Nationalgeographic.co.id — Kehidupan bawah tanah penuh sesak menjadi ciri khas lanskap perkotaan di seluruh Inggris saat peristiwa London Blitz dalam sejarah Perang Dunia 2. Peristiwa The Blitz atau London Blitz berlangsung selama 9 bulan pada 7 September 1940 hingga Mei 1941.
Selama periode tersebut, Nazi Jerman secara sistematis menyerang London sejak tahun 1940. Serangan kilat London adalah periode pemboman yang sangat lama.
Warga sipil melarikan diri dengan cara bersembunyi di tempat perlindungan pribadi atau umum saat sirene meraungkan sinyal peringatan.
Warga London mencari perlindungan di stasiun London Underground, di tempat penampungan masyarakat yang dibangun khusus.
Seperti di ruang bawah tanah, di lorong-lorong, atau di tempat perlindungan di kebun mereka seperti tempat penampungan Anderson.
Bahayanya nyata, sebelum musim gugur tahun 1942, lebih banyak warga sipil Inggris yang tewas dalam sejarah Perang Dunia 2 daripada personel militer Inggris.
Hidup di Bawah tanah
Warga London dengan cepat memahami bahwa stasiun bawah tanah London Tube adalah tempat yang aman untuk menghindari serangan udara.
Memang, jaringan bawah tanah tersebut pernah menjadi tempat berlindung selama serangan udara dalam sejarah Perang Dunia Pertama (1914-1918).
Namun, pemerintah Inggris tidak mendukung hal ini karena dapat mengganggu jalannya kereta api, tetapi kehendak rakyat sulit terbendung karena ribuan orang berkumpul di setiap stasiun setiap malam.
Setiap orang harus membawa perlengkapan tidur sendiri, ada banyak kebisingan dari obrolan dan anak-anak berlarian.
Baca Juga: Sejarah Perang Dunia II: Saat Warga London Hidup di Bawah Bayang-Bayang