Apakah Excalibur memang pedang di batu atau diberikan oleh Lady in the Lake, Excalibur benar-benar berasal dari alam lain.
Penulis asli pengetahuan Raja Arthur, Geoffrey Monmouth, mengembangkan senjata perkasa sebagai simbol keadilan. Senjata itu hanya dapat digunakan oleh pemimpin yang baik dan sejati. Faktanya, pertama kali senjata itu disebutkan dalam karyanya, Monmouth tidak memberikan atribut magis pada senjata itu sendiri. Dilihat lebih sebagai simbol politik, Excalibur harus dipegang oleh seseorang yang mempunyai kepentingan terbaik bagi rakyatnya. Dan bukan kepentingan kerajaannya sendiri.
Kisah Raja Arthur berlanjut ketika ia membentuk kelompok bangsawannya, Kesatria Meja Bundar. Mereka bekerja untuk memastikan perdamaian di kerajaan. Mereka bahkan mengerjakan misi untuk mengambil Cawan Suci—cawan yang digunakan Yesus pada Perjamuan Terakhir.
Excalibur melambangkan kebangsawanan dan pemimpin yang tidak mementingkan diri sendiri. Namun ada beberapa persamaan lain dengan kisah-kisah dalam Alkitab. Sebagai kelanjutan dari kisah kematian Raja Arthur, salah satu kesatria kepercayaannya, Sir Girflet diperintahkan untuk melemparkan Excalibur kembali ke danau tempat asalnya.
Ksatria itu tidak dapat membayangkan membuang harta berharga yang begitu penting bagi kerajaan. Dia tidak mengindahkan instruksi rajanya. Kisah ini kembali ke kisah Yesus yang ditipu oleh seseorang yang dekat dengannya. Pasalnya, Sir Girflet adalah salah satu kesatria Raja Arthur yang paling tepercaya.
Simbolisme di sini dikemukakan oleh Excalibur yang terkenal. “Hanya makhluk yang benar-benar mulia yang memahami tindakan tanpa pamrih yang terbaik untuk seluruh umat manusia. Dan bukan keinginan mereka sendiri.”