Sejarah Dunia: Kisah Pilu Marie Antoinette Menjadi Seorang Ratu

By Sysilia Tanhati, Kamis, 1 Agustus 2024 | 14:00 WIB
Dalam sejarah dunia, Marie Antoinette digambarkan sebagai wanita yang tidak bertanggung jawab yang hidupnya hanya pamer kemewahan. (Public Domain)

Rumah itu dibangun pada tahun 1783 oleh Richard Mique, arsitek favoritnya. Rumah itu seperti sebuah pondok dengan bunga-bunga indah di sekelilingnya meskipun terletak di dekat istana.

Rumah kecil itu baik untuk Marie Antoinette. Tinggal di sana membuatnya merasa seperti bepergian jauh dari Versailles yang mewah. Rumah ini pun menjadi tempat favoritnya dan ia menghabiskan waktu sebanyak mungkin di sana.

Sebagai ibu dari empat anak, Marie Antoinette lebih suka menghabiskan waktu di lingkungan yang menyenangkan ini. “Jauh dari pandangan musuh-musuhnya,” Klimczak menambahkan. Ia adalah seorang tukang kebun amatir dan di iklim Paris yang menyenangkan ia memperoleh hasil yang indah untuk usahanya.

Selama revolusi, surga kecilnya diubah menjadi pabrik. Kemudian pabrik itu ditinggalkan, tetapi bangunan itu menjadi museum pada abad ke-20.

Eksekusi yang penuh kebohongan dalam sejarah dunia

Mitos terbesar tentang Marie Antoinette adalah kisah tentang pertanyaannya mengapa orang-orang miskin tidak makan kue, jika mereka tidak punya roti. Frasa ini sebenarnya diucapkan oleh anak-anak Spanyol sekitar satu abad sebelumnya.

Namun, para pendukung Revolusi Prancis menggunakan kisah dari masa lalu seolah-olah itu diucapkan oleh Marie Antoinette. Frasa itu pun terus diulang oleh banyak orang, termasuk seniman modern, penulis, dan pembuat film.

Ketika dia dikurung di penjara, Marie Antoinette disalahkan atas semua dosa para bangsawan. Selama Revolusi Prancis, semua keluarga kerajaan menjadi tahanan. Banyak bangsawan terbunuh dan diyakini bahwa raja dan ratu juga harus mati.

Marie Antoinette dieksekusi dengan guillotine di Place de la Revolution pada tanggal 16 Oktober 1793. Ia dibunuh karena memiliki akar kerajaan, kesalahpahaman, dan argumen tidak benar yang ditujukan kepadanya.

Meski bukan wanita suci, tetapi dosa terbesar Marie Antoinette adalah “kutukannya”. Ia terlahir sebagai seorang putri dan ia tidak dapat memilih yang lain.

Tidak peduli seberapa baik atau rendah hatinya, ia harus membayar semua yang dilakukan oleh para bangsawan dan bahkan suaminya sendiri.

Penggambaran lain tentang Marie Antoinette

Marie Antoinette sama sekali tidak seperti yang ingin digambarkan oleh propaganda revolusioner. Ia sensitif, penuh kasih, dan tersesat dalam dunia intrik di istana Prancis.

Ia memang membuat beberapa kesalahan. Namun sebenarnya, ia tidak pernah memahami mentalitas orang Prancis dan merindukan kehidupannya di Wina. Ketika ia meninggal, ia baru berusia 38 tahun.

Setelah dieksekusi, kepalanya diambil oleh sahabatnya yang setia – Madame Tussaud, yang membuat topeng dan kemudian kepala lilinnya.

Marie Antoinette mungkin percaya bahwa ia akan lebih bahagia jika ia dilahirkan dalam keluarga yang normal. Dengan kecintaannya pada pedesaan, ia bisa menikmati hidup yang lebih sederhana dan lebih bahagia daripada ketika menjadi Ratu Prancis.