Arkeolog Temukan Labirin Tempat Pertempuran Legendaris dalam Mitologi Yunani?

By Ade S, Kamis, 4 Juli 2024 | 12:03 WIB
Benarkah labirin dalam mitologi Yunani benar-benar ada? Arkeolog temukan labirin kuno, 'versi nyata' titik pertempuran Theseus dan Minotaur! (Kementerian Kebudayaan Yunani)

Nationalgeographic.co.id—Para arkeolog di Kreta, Yunani, baru-baru ini menemukan sebuah labirin kuno yang dipercaya sebagai 'versi nyata' dari labirin dalam mitologi Yunani.

Penemuan ini menggemparkan dunia arkeologi dan membuka kemungkinan baru tentang kisah Theseus dan Minotaur.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang penemuan labirin ini dan implikasinya bagi pemahaman kita tentang mitologi Yunani.

Labirin berusia 4000 tahun

Para arkeolog Yunani telah menemukan labirin berusia 4000 tahun di Pulau Kreta, Yunani. Penemuan ini pun langsung mengingatkan mereka dengan tempat tinggal "minotaur" yang sohor dalam mitologi Yunani.

Seperti diektahui, pulau Kreta sendiri menyimpan banyak sejarah terkait dengan Yunani Kuno. Salah satunya kini dianggap terkait dengan mitos pertempuran legendaris.

Pertempuran yang dimaksud adalah pertarungan antara Theseus dengan makhluk setengah manusia, setengah banteng, Minotaur. Sosok terakhir inilah yang dikisahkan tinggal di labirin. 

Maka dari itulah, para arkeolog langsung mengaitkan penemuan struktur yang menyerupai labirin tersebut dengan pertarungan legendaris di atas.

Penemuan ini sendiri dilakukan di titik tertinggi Bukit Papoura di Kreta. Kondisi yang dianggap tidak biasa ini menjadi struktur pertama dari jenisnya yang ditemukan di sana.

Menurut Kementerian Kebudayaan Yunani, struktur tersebut diyakini dibangun oleh peradaban Minoan antara 2000 dan 1700 SM. Diameternya 48 meter dan luasnya sekitar 1800 meter persegi.

Labirin ini terdiri dari delapan dinding batu melingkar konsentris yang sengaja diletakkan di sana, dengan tinggi maksimum batu yang masih ada mencapai 1,7 meter.

Baca Juga: Cinta dan Nafsu dalam Kisah Europa, Dewi Mitologi Yunani yang Jadi Nama Benua

Terbagi menjadi empat bagian, labirin ini memiliki dinding internal yang membaginya menjadi kuadran yang dihubungkan oleh bukaan kecil yang menciptakan lorong.

Para arkeolog menduga struktur tersebut memiliki bangunan bundar kecil di bagian dalam yang juga terbagi menjadi empat bagian. Namun, keseluruhan tata letak dan tinggi asli bangunan tersebut masih menjadi misteri.

Karena banyaknya tulang binatang yang tersisa, para ahli percaya struktur mirip labirin ini mungkin telah digunakan untuk keperluan upacara, seperti ritual dan persembahan.

Namun, meskipun strukturnya tergolong ke dalam temuan yang sangat langka, beberapa pihak menggap labirin ini belum tentu terkait dengan kisah Minotaur dan Theseus.

Pertempuran Theseus dengan monster labirin

Sama seperti Odysseus dan Orpheus, Theseus adalah pahlawan legendaris dari masa lalu yang jauh. Ia diyakini sebagai keturunan Raja Aegeus, manusia biasa, atau dewa Poseidon. Bagi para penulis di zaman kuno, Theseus adalah pahlawan nyata, pendiri Athena, dan orang yang mempersatukan Attica di bawah kepemimpinan Athena.

Plutarch menulis kisah Theseus berdasarkan sumber-sumber dari abad ke-5 dan ke-4 SM. Meskipun keberadaan historisnya belum terbukti, para ahli percaya Theseus mungkin hidup pada Zaman Perunggu Akhir, kemungkinan sebagai raja pada abad ke-8 atau ke-9 SM.

Kisah paling terkenal tentang Theseus dipenuhi dengan makhluk setengah dewa, setengah manusia, dan bercerita tentang pertarungannya melawan monster buas di tengah labirin.

Mengapa labirin? Labirin sebenarnya memiliki jalur tunggal yang tidak bercabang, menuju ke pusat dan keluar lagi. Labirin mungkin awalnya digunakan sebagai pengganti ziarah, tempat seseorang berhenti di pusatnya untuk refleksi atau pencerahan.

Sebaliknya, labirin juga sering kali digambarkan berliku-liku dan membingungkan, tempat tersesat dan melawan monster. Untuk menghindari kebingungan, mari kita sebut tempat tinggal Minotaur sebagai labirin saja.

Mari kita mulai dari awal kisah yang, tentu saja, memiliki beberapa versi. Dalam salah satu versi, Minos dari Kreta bertarung dengan saudaranya untuk memperebutkan tahta. Setelah menang dan mengasingkan saudaranya, Minos berdoa kepada dewa laut, Poseidon, memohon banteng seputih salju sebagai tanda persetujuan dewa.

Baca Juga: Caeneus atau Caenis, Pahlawan Transeksual Pertama dalam Mitologi Yunani

Namun, alih-alih mengorbankan banteng itu, Minos memeliharanya, yang membuat Poseidon marah. Poseidon pun membuat istri Minos, Pasiphae, jatuh cinta setengah mati pada banteng itu hingga ia kawin dengannya.

Hasilnya adalah makhluk berkepala dan berekor banteng. Seiring bertambahnya usia, Minotaur menjadi monster yang brutal dan Minos membangun labirin rumit untuk menahan makhluk tersebut.

