Sejarah Dunia: Nasib 5 Kota Kuno yang Pernah Menguasai Amerika Utara

By Sysilia Tanhati, Kamis, 18 Juli 2024 | 16:00 WIB
Dalam sejarah dunia, Teotihuacan, Cahokia, dan kota metropolitan pernah menguasai Amerika Utara. Bagaimana nasibnya kini? (Arian Zwegers/Wikimedia Commons)

Warga Etzanoa, yang disebut sebagai “Pemukiman Besar” oleh kelompok masyarakat adat lainnya, tinggal di rumah berbentuk sarang lebah besar. Masing-masing rumah menampung sekitar selusin orang dengan taman rimbun di antara rumah-rumah tersebut.

Selama bulan-bulan musim dingin masyarakat akan mengikuti kawanan bison. Mereka mendirikan tipis (tenda) sebagai tempat tinggal sementara saat bepergian. Masyarakat ini memiliki tradisi perajin yang kuat dan jaringan perdagangan yang luas hingga Tenochtitlan, ibu kota Aztec.

Dimulai pada akhir abad ke-16, para penakluk Spanyol yang sedang mencari emas menghubungi kelompok yang tinggal di wilayah ini. Menurut laporan Spanyol, kedua kelompok itu bersahabat, bahkan berbagi kue jagung. Namun pada tahun 1601, pihak Spanyol yang dipimpin oleh Juan de Onate menyandera dan warga melarikan diri. Masyarakat tersebut kembali, menyerang Spanyol, yang kemudian menembakkan empat meriam. Dan kemudian mereka menghilang.

Penjelajah Prancis yang melewatinya pada tahun 1700-an tidak menemukan kota, meskipun terdapat legenda. Para arkeolog menduga bahwa cacar dan penyakit lainnya membunuh sebagian besar pemukim asli.

Etzanoa tetap menjadi misteri hingga tahun 2016. Saat itu seorang remaja setempat menemukan peluru meriam yang terkait dengan pertempuran abad ke-17. Kota yang telah lama hilang—setidaknya sisa-sisanya—telah ditemukan kembali.

Chaco Canyon: ibu kota wanita tangguh

Budaya Chaco di wilayah barat, di New Mexico, menyaingi budaya Cahokian dalam hal kompleksitas. Dari tahun 800-an hingga 1200-an, leluhur masyarakat Pueblo tinggal di lebih dari 150 permukiman di sekitar Ngarai Chaco. Mereka menempati rumah-rumah batu yang luas dengan ratusan kamar. Tempat yang paling penting adalah Pueblo Bonito, pusat dunia Chacoan.

Mereka bertani, berdagang, dan melakukan upacara keagamaan. Masyarakat juga menyebar melalui jaringan jalan yang terawat baik sejauh ratusan km ke arah barat, utara, dan selatan.

Untuk mengairi tanaman jagung, labu, dan kacang-kacangan, penduduk setempat memanfaatkan aliran sungai lokal yang terputus-putus melalui kanal dan parit. Para pedagang membawa barang-barang eksotik seperti macaw merah dan kakao dari masyarakat Mesoamerika ke selatan.

Masyarakat Chacoan tidak memiliki bahasa tertulis. Hal ini menyebabkan banyak hal yang diketahui tentang masyarakat mereka berasal dari penguburan.

Salah satu ruang pemakaman, misalnya, menampung 13 jenazah yang diduga berpangkat tinggi. Jenazah-jenazah itu dikelilingi oleh ribuan manik-manik berwarna biru kehijauan, cangkang, mangkuk, dan kendi. Analisis DNA menunjukkan bahwa sebagian besar individu tersebut mempunyai hubungan darah melalui ibu atau nenek mereka. Kekuasaan mungkin diturunkan melalui garis ibu.

Pada abad ke-13, suku Chacoan mulai pindah ke wilayah lain di barat daya. Tidak diketahui secara pasti alasannya, meskipun kemungkinan kekeringan parah memaksa mereka keluar.