Pembantaian 42 Ribu Warga London dalam Sejarah Perang Dunia 2

By Ricky Jenihansen, Minggu, 4 Agustus 2024 | 17:00 WIB
Peristiwa The Blitz dalam sejarah Perang Dunia 2 menewaskan lebih dari 42 ribu warga London. (Historia Extra)

Potret kehidupan bawah tanah di seluruh Inggris saat peristiwa London Blitz dalam sejarah Perang Dunia 2. (Public Domain)

Nestapa Warga London

Jerman percaya bahwa pengeboman sistematis di London dan kota-kota lain akan menghancurkan tatanan sosial Inggris.

Dalam hal ini, Jerman ternyata salah besar, Inggris tak kunjung menyerah dan telah siap mengorbankan warga London.

Bahkan ketika salah satu sudut istana Istana Buckingham terkena bom, kerajaan tetap bergeming. Meski memang benar, hal tersebut menyebabkan tekanan luar biasa pada masyarakat Kota London yang dikorbankan.

Di sisin lain, juga sering kali ada tuduhan bahwa beberapa orang menggunakan tempat penampungan untuk hubungan yang tidak pantas.

Ada juga prasangka lain yang lebih jahat, seperti rumor bahwa orang Yahudi menghabiskan sepanjang hari di tempat penampungan dan menempati tempat terbaik saat terjadi penggerebekan.

Gagasan bahwa tempat terbaik diperjualbelikan di semacam pasar gelap tempat penampungan tampaknya juga tersebar luas.

Ada beberapa contoh, meskipun jarang, tentang orang-orang yang tidak memiliki tempat berlindung yang bertindak atas ketidaksenangan mereka saat melihat orang-orang kaya di tempat berlindung mereka.

Dalam satu insiden, sekelompok orang menerobos masuk ke ruang bawah tanah Hotel Savoy yang mewah di London. Ruang itu lantas digunakan sebagai tempat berlindung.

Sekitar 100 orang penyusup itu dipimpin oleh Peter Piratin, seorang komunis terkemuka, tetapi mereka diizinkan untuk menginap semalam.

Piratin dan para pengikutnya disuguhi teh. Mereka bersikeras untuk membayarnya (meskipun tidak dengan harga yang biasa dibayarkan di Savoy).

Pihak berwenang tentu saja khawatir akan kesehatan mental warga sipil serta melindungi mereka secara fisik dari pengeboman.

John Langdon menulis panduan singkat untuk mempertahankan sikap positif selama pengeboman dengan menulis buku 'Nerves versus Nazis'.

Tentu saja, banyak yang dapat meninggalkan kota-kota besar demi mendapatkan keamanan di kota-kota kecil, dan tinggal bersama kerabat.

Sementara itu, karena perisitwa pembantaian The Blitz telah memengaruhi lebih banyak orang, kerajaan dan politisi terkemuka akhirnya mengunjungi rumah-rumah yang dibom.

Kemudian cabang propaganda pemerintah Inggris memasang poster dengan slogan-slogan seperti "Inggris Bisa Mengatasinya" meski telah lebih 42 ribu warga London tewas.