"Dipimpin oleh Cassius Chaerea (seorang anggota terkenal), Pengawal Praetorian membunuh Caligula pada tahun 41 Masehi di istananya," jelas Mitchell.
Setelah kematian Caligula, senat mengumumkan pamannya, Claudius, sebagai kaisar baru. Claudius kemudian memerintah Roma selama lebih dari satu dekade, mengawasi periode stabilitas dan kemakmuran yang relatif stabil.
Pompey the Great—Dikhianati oleh Mesir
Namun, Ptolemy XIII, penguasa Mesir, alih-alih membantunya justru merencanakan pembunuhannya untuk memenangkan hati Caesar. Dengan strategi sang raja yang licik,Pompey dipenggal oleh salah satu tentara Ptolemy saat ia turun dari kapal.
Kepalanya kemudian diserahkan kepada Caesar sebagai hadiah. Caesar dikabarkan terkejut dan meratapi kematian Pompey, yang menandai akhir dari era dalam politik Romawi dan awal dominasi Caesar atas Republik Romawi.
Artaxerxes III—Dibunuh oleh Seorang Kasim
Artaxerxes III, raja Kekaisaran Achaemenid Persia dari 358 hingga 338 SM, adalah pemimpin yang kuat yang berhasil memulihkan kekuasaan Persia setelah periode ketidakstabilan.
Namun, ia dibunuh oleh salah satu penasihat terdekatnya, seorang kasim bernama Bagoas. Bagoas, yang merasa tidak puas dengan pemerintahan Artaxerxes III, meracuni makanannya secara bertahap hingga ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
"Setelah kematian Artaxerxes, Bagoas mencoba menempatkan kandidat pilihannya di takhta dan membunuh sebagian besar putra Artaxerxes untuk mencegah mereka mengklaim takhta," jelas Mtichell.
Pembunuhan Artahsasta III oleh Bagoas adalah salah satu insiden intrik politik yang paling terkenal di Persia kuno. Peristiwa ini menunjukkan tingkat kekuasaan dan pengaruh yang dapat digunakan oleh kasim di istana Persia, dan sejauh mana beberapa abdi dalem akan berusaha mencapai tujuan politik mereka sendiri.