Nationalgeographic.co.id—Perjalanan panjang Ibnu Batutah, ulama Islam dari Maroko, ke negeri-negeri nun jauh dalam sejarah abad pertengahan seperti tidak bisa dibayangkan oleh banyak orang. Ceritanya terabadikan dalam buku Rihla-nya yang ditulis seusai ia kembali ke Maroko.
Perjalanan panjang itu dimulai saat usia Batutah mencapai 20 tahun, tepatnya pada 13 Juni 1325 dengan niat awalnya untuk beribadah haji di Makkah.
Namun jiwa petualangnya membuatnya berkelana jauh hingga ke Kekaisaran Gerombolan Emas Mongol, India, Mali, India, Aceh, dan Kekaisaran Tiongkok. Buku Rihla mungkin merekam semua apa yang dijumpai Batutah dalam perjalanannya.
Salah satu pengalaman Batutah yang paling aneh dalam perjalanannya adalah perjumpaan dengan rukhkh. Rukhkh atau roc adalah burung raksasa yang sebenarnya makhluk mitologi. Beberapa kebudayaan, terkadang menganggap burung roc sama dengan foniks yang sama-sama mitos.
Kesaksian Ibnu Batutah akan burung roc terjadi ketika dia dalam perjalanan pulang dari Tiongkok pada 1340-an. Perjalanan itu dia lakukan menuju India melewati Samudra Hindia. Namun, kapal yang ditumpanginya menghadapi badai berupa angin kencang dan hujan lebat di tengah laut.
Disebutkan, badai itu menerpa Ibnu Batutah, para awak, dan penumpang lainnya selama 10 hari tanpa terlihatnya matahari. Kondisi ini, di mana dalam sejarah abad pertengahan navigasi mengandalkan tanda-tanda astronomis, membuat kapal keluar dari jalur pelayaran.
Kapal mereka keluar jauh dari jalur semestinya, sehingga memasuki kawasan laut yang tak dikenal selama satu setengah bulan, menurut buku Rihla. Ibnu Batutah mengatakan bahwa di laut itu dirinya melihat "sebuah gunung...di laut sekitar dua puluh mil jauhnya."
Hanya saja, gambaran gunung itu tidak dijelaskan dengan rinci. Meski demikian, dia menceritakan penampakan yang dijumpainya sangat menakutkan bagi semua orang yang ada di dalam kapal.
"Angin menjadi lebih tenang, tetapi saat matahari terbit kami melihat gunung itu terangkat ke udara dan ada cahaya antara gunung itu dan laut. Kami takjub akan hal ini dan saya melihat para pelaut menangis dan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain," terang Ibnu Batutah dalam catatan perjalanannya.
"Saya [Ibnu Battuta] berkata, ‘Ada apa?’ Mereka berkata, ‘Yang kami kira sebagai gunung adalah rukhkh (roc). Jika ia melihat kita, kita akan binasa.’ Saat itu kami berada kurang dari sepuluh mil darinya. Kemudian Tuhan Yang Maha Tinggi memberi kita berkah berupa angin baik yang langsung menjauhkan kita darinya. Kami tidak melihatnya atau mengetahui bentuk aslinya.”
Burung besar di Samudra Hindia
Burung roc diyakini berasal dari mitologi dunia Timur dari beberapa budaya seperti Persia dan Tiongkok. Disebutkan bahwa burung tersebut sangat besar yang sering memakan gajah kecil , menyukai daging manusia dan sayapnya dapat membuat angin berhembus.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR