Para Wanita yang Memimpin dengan Gagah Berani dalam Sejarah Dunia Kuno

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 20 Juli 2024 | 13:10 WIB
Dari Cleopatra Mesir yang ikonis hingga Boudica yang gagah berani, para pemimpin wanita ini menunjukkan kualitas kepemimpinan yang langka pada masanya. Hingga kini, mereka dikenang sebagai simbol kekuatan dan perlawanan. (Public domain)

Melalui kepemimpinannya, Cleopatra tidak hanya berhasil mempertahankan kekuasaan di dunia yang didominasi pria. Ia juga meninggalkan warisan yang terus memikat imajinasi dunia.

Boudica (Inggris)

Boudica adalah Ratu Iceni, suku Celtic di Inggris timur. Ia dikenal memimpin pemberontakan besar-besaran melawan Kekaisaran Romawi sekitar tahun 60 atau 61 M. Menikah dengan Raja Prasutagus, Boudica menjadi sorotan setelah kematian suaminya.

Prasutagus bermaksud membagi kerajaannya antara putri-putrinya dan Kaisar Romawi. Namun Romawi mengabaikan keinginannya, mencaplok wilayah tersebut, dan menyiksa putri-putri Boudica. Hal ini mendorong Boudica untuk membalas dendam terhadap penjajah Romawi.

Patung Boudica yang ada London, Inggris. Boudica dari Inceni adalah musuh besar Kekaisaran Romawi yang kini jadi pahlawan nasional Inggris. (Alan Shearman/Flickr)

Pemberontakan dimulai dengan penaklukan Camulodunum, sebuah pos terdepan Romawi. Lalu diikuti dengan penghancuran Londinium (London) dan Verulamium (St. Albans).

Pasukan Boudica menimbulkan banyak korban jiwa. Mereka dilaporkan menewaskan hingga 70.000 orang Romawi dan warga Inggris yang pro-Romawi. Meskipun sukses, para pemberontak itu akhirnya dikalahkan oleh tentara Romawi di bawah Gubernur Suetonius Paulinus.

Kematian Boudica diselimuti misteri. Beberapa sumber mengklaim dia bunuh diri dengan racun untuk menghindari penangkapan. Saat ini, Boudica dirayakan sebagai pahlawan dan lambang perlawanan serta kebanggaan nasional.

Hatshepsut (Mesir)

Hatshepsut adalah seorang firaun Mesir Kuno pada Dinasti ke-18. Ia pertama kali naik takhta sekitar tahun 1478 SM, saat menjabat sebagai wali bagi anak tirinya, Thutmose III. Sang putra masih terlalu muda untuk memerintah pada saat itu.

Dia segera mengambil alih kekuasaan penuh seorang firaun. Hatshepsut mengadopsi tanda kebesaran dan gelar penuh yang biasanya diperuntukkan bagi penguasa laki-laki.

Pemerintahannya berlangsung selama sekitar 22 tahun. Ia sering digambarkan dalam pakaian tradisional firaun laki-laki, lengkap dengan janggut palsu yang menandakan kedudukan sebagai raja.