Sejarah Dunia: Mengapa Catatan Perjalanan Marco Polo Dianggap Penting?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 16 Juli 2024 | 14:00 WIB
Sebagai penjelajah sohor dalam sejarah dunia, Marco Polo mendokumentasikan perjalanannya. Meski diragukan, dokumentasi itu dianggap penting. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Penjelajah asal Venesia, Marco Polo, adalah tokoh penting dalam sejarah dunia pada tahun-tahun menjelang Renaisans.

Ia menulis catatan perjalanan populer yang berjudul Perjalanan Marco Polo — Livre des Merveilles du Monde atau Devisement du Monde. Catatan perjalanannya merupakan deskripsi detail tentang perjalanannya melalui Asia Tengah dan Kekaisaran Tiongkok pada akhir abad ke-13.

Mengutip dari laman History Facts, “Catatan perjalanan Marco Polo lebih dari sekadar catatan perjalanan yang ia tempuh di seluruh dunia.”

Ia juga menggambarkan orang-orang dan lingkungan yang ditemuinya sepanjang perjalanan.

Dengan melakukan hal ini, Marco Polo turut memperkenalkan budaya Asia yang sebelumnya tidak dikenal oleh bangsa Eropa. Sang penjelajah sohor juga menanamkan benih-benih perspektif global era modern.

Namun catatan perjalanannya juga penuh dengan hal-hal yang dilebih-lebihkan. Contohnya pertikaian dengan makhluk mitos dan peristiwa supernatural.

Aspek-aspek tersebut telah menyebabkan beberapa pakar meragukan bahwa ia pernah sampai ke Kekaisaran Tiongkok. Selain itu, tidak banyak catatan sejarah lain yang menguatkan beberapa klaim Marco Polo.

Mari kita pahami penjelajah terkenal ini dan bukunya yang berpengaruh.

Marco Polo dan Kekaisaran Mongol

Marco Polo berasal dari keluarga pedagang Venesia. Tapi rupanya para sejarawan tidak sepakat mengenai apakah mereka benar-benar mencapai tingkat kekayaan dan status tersebut.

Sekitar tahun 1260, ayahnya Niccolo dan pamannya Maffeo memulai perjalanan panjang mereka melalui Kekaisaran Mongol.

Baca Juga: Mitologi Burung Roc dari Cerita Perjalanan Ibnu Batutah dan Marco Polo

Di masa itu, wilayah kekaisaran meliputi Mongolia modern serta Kekaisaran Tiongkok di bawah pemerintahan Kubilai Khan. Kubilai Khan adalah pendiri Dinasti Yuan Kekaisaran Tiongkok.

Perjalanan mereka berakhir di Shangdu, juga dikenal sebagai Xanadu (Mongolia dalam modern), istana musim panas kaisar.

Niccolo dan Maffeo diizinkan bertemu dengan kaisar. Kubilai Khan lalu memerintahkan keduanya untuk kembali ke Shangdu dengan 100 pendeta dan minyak dari Gereja Makam Suci di Yerusalem.

Niccolo dan Maffeo tiba kembali di Venesia sekitar tahun 1269 dan memulai perjalanan kembali ke Shangdu 2 tahun kemudian. Pada perjalanan kali ini, Marco Polo bergabung.

Sayangnya, mereka kembali dengan hanya 2 dari 100 pendeta yang diminta. Marco Polo berusia sekitar 17 atau 18 tahun saat itu.

Selama 3 tahun berikutnya, keluarga Marco Polo melakukan perjalanan darat kembali ke Shangdu. Rute tersebut membawa mereka melewati kota bersejarah Acre, Bagdad, Hormuz, Kashgar, Karakorum, dan Khan Bhalik.

Di tengah perjalanan, kedua pendeta tersebut meninggalkan perjalanan. Jadi kecuali minyak suci yang diminta, ketiganya tiba di istana kaisar dengan tangan kosong.

Mungkin karena utang atau janji dengan Kubilai Khan, keluarga Marco Polo menghabiskan 17 tahun berikutnya di bawah pengawasan Kubilai Khan. Namun tidak jelas apakah mereka bertahan selama itu semata-mata karena pilihan.

Pada masa itu, Marco dikirim ke seluruh Asia Tengah oleh Kubilai Khan. Ia diberi paspor logam berstempel untuk mengidentifikasinya sebagai utusan khusus bagi kaisar.

