Dari Unta hingga Lebah, Bagaimana Hewan Terlibat dalam Konflik Manusia?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 17 Juli 2024 | 12:00 WIB
Ketika peradaban mengalami kemajuan, hewan juga terjun dalam siklus perang yang merusak. (Francois Gerard)

Unta

Selain kuda, unta juga digunakan sebagai hewan perang di Timur Tengah selama ribuan tahun. Penyebutan pertama tentang unta yang digunakan dalam perang adalah pada Pertempuran Qarqar pada tahun 853 SM. Saat itu ada 1.000 unta digunakan oleh pasukan Neo-Asyur.

Pada tahun 547 SM, pada Pertempuran Thymbra, Cyrus Agung dari Persia menggunakan unta untuk melawan Lydia. Sejarawan Yunani Herodotus mencatat bahwa bau unta membuat kuda Lydia bingung.

Pada abad ke-5 SM, Xerxes juga menggunakan kavaleri unta selama invasi Persia ke Yunani. Romawi juga mempekerjakan penunggang unta di sepanjang perbatasan timurnya.

Penggunaan unta sebagai kendaraan perang sepanjang era abad pertengahan masih sangat meluas. “Mulai dari zaman pra-Islam hingga penaklukan Islam hingga era modern,” ungkap Beyer.

Dari tahun 1798 hingga 1801, Napoleon mempekerjakan korps unta selama kampanye Prancis di Mesir dan Suriah.

Belakangan, selama era kolonial, negara-negara kolonial seperti Inggris, Italia, Jerman, Prancis, dan Spanyol semuanya mempekerjakan penunggang unta. Hewan itu berpatroli di gurun pasir dan menjaga ketertiban di wilayah tersebut.

Saat ini, tentara dan polisi modern masih menggunakan unta sebagai hewan perang untuk berpatroli di daerah gurun.

Merpati

Merpati pos telah digunakan untuk menyampaikan pesan sejak 3000 SM di Mesir. Tentu saja kemampuan menyampaikan pesan ini berjalan seiring dengan kemampuan menyampaikan komunikasi ke dan dari medan perang.

Selama Perang Dunia Pertama, merpati pos digunakan secara luas. Beberapa merpati bahkan dianugerahi medali atas jasa mereka. Salah satu merpati tersebut, Cher Ami, dianugerahi Croix de Guerre karena menyampaikan 12 pesan selama Pertempuran Verdun pada 1918.

Baca Juga: Dunia Hewan: Fakta Seputar Orca yang Mengejutkan Para Ilmuwan

Burung ini menyampaikan pesan terakhirnya meskipun menderita luka tembak. Pesan ini menyelamatkan nyawa 194 prajurit AS.

Merpati pos telah digunakan untuk menyampaikan pesan sejak 3000 SM di Mesir. (Julius Neubronner)

Pada Perang Dunia II, jumlah merpati yang digunakan bahkan lebih besar lagi. Inggris sendiri menggunakan lebih dari 250.000 merpati. Sebanyak 32 merpati dianugerahi Dickin Medal, penghargaan tertinggi atas keberanian dari Inggris yang dapat diberikan kepada hewan atas jasanya.

Lebah

Meskipun lebah tidak mungkin dilatih, mereka tetap digunakan dalam perang karena kemampuan ofensifnya. Lebah diketahui telah digunakan oleh orang-orang Yunani dan Romawi, terutama selama pengepungan.

Pada tahun 72 SM, para penjaga Yunani kuno di Themiscyra menggagalkan upaya pengepungan yang dilakukan oleh Romawi. Mereka mengirimkan lebah ke dalam terowongan yang digali orang Romawi di bawah tembok kota.

Pada tahun 69 SM, bangsa Romawi kembali mendapatkan serangan lebah. Saat itu Heptakometes yang membela Trebizond di Turki modern menempatkan sarang berisi madu beracun di sepanjang rute perjalanan Romawi.

Meskipun tidak mematikan, orang-orang Romawi yang sakit itu menyerah pada serangan mual dan dengan mudah dikalahkan.

Selama Perang Dunia Pertama, pasukan Jerman dan Inggris di Tanga, Afrika Timur Jerman, menjadi korban kawanan lebah yang marah. Propaganda Inggris menyatakan bahwa serangan lebah adalah ulah Jerman yang memasang kawat pengaman di dekat sarang lebah.

Meskipun kebenarannya mungkin tidak dapat dipastikan, kemungkinan tersebut masuk akal.

Konon Vietkong juga menggunakan lebah untuk melawan pasukan Amerika Serikat. Mereka menunggu patroli Amerika Serikat dan kemudian menyalakan kembang api di dekat sarang.

Tujuannya untuk mengganggu lebah. Lebah yang terganggu dan marah akan menyerang sasaran terdekat, yaitu tentara Amerika.

Itu kisah hewan-hewan perang yang terjun dalam konflik manusia. Seiring berjalannya waktu, peran mereka pun mulai berkurang dalam perang di dunia modern.