Namun kemenangan Selim sebagai Gubernur Trabzon belum berakhir. Tahun berikutnya, pada 1508, Selim menginvasi Kaukasus dan menguasai Georgia bagian barat.
Dengan melakukan hal tersebut, ia juga berhasil menyatukan Guria dan Kerajaan Imereti di bawah kendali Ottoman. Dalam prosesnya, dia juga memperbudak sekitar 10.000 wanita dan anak-anak Georgia.
Shah Ismail masih belum melupakan kekalahan yang dialami pasukan saudaranya pada tahun 1505. Pada tahun 1510, ia berpikir ini adalah waktu yang tepat untuk menyerang lagi. Namun sayangnya bagi Ismail, ia dikalahkan oleh pasukan Selim sekali lagi.
Masalah aksesi Selim
Dalam waktu singkat 5 tahun, Selim menunjukkan dirinya sebagai pemimpin militer yang cakap dan pejuang yang sukses. Kakeknya adalah Mehmed sang Penakluk yang terkenal. Tampaknya dari kakeknya ia mewarisi sifat militer dan kesatrianya, bukan ayahnya, yang umumnya dianggap sebagai penguasa yang lemah.
Namun, kakak laki-laki Selim, Ahmed, yang dipilih untuk menggantikan ayah mereka naik takhta Ottoman. Bayezid, meski masih hidup, enggan melanjutkan pemerintahan sebagai sultan, sehingga ia memilih menunjuk Ahmed sebagai pewaris.
Tentu saja, hal ini membuat marah Selim, yang merupakan putra yang jauh lebih efisien secara militer. Selim sebenarnya telah memasukkan lebih banyak wilayah baru ke dalam Kekaisaran Ottoman.
Dengan alasan itu, maka masuk akal jika ia ditunjuk menjadi sultan. Di Kekaisaran Ottoman, yang menjadi sultan tidak harus anak sulung.
Reaksi Selim atas penunjukan sultan adalah memberontak dan hal ini akhirnya memicu perang saudara di Ottoman.
Perang saudara di Ottoman: Selim melawan ayahnya
Selim kalah dalam pertempuran pertama tetapi berkumpul kembali dan bertemu ayahnya di medan perang untuk kedua kalinya. Sekali lagi, Selim menjadi pihak yang tidak diunggulkan. 30.000 pasukannya berhadapan dengan 40.000 pasukan ayahnya.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Kala Ratu Inggris dan Sultan Ottoman Jalin Hubungan Mesra