Sejarah Dunia Kuno: Sederet Kisah Tragis Pembunuhan Tokoh Penting

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 19 Juli 2024 | 18:01 WIB
La mort de Cèsar atau Kematian Julius Caesar adalah lukisan tahun 1806 karya Vincenzo Camuccini yang menggambarkan pembunuhan Julius Caesar. Peristiwa itu terjadi pada Idus Martiae, yakni hari ke-74 dalam kalender Romawi, bertepatan dengan 15 Maret. (Wikimedia Commons)

"Dipimpin oleh Cassius Chaerea (seorang anggota terkenal), Pengawal Praetorian membunuh Caligula pada tahun 41 Masehi di istananya," jelas Mitchell.

Setelah kematian Caligula, senat mengumumkan pamannya, Claudius, sebagai kaisar baru. Claudius kemudian memerintah Roma selama lebih dari satu dekade, mengawasi periode stabilitas dan kemakmuran yang relatif stabil.

Pompey the GreatDikhianati oleh Mesir

Relief batu Artaxerxes III, dibunuh oleh Bagoas, kasimnya (Via Ancient Origins)
Pompey, seorang jenderal dan negarawan Romawi terkemuka, dibunuh pada 28 September 48 SM di Mesir. Setelah dikalahkan oleh Julius Caesar dalam Pertempuran Pharsalus, Pompey melarikan diri ke Mesir untuk mencari perlindungan.

Ilustrasi Julius Caesar, sekutu yang akhirnya berubah jadi musuh bagi Pompey. (Thinkstockphoto)

Namun, Ptolemy XIII, penguasa Mesir, alih-alih membantunya justru merencanakan pembunuhannya untuk memenangkan hati Caesar. Dengan strategi sang raja yang licik,Pompey dipenggal oleh salah satu tentara Ptolemy saat ia turun dari kapal.

Kepalanya kemudian diserahkan kepada Caesar sebagai hadiah. Caesar dikabarkan terkejut dan meratapi kematian Pompey, yang menandai akhir dari era dalam politik Romawi dan awal dominasi Caesar atas Republik Romawi.

Artaxerxes IIIDibunuh oleh Seorang Kasim

Relief batu Artaxerxes III, dibunuh oleh Bagoas, kasimnya (Via Ancient Origins)

Artaxerxes III, raja Kekaisaran Achaemenid Persia dari 358 hingga 338 SM, adalah pemimpin yang kuat yang berhasil memulihkan kekuasaan Persia setelah periode ketidakstabilan.

Namun, ia dibunuh oleh salah satu penasihat terdekatnya, seorang kasim bernama Bagoas. Bagoas, yang merasa tidak puas dengan pemerintahan Artaxerxes III, meracuni makanannya secara bertahap hingga ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal.

"Setelah kematian Artaxerxes, Bagoas mencoba menempatkan kandidat pilihannya di takhta dan membunuh sebagian besar putra Artaxerxes untuk mencegah mereka mengklaim takhta," jelas Mtichell.

Pembunuhan Artahsasta III oleh Bagoas adalah salah satu insiden intrik politik yang paling terkenal di Persia kuno. Peristiwa ini menunjukkan tingkat kekuasaan dan pengaruh yang dapat digunakan oleh kasim di istana Persia, dan sejauh mana beberapa abdi dalem akan berusaha mencapai tujuan politik mereka sendiri.