Sejarah Dunia: Kenapa Kekaisaran Islam Ingin Taklukkan Konstantinopel?

By Ade S, Jumat, 12 Juli 2024 | 12:03 WIB
Lukisan modern Mehmed dan Tentara Ottoman mendekati Konstantinopel dengan pemboman raksasa, oleh Fausto Zonaro. Mengapa umat Islam, khususnya Turki Utsmani di bawah pimpinan Muhammad Al-Fatih atau Mehmet II, begitu ingin menaklukkan Konstatinopel? (Fausto Zonaro)

Pada tahun 1204, Perang Salib Keempat menorehkan luka mendalam bagi Konstantinopel. Kota ini direbut oleh pasukan Tentara Salib, menandai keruntuhan Kekaisaran Bizantium.

Kekaisaran kemudian terpecah menjadi negara-negara kecil, dan mereka saling berperang memperebutkan tahta Bizantium.

Meskipun mengalami perpecahan, semangat Bizantium tak padam. Pada tahun 1261, bangsa Nicea berhasil merebut kembali Konstantinopel dari Tentara Salib dan membangun kembali Kekaisaran Bizantium di bawah dinasti Palaiologos.

Namun, kebangkitan ini tak berlangsung lama. Kekaisaran Bizantium yang telah rapuh harus kembali berhadapan dengan serangan bertubi-tubi, kali ini dari bangsa Latin, Serbia, Bulgaria, dan yang paling kuat, Turki Usmani.

Penaklukan Konstantinopel

Pada tahun 1451, seperrti dilansir dari Britannica, Mehmed II naik tahta Kesultanan Ottoman di usia yang terbilang muda, 19 tahun.

Banyak pihak di Eropa meremehkannya, menganggap sang penguasa muda ini takkan menjadi ancaman bagi hegemoni Kristen di Balkan dan Laut Aegea. Mereka bahkan merayakan penobatannya, berharap minimnya pengalaman akan menjerumuskan Ottoman.

Namun, anggapan mereka keliru besar. Mehmed II muda memiliki ambisi besar. Pada tahun 1452, dia memulai rencananya dengan membangun benteng di Bosphorus, beberapa mil di utara Konstantinopel. Hal ini menunjukkan tekadnya untuk menguasai kota penting tersebut.

Setahun kemudian, Mehmed II mengerahkan pasukan ke Peloponnese untuk memblokade Thomas dan Demetrios, saudara laki-laki Konstantin XI, Kaisar Bizantium ke-57. Tujuannya adalah untuk mencegah mereka memberikan bantuan kepada Konstantinopel dalam serangan yang akan datang.

Pada tanggal 6 April 1453, Mehmed II melancarkan serangan besar-besaran terhadap Konstantinopel. Pasukannya yang berjumlah 80.000 orang, dilengkapi dengan persenjataan baru yang canggih, siap menghancurkan pasukan Bizantium yang hanya berjumlah 8.000 orang.

Pertempuran sengit pun terjadi. Mehmed II, sang pemuda yang haus akan keagungan, memimpin pasukannya dengan gagah berani. Setelah 53 hari dikepung, Konstantinopel akhirnya runtuh pada tanggal 29 Mei 1453.

Baca Juga: Bagaimana Nubuat Darah Menjaga Keberlangsungan Kekaisaran Bizantium?