Dunia Hewan: Bagaimana 'Meliarkan Kembali' Bison Bisa Selamatkan Bumi?

By Ade S, Rabu, 3 Juli 2024 | 16:03 WIB
Temukan bagaimana mengembalikan bison ke alam liar dapat membantu memerangi krisis iklim dan melestarikan keanekaragaman hayati. (STAFFAN WIDSTRAND)

Nationalgeographic.co.id—Bison, yang dulunya berkeliaran di Great Plains Amerika dalam jumlah puluhan juta, hampir punah karena perburuan.

Padahl hewan ini dikenal sebagai insinyur ekosistem karena mereka memberikan banyak layanan bagi habitat tempat mereka tinggal.

Mereka menggulung dan menginjak tanah di kolam lumpur yang menampung air hujan, serta merumput pada berbagai tinggi rumput yang memberikan tempat bersarang bagi burung.

Hingga kemudian sebuah penelitian baru dari para peneliti dari Universitas Yale dan Universitas Memorial Newfoundland menemukan bahwa hewan ini bisa menjadi penyelamat bumi.

Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa kawanan yang terdiri dari ratusan bison yang diperkenalkan kembali ke pegunungan Țarcu di Rumania dapat membantu menyimpan emisi karbon dioksida.

Jumlahnya setara dengan menghapus setidaknya puluhan ribu mobil bertenaga gas dari jalan-jalan di Amerika Serikat selama satu tahun.

Siap jadi penyelamat setelah nyaris punah

Di pegunungan Țarcu, Rumania, kawanan 170 bison yang dikembalikan dapat membantu menyimpan emisi CO2 setara dengan menyingkirkan 43.000 mobil AS dari jalanan selama setahun. Penelitian ini menunjukkan bagaimana hewan dapat membantu mengurangi dampak krisis iklim.

Bison Eropa sebenarnya sudah menghilang dari Rumania lebih dari 200 tahun yang lalu. Namun, Rewilding Europe dan WWF Rumania mengembalikan spesies ini ke pegunungan Carpathian selatan pada tahun 2014.

Sejak saat itu, lebih dari 100 bison telah diberi rumah baru di pegunungan Țarcu, dan saat ini populasi mereka mencapai lebih dari 170 hewan. Ini menjadikan mereka salah satu populasi bison yang berkeliaran bebas terbesar di Eropa. Lanskap ini berpotensi menampung 350-450 bison.

Penelitian terbaru, yang belum ditinjau oleh sejawat, menggunakan model baru yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Yale School of Environment dan didanai oleh Global Rewilding Alliance.

Baca Juga: Dunia Hewan: Benarkah Kuda Nil Menjadi Hewan Paling Berbahaya di Afrika?