Lady Jane Grey: Apa Alasan Sang 'Ratu 9 Hari' Itu Dihukum Mati?

By Ade S, Kamis, 11 Juli 2024 | 08:03 WIB
Kisah tragis Lady Jane Grey, sang 'Ratu 9 Hari', yang naik tahta namun harus dihukum mati. Temukan alasan di balik kisahnya yang singkat ini. (Paul Delaroche)

Kudeta istana tidak akan menghalangi dia untuk mengklaim haknya. Setelah mengetahui bahwa panggilan untuk mengunjungi saudaranya yang sekarat di London adalah tipuan untuk menangkapnya oleh pasukan Dudley, Mary melarikan diri ke Norfolk untuk mengumpulkan dukungan.

Dudley sangat tidak populer di wilayah tersebut dan disalahkan atas kebijakan yang tidak disukai yang diberlakukan oleh pemerintah saat itu.

Sementara Duke of Northumberland melancarkan rencananya, Mary Tudor mengirim surat kepada Dewan Privy. Dia memperingatkan mereka bahwa dia adalah pewaris sah takhta Inggris dan mendukung Jane Grey berarti melakukan pengkhianatan.

Mary bukanlah wanita yang mudah diremehkan. Dia segera mengumpulkan pasukan untuk merebut haknya atas takhta.

Hanya dalam waktu sembilan hari, Mary berhasil menggulingkan sepupunya dari takhta dan mengklaimnya untuk dirinya sendiri.

Dengan pasukan militer yang berkumpul di Suffolk, Dewan Privy di London mulai meragukan kesetiaan mereka kepada ratu yang baru diangkat. Dukungan mereka untuk Dudley dan Jane dengan cepat runtuh, dan dewan penasihat akhirnya menyatakan Mary sebagai penguasa sah pada tanggal 19 Juli.

Jane digulingkan dan dipenjarakan di Menara London, tempat dia baru saja memerintah dalam waktu singkat.

Menyadari situasinya, Jane dilaporkan mengecam ayah mertuanya, dengan mengatakan bahwa dia telah "membawa saya dan keluarga kita ke dalam bencana dan penderitaan yang sangat mengerikan karena ambisinya yang berlebihan."

Berusaha menghindari hukuman mati atas perannya dalam rencana itu, ayah Jane, Duke of Suffolk, meninggalkan putrinya dan menyatakan kesetiaannya kepada Mary.

Namun, Jane dan suaminya tidak seberuntung itu. Meskipun awalnya mereka diampuni dari hukuman mati, mereka akhirnya dieksekusi setelah pemberontakan Wyatt, sebuah pemberontakan kecil yang muncul sebagai respons atas rencana Mary untuk menikahi seorang pangeran Spanyol.

Lebih tragis lagi, ayah Jane sendirilah yang menentukan nasibnya. Partisipasi Suffolk dalam pemberontakan memicu pertanyaan tentang keberadaan Jane dan ancaman yang ditimbulkannya bagi pemerintahan Mary.

Akibatnya, gadis berusia 16 tahun itu dihukum mati. Kepalanya dipenggal untuk memastikan Mary dapat memulai pemerintahan yang begitu kejam sehingga dia mendapatkan julukan "Bloody Mary".