Sejarah Dunia: Kenapa Kekaisaran Islam Ingin Taklukkan Konstantinopel?

By Ade S, Jumat, 12 Juli 2024 | 12:03 WIB
Lukisan modern Mehmed dan Tentara Ottoman mendekati Konstantinopel dengan pemboman raksasa, oleh Fausto Zonaro. Mengapa umat Islam, khususnya Turki Utsmani di bawah pimpinan Muhammad Al-Fatih atau Mehmet II, begitu ingin menaklukkan Konstatinopel? (Fausto Zonaro)

Kemenangan ini menandai runtuhnya Kekaisaran Bizantium dan berakhirnya Abad Pertengahan.

Mehmed II kemudian menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota Ottoman yang baru, menggantikan Adrianople. Penaklukan ini menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah Ottoman dan mengantarkan Mehmed II ke puncak kejayaan.

Alasan umat Islam menyerang Konstantinopel

Salah satu alasan Konstatinopel diperebutkan adalah lokasinya yang strategis, yaitu sebuah kota yang terletak di persimpangan benua Asia dan Eropa. 

Dikelilingi oleh air di tiga sisinya dan terhubung langsung ke Laut Hitam, Mediterania, dan Afrika melalui laut, kota ini menjadi gerbang perdagangan utama antara Timur dan Barat.

Keistimewaan lokasi Konstantinopel sudah disadari sejak awal. Orang Yunani dan Romawi telah membangun pemukiman di wilayah ini sejak abad ke-7 SM, dengan nama Byzantium. Namun, potensi penuhnya baru digali oleh Kaisar Romawi Konstantinus Agung pada tahun 330 M.

Memahami keunggulan strategis dan daya tahan yang ditawarkan oleh tiga sisi yang dikelilingi air, Konstantinus Agung memindahkan ibu kotanya ke Byzantium dan mengubah namanya menjadi Konstantinopel.

Akses ke dua sungai besar, Sungai Danube dan Sungai Efrat, semakin memperkuat posisi Konstantinopel sebagai pusat perdagangan dan peradaban.

Selama lebih dari seribu tahun, dari tahun 330 hingga 1453, Konstantinopel menjadi jantung Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur. Kota ini berkembang menjadi pelabuhan kosmopolitan yang ramai, menjadi tempat pertemuan para pedagang dan budaya dari berbagai penjuru dunia.

Bagi bangsa Eropa, Konstantinopel memainkan peran penting sebagai transit rempah-rempah utama dari Asia. Rempah-rempah merupakan komoditas berharga di masa itu, dan Konstantinopel menjadi pintu gerbang bagi bangsa Eropa untuk mendapatkan pasokan rempah-rempah yang mereka butuhkan.

Sementara itu, bagi kekaisaran Islam Turki Utsmani di bawah pimpinan Muhammad Al-Fatih atau Mehmet II, Konstantinopel memiliki makna khusus.

Bagi Mehmet II, ini adalah kesempatan untuk meruntuhkan dominasi Kekaisaran Bizantium, menegaskan kekuatan Islam, dan menguasai jalur perdagangan internasional yang menguntungkan.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani menandakan berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur dan menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah dunia.

Bagi bangsa Eropa, peristiwa ini pada akhirnya membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari agama, militer, ekonomi, hingga psikologis.