Catatan seorang “tahanan”

Ketika Marco Polo kembali ke Venesia, perang pecah dengan Republik Genoa. Setelah bergabung dalam upaya perang, dia ditangkap oleh orang Genoa selama pertempuran laut dan dipenjarakan.

Baca Juga: Sisi Lain Kehidupan Marco Polo, Penjelajah Sohor dalam Sejarah Dunia

Di penjara Genoa itulah dia bertemu dengan penulis Rustichello dari Pisa. Kepadanya Marco Polo mendiktekan cerita-cerita yang akan menjadi bagian dari Perjalanan Marco Polo.

Buku tersebut menceritakan sekitar 23 tahun yang dihabiskan Marco Polo dalam perjalanan ke istana Kubilai Khan. Ia menceritakan tentang kisahnya melintasi Asia sebagai utusan khusus dan kembali ke Venesia.

Penjelajah sohor itu pun menggambarkan adat istiadat keluarga penguasa. Termasuk tradisi pemakaman mereka, rumah-rumah umum yang dia temui di seluruh kekaisaran. Tak lupa Marco Polo pun menjelaskan soal pola makan khas Mongol berupa daging kuda dan susu.

Catatan perjalanannya juga membahas adat istiadat dan agama dalam pernikahan, konvensi perang, hingga sistem peradilan. Mungkin yang paling terkenal adalah uraiannya tentang uang kertas yang digunakan oleh Kekaisaran Tiongkok. Uang kertas merupakan hal baru pada saat itu.

Bertentangan dengan kepercayaan umum, Marco Polo tidak bertanggung jawab memperkenalkan pasta ke Italia. Konon hidangan tersebut muncul di Eropa sebelum dia kembali dari Asia. Namun, dia memperkenalkan kembali rempah-rempah yang terlupakan, seperti jahe.

Ada juga banyak pernyataan yang dilebih-lebihkan dalam pernyataan Marco Polo. Dia mengeklaim bahwa pasukan berburu Kubilai Khan terdiri dari tim yang terdiri dari 20.000 pawang anjing dan 10.000 elang.

Marco Polo juga menggambarkan perayaan tahun baru dengan parade 5.000 gajah dan lebih dari 100.000 kuda putih. Semua itu dihadiahkan bagi kaisar.

Dia bahkan bercerita tentang pertemuannya dengan penyihir yang menggunakan ilmu sihir serta ahli astrologi yang mengendalikan cuaca.

Juga ada pesta yang mencakup gelas anggur yang melayang dan roh jahat yang menghantui Gurun Gobi. Konon semua klaim itu merupakan produk dari era takhayul.

Dampak catatan perjalanan Marco Polo

Ketika The Travels of Marco Polo diterbitkan sekitar tahun 1300, sebagian besar orang Eropa hanya tahu sedikit tentang peradaban lain. Demikian pula dengan Kekaisaran Mongol di Tiongkok modern yang menganggap dirinya sebagai chung-kuo atau pusat dunia.

Buku Marco Polo sangat populer dan dicetak dalam berbagai bahasa, termasuk Prancis, Italia, dan Latin. Namun sebagian besar pembaca pada saat itu menganggap kisah tersebut sebagai fiksi.

Bukunya kadang-kadang dikenal sebagai Il Milione, sebuah julukan yang asal-usulnya tidak jelas dan menurut beberapa orang berarti “sejuta kebohongan”.

Namun pada akhirnya, deskripsi Marco Polo mulai digunakan sebagai jembatan budaya antara Timur dan Barat. Dokumentasinya membantu menginspirasi Era Eksplorasi Eropa. Christopher Columbus membawa salinannya selama ekspedisinya lebih dari 1 abad kemudian.

Dan beberapa klaim yang tampaknya aneh dalam buku tersebut kini terungkap bukan sebagai kebohongan melainkan sebagai salah karakterisasi. Misalnya kisah Marco Polo yang menceritakan penampakan unikorn, yang kemungkinan besar adalah seekor badak. Hewan tersebut belum pernah ia kenal sebelumnya.

Hingga hari ini, kisah Marco Polo masih menjadi teka-teki sejarah. Tidak ada manuskrip asli bukunya, meskipun artefak asli pun merupakan informasi bekas, karena buku tersebut didiktekan oleh Marco Polo kepada Rustichello.