Achmad Nawir: Dokter yang Berlaga di Piala Dunia Prancis 1938

By Galih Pranata, Selasa, 2 Juli 2024 | 11:00 WIB
Achmad Nawir, seorang dokter yang menjadi kapten kesebelasan Hindia Belanda, berjabat tangan dengan kapten kesebelasan Hungaria di Piala Dunia 1938, Prancis. (AFC)

Sebelum berangkat menuju babak kualifikasi Piala Dunia, timnas diajak untuk melakukan laga uji coba melawan klub-klub di Hindia. Sampai pada laga terakhir, klub Nawir sendiri, HBS, ia sudah mengenakan ban kapten untuk timnas Hindia Belanda.

Perjalanan timnas Hindia Belanda menuju Piala Dunia juga tidaklah singkat. Hindia Belanda mendapat jatah satu tiket dari Grup 12 (zona Asia). Kala itu, timnas harus berhadapan dengan lawan tangguh, Jepang di babak kedua kualifikasi.

Secara mengejutkan, Hindia Belanda lolos ke Piala Dunia menyusul pengunduran diri Jepang pada laga kualifikasi tersebut. Hal inilah yang membawa Hindia Belanda untuk berlayar dari Batavia menuju Reims, Prancis untuk berlaga di Piala Dunia.

Nawir yang pada saat itu berusia 27 tahun, mencatatkan sejarah yang tak bisa ia lupa, bahkan oleh bangsanya hingga kini. Bersandingan dengan kapten Hongaria, György Sárosi, sang calon dokter berkacamata itu memasuki lapangan dengan percaya diri.

Tampil selama 90 menit, Nawir menjadi saksi pertempuran Hindia Belanda menghadapi Hongaria yang sangat tangguh. Timnas kalah dihantam enam gol tanpa balas. Hindia Belanda pun segera tersingkir dari Piala Dunia 1938.

Setelah kembali ke Hindia Belanda dari Piala Dunia Prancis 1938, Achmad Nawir terus melanjutkan tren sepak bolanya yang gemilang. Sebelum pagelaran kompetisi NIVU yang bergengsi seantero negeri, Nawir berjaya.

Ia mempersembahkan gelar juara bagi SVB Soerabaja di tahun 1941. Setelahnya, perguliran kompetisi NIVU dihentikan akibat kecamuk Perang Dunia II. Kompetisi itu tidak lagi berlanjut setelah Jepang menginvasi Hindia pada 1942.

Di masa Jepang, sepak bola di Hindia benar-benar terhenti. Tidak ada lagi kompetisi sampai dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Setelah kedatangan kembali Belanda, NIVU digulirkan kembali.

Nawir sempat mencicipi lagi kejuaran NIVU selama dua musim, sebelum akhirnya memutuskan gantung sepatu pada tahun 1949 di usia 38 tahun. Setelah pensiun, ia meneruskan studi kedokterannya dengan mengambil spesialis kehamilan dan kandungan.

Ia memilih untuk pindah dari kota yang bersejarah bagi hidupnya, Surabaya, menuju ke kotanya semula Jakarta. Ia meneruskan studi kedokterannya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Meski bergelut dalam dunia kedokteran, dr. Nawir tetap dengan kecintaannya pada sepak bola. Beberapa kali ia masih terlibat dalam timnas Indonesia. Termasuk menjadi pelatih interim timnas pada tahun 1953 menggantikan Choo Seng Quee.

Karirnya dalam dunia sepak bola terus berlanjut. Sampai pada waktunya, Achmad Nawir menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1995.

Figurnya akan selalu dikenang bagi sejarah bangsa ini. Sosok dokter sekaligus kapten berkacamata ini telah menoreh rekor sebagai pemain Asia Tenggara pertama yang mampu tampil di Piala Dunia sampai hari ini.