Menurut sebuah cerita, kota Athena harus bertanggung jawab atas kematian putra Raja Minos, Androgeus. Sebagai hukuman, Athena harus memberikan upeti kepada Raja Kreta setiap tahun (atau sembilan tahun dalam beberapa versi).

Caranya dengan mengirim tujuh pemuda dan pemudi terbaik dan termulia mereka menaiki kapal layar hitam. Mereka akan dihadapkan pada Minotaur di labirin dalam istana Minos, yang konstruksinya begitu rumit sehingga tidak ada yang bisa keluar hidup-hidup.

Theseus, Pangeran Athena, dengan sukarela menawarkan diri untuk mengakhiri upeti dengan mengambil tempat di antara para pemuda dan membunuh Minotaur. Setibanya di Kreta, Ariadne, putri Raja Minos, jatuh cinta pada Theseus.

Atas saran Daedalus, arsitek labirin, Ariadne memberinya bola benang agar Theseus bisa menemukan jalan keluar dari labirin. Theseus berjanji bahwa jika dia kembali, dia akan membawa Ariadne bersamanya

Begitu Theseus memasuki labirin, dia mengikat salah satu ujung benang ke kusen pintu dan menghunus pedangnya yang disembunyikan dari para penjaga di balik tuniknya. Theseus mengikuti instruksi Daedalus yang diberikan kepada Ariadne: terus maju, selalu ke bawah, dan jangan pernah ke kiri atau ke kanan.

Theseus sampai di jantung labirin dan bertemu dengan Minotaur yang sedang tertidur. Monster itu terbangun dan pertarungan dahsyat pun terjadi. Theseus mengalahkan Minotaur dan membunuh monster itu.

Theseus melarikan diri bersama Ariadne kembali ke Athena, namun kemudian meninggalkan Ariadne di pulau Naxos (apakah secara tidak sengaja atau sengaja tergantung pada versi cerita yang dibaca).

Theseus seharusnya mengganti layar hitam kapal menjadi putih agar Raja Aegeus tahu putranya masih hidup dan telah menaklukkan Minotaur.

Namun, Theseus lupa, dan ayahnya, melihat kapal dengan layar hitam, menceburkan diri dari tebing ke laut dalam kesedihan dan tenggelam (laut tersebut kemudian dikenal sebagai Laut Aegea, sesuai namanya).

Baca Juga: Wilayahnya Mencakup Albania dan Kroasia, Inilah Suku Illyrian dari Mitologi Yunani

Vesi lain dari labirin Minotaur

Penemuan istana Knossos oleh Sir Arthur Evans mengubah persepsi tentang Minotaur, makhluk setengah manusia setengah banteng yang dibunuh Theseus. Penemuan arkeologi ini membuktikan bahwa legenda tersebut mungkin memiliki dasar kebenaran sejarah.

Evans, yang mengetahui kisah Minos dan Knossos, menemukan mural para pemuda yang melompati banteng di istana tersebut. Ia kemudian berpendapat bahwa mungkin Knossos adalah Labirin dalam cerita Theseus dan Minotaur.

Knossos adalah situs arkeologi Zaman Perunggu terbesar di Kreta. Kemungkinan besar merupakan pusat upacara dan politik peradaban dan budaya Minoan.

Evans sendiri yang memberi nama ‘Minoan’ pada kebudayaan yang ia temukan di Knossos (tentu saja dinamai berdasarkan Raja Minos). Lompat banteng Minoan, olahraga yang diikuti oleh pria dan wanita, sudah dikenal luas bahkan di zaman kuno.

Arkeolog Anna Michailidou menulis, "Di balik kata pra-Helenistik Labyrinthos - yang secara etimologis terkait dengan kata labrys (kapak bermata dua, simbol dewi Minoan) - mungkin tersembunyi istana Knossos itu sendiri, yang reruntuhannya menunjukkan kompleksitas struktur labirinnya."

Ia menambahkan, "Sungguh menakjubkan betapa lama seseorang bisa tersesat berkelana masuk dan keluar ruangan-ruangan ini, naik turun tangga dan, sering kali, secara mengejutkan, mendapati diri kembali di ruangan yang sama setelah melewati rute yang berbeda."

Bagi masyarakat Zaman Perunggu yang sebagian besar mungkin tinggal di tempat tinggal yang sangat sederhana, luas dan rumitnya Istana Knossos pasti akan membuat mereka bingung dan kagum!

Kisah Minotaur sendiri, menurut Evans, mungkin berasal dari tradisi lompat banteng di Knossos.

Para pelompat yang lincah sesaat terlihat "menyatu" dengan banteng ketika melompati tanduknya, mungkin menjadi inspirasi cerita ini. Hal serupa berlaku untuk Labirin. Struktur kompleks Istana Knossos sendiri, seperti yang diusulkan Evans dan lainnya, mungkin menjadi asal mula mitos Labirin.

Para ahli lain melihat adanya hubungan antara fenomena alam dan penciptaan mitos. Para pendahulu kita, dalam upaya memahami dunia, sering kali menggambarkan fenomena alam yang menakutkan ke dalam wujud makhluk hidup agar bisa diterima akal.

Banyak versi mitos yang menyebutkan monster itu tinggal di bawah tanah dalam Labirin, dan ketika ia mengaum bumi berguncang.

Penelitian ilmiah tentang aktivitas seismik mengungkapkan bahwa Kreta terletak di zona subduksi, yaitu batas lempeng tektonik tempat dua lempeng bertemu yang menyebabkan gempa bumi besar dan terus menerus.

Mungkin saja mitos Pangeran Theseus dan Minotaur dalam Labirin memiliki lebih banyak kebenaran daripada sekadar cerita legenda.