escobar” — yang diterjemahkan menjadi “Orang Dianiaya oleh Pablo Escobar”. Dan pada bulan Desember 1993, pasukan Kolombia akhirnya berhasil melacak Pablo Escobar.

Mereka memojokkannya di atap barrio Los Olivos di Medellin. Pablo Escobar meninggal pada usia 44 tahun setelah ditembak beberapa kali, meskipun tidak diketahui kelompok mana yang membunuhnya. Namun sebagian orang percaya bahwa Escobar, yang terpojok dan tidak punya pilihan lagi, memutuskan untuk mati karena bunuh diri.

Dengan itu, Pablo Escobar pun tewas. Namun warisannya masih membayangi hingga hari ini.

Warisan sang raja kokain

Setelah kematian Pablo Escobar, sekitar 25.000 orang menghadiri pemakamannya. Para tamu tersebut termasuk orang-orang yang didukung secara finansial oleh Escobar – termasuk masyarakat miskin Kolombia. Bagi mereka, ia adalah sosok “Robin Hood” yang telah menunjukkan kemurahan hati dan kasih sayang dengan membagi kekayaannya.

Namun bagi banyak orang lainnya – termasuk kerabat dari 4.000 orang yang dibunuh Escobar dan kartelnya – ia adalah penjahat berhati dingin. Escobar adalah orang yang menyebabkan kekerasan dan kehancuran di Kolombia.

Memang, Pablo Escobar sendiri konon hidup dengan mantra "plata o plomo", yang diterjemahkan menjadi “perak atau timah (peluru)”. Ia menjadi sosok yang peduli, baik terhadap masyarakat miskin Kolombia dan terhadap keluarganya. Tapi pada akhirnya, Pablo Escobar adalah seorang gembong narkoba kejam yang tidak berhenti untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.