'Membuat penasaran'
Ahli bioarkeologi Cynthia Wilczak dari San Francisco State University mengatakan bahwa penelitian baru ini menarik. Menurutnya, kita belum dapat mengidentifikasi pola perubahan kerangka yang unik dari juru tulis Mesir kuno.
Wilczak mencatat bahwa hanya enam dari 30 kerangka makam di Abusir yang diidentifikasi sebagai juru tulis berdasarkan gelarnya. Sedangkan sisanya diperkirakan adalah juru tulis berdasarkan lokasi makam mereka dan indikasi lain mengenai status sosial mereka.
“Saya tertarik untuk melihat apakah beberapa pola yang diamati juga berlaku pada penulis yang teridentifikasi dari situs lain,” katanya.
Dugaan bahwa cedera rahang mungkin disebabkan oleh mengunyah pena buluh masuk akal, kata Wilczak. Namun gigi mungkin juga menunjukkan tanda-tanda aktivitas ini. “Sayangnya, tidak ada bukti yang menunjukkan kerusakan gigi jika hal ini terjadi,” tambahnya lagi.
Bukti yang menguatkan
Antropolog biologi Danny Wescott dari Texas State University mencatat bahwa sampel kerangka dari Abusir berjumlah kecil. Peningkatan penyakit tulang degeneratif yang diamati juga hanya sedikit.
Hal ini bisa berarti bahwa signifikansi cedera kerangka yang diamati pada kerangka Abusir mungkin tidak berlaku untuk wilayah lain.
Brukner Havelková mengatakan kelompoknya baru berada pada tahap awal penelitian. Mereka berharap dapat memeriksa sisa-sisa ahli Taurat Mesir kuno yang dikuburkan di lokasi lain. Seperti di pemakaman Giza dan pekuburan Saqqara.
“Makalah yang diterbitkan ini adalah wawasan pertama mengenai pertanyaan tentang aktivitas fisik para juru tulis,” kata Brukner Havelková. “Sekarang saatnya untuk mengonfirmasi asumsi kami.”