Tak Ada Musik di Planet yang Mati!

By National Geographic Indonesia, Rabu, 10 Juli 2024 | 09:36 WIB
Lima belas musisi/grup lintas genre dari berbagai wilayah di Indonesia hadir dalam lokakarya IKLIM 2024, The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab. Sebuah inisiasi kolektif aksi iklim yang menyatukan musisi, seniman, organisasi lingkungan, dan pakar iklim di Indonesia untuk merespon tantangan ini. (IKLIM)

Tak sedikit data dan statistik persoalan ditampilkan oleh para pakar iklim. Tak ayal pemaparan situasi persoalan krisis iklim yang melanda negeri ini cukup mencengangkan para peserta.

Baca Juga: Saya Pilih Bumi Meluncurkan Circular City Project untuk Solusi Pengurangan Sampah

“Di sini (lokakarya) telah membuka hati kami lebih lebar lagi. Seperti penyadaran kembali,” ujar Vania Marisca dari duo asal Malang, Wake Up Iris.

Guna mempertajam proses kreatif turut pula dihadirkan barisan fasilitator. Mereka adalah para musisi yang terlibat pada lokakarya tahun sebelumnya yakni Farid Stevy, Cholil Mahmud, Endah Widiastuti, Tuan Tigabelas, Iga Massardi, Rizal Hadi serta Nova Filastine.

Lokakarya ini merupakan tahun kedua penyelenggaraan, dimana pada 2023 para musisi yang terlibat menelurkan album kompilasi bertajuk “Sonic/Panic” sebagai metode kreatif untuk menyebarkan pesan kesadaran lingkungan pada masyarakat.

“Lokakarya ini sangat menarik dan menantang. Kami, para musisi, tidak hanya berkumpul untuk saling bertukar cerita tetapi juga terpapar data dan fakta lingkungan yang dari para aktivis, peneliti, dan pakarnya. Pengayaan semacam ini bagus sekali untuk para musisi sebagai bekal berkarya, pintu atas kesadaran lingkungan, dan memupuk komitmen dalam menyuarakan pesan iklim,” terang Endah Widiastuti.

Endah Widiastuti, musisi kolobarator tahun lalu mengisi sesi pesan iklim dan lirik lagu pada lokakarya IKLIM tahun ini. (IKLIM)

Pernyataan biduan dari duo Endah N Rhesa telah mengukuhkan bahwa lewat pemberdayaan budaya dan kekuatan kreatif di negeri ini, kita dapat mengembangkan strategi komunikasi yang mendidik, menginspirasi, dan memanggil aksi melalui sebuah karya seni. 

Hal ini mengekspresikan semangat kegotong-royongan dalam merumuskan komitmen dan solusi iklim. Mengingat peran kita sebagai penghuni planet adalah bagian dari sumber persoalan. Namun kita memiliki kekuatan jua sebagai bagian dari solusi.

“Dalam berkarya, musisi tak sekedar melahirkan estetika, namun ada dampak sosial.

Karena musisi bukanlah mesin industri, tapi sejatinya musisi mampu menggiring dan membentuk opini. Sebagai sebuah media edukasi informal perubahan budaya.” Ujar Gede Robi, penggagas gerakan IKLIM pada saya sebelum naik panggung bersama bandnya, Navicula, di malam inaugurasi.

Para musisi yang terlibat dalam lokakarya IKLIM 2024 menanam pohon di Gianyar sebagai simbol upaya mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan (carbon offsetting) dari perjalanan para musisi dari kota-kota asal mereka ke Bali. (IKLIM)