Benarkah Orang-Orang di Abad Pertengahan Enggan Menjaga Kebersihan?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 19 Juli 2024 | 08:29 WIB
Benarkah masyarakat di Abad Pertengahan selalu kotor dan kurang memperhatikan kebersihan pribadi? (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Bukan rahasia lagi bahwa masyarakat Eropa di Abad Pertengahan mempunyai beberapa masalah dalam hal kesehatan. Kota-kota merupakan tempat yang sangat tidak sehat karena tidak adanya sistem pembuangan limbah.

Selain itu, ada praktik membuang sampah dan kotoran manusia ke jalan. Kawasan ramai pun terkenal bau. Mungkin karena alasan inilah terdapat kesalahpahaman umum mengenai orang-orang di Abad Pertengahan.

Konon, mereka selalu kotor dan kurang memperhatikan kebersihan pribadi. Benarkah demikian? Stereotip ini terutama berlaku pada kaum tani. Dalam budaya populer, kaum petani sering digambarkan sebagai kelompok yang tidak bersih. Mereka juga dipercaya penuh dengan segala macam parasit, wabah penyakit, dan pembusukan.

Namun apakah masyarakat di era Abad Pertengahan benar-benar kotor? Sebagian besar orang pada masa itu tidak memiliki akses terhadap standar kebersihan yang mendekati standar abad ke-21. Tapi mereka tahu pentingnya menjaga kebersihan.

Kota-kota dan desa-desa biasanya dibangun di dekat sumber air bersih. Air bersih juga disuplai melalui sumur atau dialirkan melalui pipa timah. Oleh karena itu, orang-orang dapat mandi secara teratur.

Selain itu, ada banyak referensi sastra dan karya seni dari periode Abad Pertengahan yang menggambarkan orang-orang sedang mandi. Jadi, aktivitas tersebut merupakan bagian dari rutinitas sehari-hari bagi banyak orang di Abad Pertengahan.

Kebersihan dasar di Abad Pertengahan

Bertentangan dengan gambaran petani yang jarang mandi, bahkan anggota masyarakat yang kurang mampu pun mempraktikkan kebersihan dasar. Mereka biasanya memiliki kendi, baskom, atau bak berisi air untuk mencuci tangan dan wajah secara rutin.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan merupakan hal yang lumrah. Pasalnya, tangan masih menjadi alat utama untuk makan. (Penggunaan garpu belum menjadi hal yang lumrah di Eropa hingga abad ke-18).

Orang-orang juga menyikat gigi secara teratur. Di pedesaan, ranting hazel segar digunakan sebagai sikat gigi, dan jika tidak tersedia, masyarakat menggunakan kain linen.

Tidak ada pasta gigi. Namun garam laut dan bumbu halus seperti cengkeh digunakan saat menyikat gigi. Tujuannya untuk membantu menjaga mulut tetap segar dan gigi tetap bersih.

Baca Juga: Selidik Kejahatan dan Hukumannya dalam Sejarah Abad Pertengahan

Mandi di rumah dan tempat umum 

Bak mandi kayu biasanya ditemukan di rumah-rumah masyarakat kaya, yang mandi secara teratur. Rakyat jelata di daerah pedesaan tidak selalu memiliki bak mandi. Tapu mereka berenang di sungai. Bila tidak ada sungai, bak mandi kuda yang praktis pun bisa dijadikan bak mandi.

Karena banyak warga yang bekerja dengan pekerjaan kasar dan berkeringat, mereka cukup sering mandi, bahkan setiap hari.

Di kota-kota, mandi dilakukan di pemandian umum, yang umum dilakukan pada akhir Abad Pertengahan. Pemandian ini sering kali dihubungkan dengan toko roti, menggunakan panas berlebih dari oven untuk menghangatkan air. Pemandian umum pada Abad Pertengahan bukan untuk mereka yang pemalu. Konon pria dan wanita mandi telanjang bersama. Maka tidak mengherankan jika pemandian sering kali memiliki sisi terlarang dan juga berfungsi sebagai rumah bordil.

Penggunaan sabun untuk mandi

Ya, orang menggunakan sabun di Abad Pertengahan. Sabun sudah tersedia sebagai barang dagangan di Eropa sejak abad ke-9. Sabun juga dapat dibuat di dalam negeri. Banyak resep pembuatan sabun yang berasal dari Abad Pertengahan. Resep tersebut sering kali mengandung bahan-bahan seperti abu dari pohon ek, lemak hewani, jeruk nipis (dipanaskan menjadi kapur tohor), garam, dan tepung.

Sabun diberi wewangian menggunakan herba segar seperti sage dan thyme. Sampo tidak ada, jadi kebanyakan orang hanya mencuci rambut dengan air. Namun, orang kaya mencuci rambut mereka dengan campuran mirip sabun. Campuran tersebut terbuat dari abu dan putih telur serta diberi wewangian herba dan bunga.

Orang juga menyisir rambutnya dengan sisir, tapi bukan hanya untuk alasan kosmetik. Sisir bergigi rapat digunakan sebagai alat pembersih. Sisir itu dirancang khusus untuk menghilangkan kutu dari rambut.

Tentu saja, mandi yang baik tidak ada gunanya jika semua pakaian Anda berbau busuk. Orang-orang Abad Pertengahan sangat menyadari hal ini dan berusaha menjaga kebersihan pakaian mereka.

Meskipun pakaian luar yang lebih tebal mungkin hanya disikat sesekali, pakaian dalam dan linen rumah tangga sering kali dicuci. Buku nasihat dari Abad Pertengahan menganjurkan agar pakaian dalam diganti setiap hari.

Mereka yang mampu mengirimkan cucian mereka ke penatu. Penatu menggosok dan membuang kotoran dari linen di bak kayu besar atau di sungai. Untuk membersihkan dan menghilangkan bau pada kain maka digunakan tanaman tertentu yang berfungsi sebagai sabun.

Dan untuk menjaga warna putih tetap bagus dan cerah, orang-orang mencuci linen mereka dengan larutan alkali – campuran yang mengandung abu kayu dan urine. Urine tersebut dikumpulkan dengan hati-hati dari pispot.

Jadi, masyarakat di Abad Pertengahan juga menjaga kebersihan tubuh dan pakaian mereka, ya.