Penjelasan Ilmiah Kandungan Daun Kratom: Bermanfaat atau Berbahaya?

By Utomo Priyambodo, Senin, 8 Juli 2024 | 21:01 WIB
Kratom, atau dikenal dengan nama ilmiah Mitragyna speciosa, telah lama digunakan oleh masyarakat di beberapa wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia untuk keperluan medis tradisional. (Uomo vitruviano/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Daun kratom kini tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara ini telah menarik perhatian publik karena klaim manfaat kesehatan dan kontroversi yang menyertainya.

Kratom, atau dikenal dengan nama ilmiah Mitragyna speciosa, telah lama digunakan oleh masyarakat di beberapa wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia untuk keperluan medis tradisional. Daun ini dipercaya memiliki efek analgesik, stimulan, dan dapat membantu mengatasi kecanduan opioid.

Peneliti dari Pusat Riset Vaksin dan Obat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Masteria Yunovilsa Putra, menjelaskan bahwa opioid adalah sekelompok obat yang bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan efek pereda nyeri dan euphoria.

"Sebagian besar opioid menghasilkan efek analgesik, dengan mengaktifkan reseptor mu-opioid. Namun demikian, penggunaan beberapa senyawa opioid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan efek samping yang merugikan seperti toleransi terhadap dosis analgesik, depresi pernafasan dan konstipasi," ujar Masteria di Jakarta, seperti dilansir laman resmi BRIN.

Banyak pengguna kratom melaporkan bahwa daun kratom membantu mereka mengatasi rasa sakit kronis, kecemasan, dan depresi. Selain itu, kratom juga disebut-sebut sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan obat-obatan opioid yang dapat menyebabkan ketergantungan parah.

Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa senyawa pada kratom memiliki potensi menyebabkan efek samping. Misalnya mual, kejang, dan lain sebagainya

"Kratom juga menghasilkan efek analgesik. Efek analgesik ini disebabkan oleh kandungan alkaloid utamanya yaitu mitragynine dan turunannya seperti 7-hydroxymitragynine," jelas Masteria.

Hasil studi pengikatan radioligand terbaru, kata Masteria, menunjukkan bahwa beberapa senyawa alkaloid dari kratom memiliki afinitas pengikatan yang lebih rendah pada reseptor mu-opioid dibandingkan dengan morfin. Dengan demikian, mitragynine kratom jauh lebih aman sebagai agen analgesik daripada morfin.

"Studi aktivitas analgesik secara in vivo yang kami lakukan dengan menggunakan hotplate menunjukkan bahwa ekstrak alkaloid kratom dengan kandungan senyawa mitragynine sekitar 46 persen menimbulkan efek analgesik terhadap rasa sakit akibat panas yang diinduksi oleh hotplate pada hewan coba (mencit)."

Berdasarkan hasil penelitiannya, pemberian ekstrak alkaloid kratom secara kronis selama sepuluh hari pada hewan coba menunjukkan bahwa efek analgesik alkaloid kratom hampir sama dengan efek analgesik yang ditimbulkan morfin.

"Sebagaimana halnya ditemukan pada studi yang lain, efek morfin mengalami penurunan (toleransi terhadap dosis analgesik) pada hari kelima treatment, sementara ekstrak alkaloid kratom dapat menunda efek toleransi hingga hari ke-10," terangnya.

Baca Juga: Kratom Jarang Digunakan di AS, tapi Familiar bagi Para Pencandu Opioid