Meski Penting, Pekerjaan Juru Tulis Mesir Kuno Ternyata Bisa Picu Cedera

By Sysilia Tanhati, Kamis, 4 Juli 2024 | 08:00 WIB
Menurut sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Scientific Reports, jejak cedera di tempat kerja dapat dilihat pada tulang-tulang para juru tulis Mesir. (Rama/CC BY-SA 3.0 )

Hal ini mungkin disebabkan oleh juru tulis yang duduk berulang kali mengangkat kepala untuk menyimak dan kemudian menuliskannya pada papirus yang diletakkan di pangkuan mereka.

Gerakan kepala berulang yang sering dialami oleh banyak dari manusia modern yang sering menggunakan ponsel, monitor, dan keyboard.

Menggerogoti pena dan menavigasi birokrasi

Kebanyakan orang saat ini mengasosiasikan Mesir kuno dengan hieroglif rumit yang diukir dan dilukis di dinding kuil dan makam.

Namun tulisan-tulisan ini dibuat oleh perajin yang memiliki keahlian khusus. Sementara para juru tulis mahir menggunakan versi “kursif” aksara Mesir yang lebih efisien dan dikenal dengan sebutan hieratik.

Ahli Mesir Kuno dari Universitas Oxford, Hana Navratilova, menjelaskan bahwa hieratik berkembang sekitar 5.000 tahun yang lalu. Hieratik digunakan selama hampir 3.000 tahun di Mesir kuno.

Juru tulis di Mesir kuno berada pada tingkat sosial yang kira-kira sama dengan tentara. Posisi mereka di atas perajin, pedagang, dan masyarakat, namun tunduk pada pendeta dan bangsawan. Posisi ini selalu dipegang oleh kaum laki-laki. Dan seorang anak laki-laki sering kali mengikuti jejak ayahnya.

Banyak penggambaran kuno tentang juru tulis Mesir yang menunjukkan mereka duduk bersila di lantai atau berlutut. Ukiran dan lukisan juga menunjukkan mereka berdiri untuk bekerja, mungkin saat menghitung hasil panen di ladang atau memeriksa lumbung.

“Banyak dari orang-orang ini sebenarnya tidak duduk di ‘kantor’,” kata Navratilova. “Kami melihat mereka digambarkan saat panen, mencatat komoditas atau pajak, atau bekerja di samping tukang daging. Mereka ada di mana-mana.”

Para peneliti terkejut melihat banyak juru tulis dari Abusir menderita penggunaan sendi temporomandibular (TMJ) yang berlebihan. Sendi tersebut merupakan tempat rahang menempel pada tengkorak.

Mereka berpendapat bahwa hal ini mungkin merupakan bukti bahwa para ahli Taurat secara teratur mengunyah ujung-ujung pena yang masih segar. Tujuannya untuk membuat “pena” berbentuk kuas yang mereka gunakan, yang dibuat dari buluh.

Baca Juga: Ada Banyak Obelisk Mesir Kuno di Kekaisaran Romawi, Ini Alasannya!