“Jadi, ya, hal baiknya adalah ke mana pun kami pergi, kami biasanya menjadi orang pertama yang melihat area tersebut karena kami bisa turun hingga kedalaman 1.000 meter dengan manusia, dan kedalaman 6.000 meter dengan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh. Jadi setiap kali kami menyelam, kami melihat hal-hal yang belum pernah dilihat orang sebelumnya. Jadi kami melihat hal-hal itu untuk pertama kalinya.”
Masa Depan Riset Indonesia
Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN, Nugroho Dwi Hananto, juga bersyukur BRIN bisa bekerja sama dengan OceanX. Tujuan eksplorasi ini, menurut Nugroho, adalah “untuk mengungkap biodiversitas dan keanekaragaman geologi maritim kita.”
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.500 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 kilometer. Seluas 75% wilayah Indonesia juga merupakan wilayah perairan. Namun, sayangnya baru sebagian kecil lautan Indonesia yang terpetakan dan banyak misteri dari laut dalamnya yang belum terungkap.
"Kita tahu baru sebagian kecil, kurang dari 18% dari lautan kita yang telah dilakukan pemetaan dengan teliti!” ungkapnya.
Lebih lanjut Nugroho juga menjelaskan bahwa kerja sama BRIN dengan OceanX tidak akan berakhir pada Agustus, seiring berlabuhnya kapal OceanXplorer di Bitung. Menurut Nugroho, kerja sama mereka masih akan berlangsung hingga tiga tahun ke depan, hingga 2027. “Untuk mengelaborasi semua data yang kita miliki sekarang,” tuturnya.
Co-CEO and Chief Science Officer OceanX, Vincent Pieribone, turut senang bisa berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia. Dia berharap ekspedisi ini bisa membantu pemerintah Indonesia dalam menambang data laut negaranya.
“Saya pikir pemerintah Indonesia sangat ingin membuat kebijakan dan mendorong perubahan. Mereka membutuhkan data. Semuanya harus dimulai dengan data ilmiah. OceanX dan pemerintah sangat yakin bahwa tanpa data, Anda tidak dapat mengambil keputusan yang tepat tentang kawasan perlindungan laut, perikanan, pembangunan pesisir,” ucap Vincent.
“Jadi itulah yang dilakukan OceanX, untuk menyediakan data tentang apa yang ada di laut dalam, apa yang ada di laut dangkal. Jadi kapal [OceanXplorer] ini adalah mesin penghasil data.”
Nugroho juga menekankan bahwa dalam penelitian laut dalam, para peneliti BRIN perlu fasilitas riset yang canggih. Sayangnya, hingga saat ini BRIN belum punya kapal riset canggih seperti milik OceanX. Kini, menurut Nugroho, BRIN sedang dalam proses pengadaan kapal riset dengan teknologi mutakhir, yang diproyeksi akan terwujud pada 2027.
“Kita sedang dalam proses pengadaan kapal riset, sehingga kita perlu bekerja sama dengan OceanX, supaya para periset kita terlatih dan terbiasa dengan fasilitas modern. Sehingga nanti kalau kapal kita datang, kita sudah terbiasa melakukan riset dengan peralatan termutakhir."