Bermula dari pertanyaan filosofis
Sejak zaman Aristoteles, filsuf-filsuf telah mencoba mengurai benang kusut paradoks ini. Sang filsuf Yunani kuno melihat paradoks ayam dan telur sebagai contoh dari sebuah urutan tak terbatas yang tidak memiliki titik awal.
"Ini adalah upaya awal manusia untuk memahami konsep tak terhingga yang begitu membingungkan," papar Howard seperi dilansir dari The Guardian.
Plutarch, sejarawan Yunani lainnya, turut terpesona oleh pertanyaan ini. Baginya, dilema ayam dan telur adalah sebuah "masalah besar dan berat" yang memaksa para pemikir untuk merenungkan pertanyaan mendasar tentang asal-usul alam semesta.
Apakah dunia memiliki awal? Apakah dunia akan berakhir? Pertanyaan-pertanyaan ini, yang mungkin terdengar sangat modern, ternyata sudah muncul sejak zaman kuno.
Selama berabad-abad, pertanyaan ayam atau telur lebih banyak dibahas dalam ranah filsafat. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya biologi dan geologi, kita mulai memiliki pemahaman yang lebih baik tentang asal-usul kehidupan.
Teori evolusi, yang dikemukakan oleh Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace, memberikan kita sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana spesies berevolusi dari waktu ke waktu.
Pemenang mutlak
Jika kita mendefinisikan "telur" sebagai sebuah wadah keras yang melindungi embrio hewan, maka jawabannya sudah sangat jelas: telur muncul jauh sebelum ayam.
Burung, termasuk ayam, hanyalah salah satu dari banyak kelompok hewan yang bertelur. Fosil-fosil menunjukkan bahwa telur bercangkang keras telah ada sejak zaman dinosaurus, ratusan juta tahun lalu.
Penelitian DNA dan bukti arkeologi menunjukkan bahwa ayam modern yang kita kenal saat ini baru muncul sekitar 10.000 tahun yang lalu. Ini artinya, telur telah ada di Bumi selama jutaan tahun sebelum ayam pertama kali berkokok.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Bagaimana Orang Kuno Mencuci Rambut Sebelum Sampo