Inza Koné, Primatolog Pertama Pantai Gading yang Sukses Pertahankan Salah Satu Hutan Primer Terakhir di Afrika Barat

By Yussy Maulia, Selasa, 6 Agustus 2024 | 13:25 WIB
Inza Koné, primatolog pertama dari pantai Gading yang meraih penghargaan 2023 Rolex Awards for Enterprise. (Dok. Rolex)

Nationalgeographic.co.id – Meski ditetapkan sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terbanyak di Afrika Barat, Pantai Gading memiliki tingkat deforestasi yang tergolong tinggi di dunia. Dalam 50 tahun terakhir saja, negara ini telah kehilangan lebih dari 80 persen hutan primernya.

Inza Koné menyadari tanah kelahirannya itu menghadapi masalah lingkungan yang serius sejak usia remaja. Perhatian utamanya tertuju pada keberlangsungan hewan primata yang terancam punah bersamaan dengan musnahnya hutan-hutan.

Sejak usia 8 tahun, Koné hidup dekat dengan hewan primata. Ia pernah memelihara dan merawat bayi babun—yang merupakan pemberian sang ayah—selama bertahun-tahun.

“Saya dan babun itu menjadi sahabat baik. Namun, seiring waktu, ia tumbuh semakin besar dan semakin sulit untuk dikendalikan,” cerita Koné.

Baca Juga: Terapkan Pertanian Regeneratif, Pemilik Brand Lokal SukkhaCitta Raih Penghargaan Rolex Awards

Di sisi lain, Koné tidak bisa melepaskan peliharaannya begitu saja ke hutan. Sebab, babun tersebut sudah terbiasa dirawat oleh manusia, sehingga akan kesulitan untuk bertahan hidup di alam liar. Tak punya pilihan lain, Koné terpaksa melakukan tindakan euthanasia terhadap hewan itu.

“Bayangkan betapa sedihnya saya saat itu. Sejak saat itu, pandangan saya terhadap hewan liar, terutama primata, berubah. Saya menyadari mereka lebih baik dilepas di alam liar,” lanjut profesor biosains di Université Félix Houphouët-Boigny sekaligus Direktur Jenderal Pusat Penelitian Ilmiah Centre Suisse de Recherches Scientifiques (CSRS), Swiss, tersebut.

Koné menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mempelajari kehidupan dan konservasi hewan primata. Menyandang gelar doktor atau PhD Ekologi Hewan, ia pun menjadi primatolog pertama di Pantai Gading dan Afrika.

Bagi Koné, mempelajari kehidupan hewan primata bukan hanya memuaskan rasa penasarannya. Pada 2006, ia membantu menginisiasi program konservasi untuk satu-satunya hutan primer yang tersisa di Pantai Gading, yaitu Tanoé-Ehy. Hutan primer adalah kawasan hutan yang sama sekali belum tersentuh aktivitas manusia, seperti perburuan dan penebangan pohon secara liar.

Memiliki luas 11.000 hektare, Tanoé-Ehy menjadi rumah bagi empat primata paling langka dan terancam punah di Afrika Barat, yaitu monyet roloway, mangabey berleher putih, colobus berpaha putih, dan colobus merah Miss Waldron.

Baca Juga: Dunia Hewan: Benarkah Kuda Nil Menjadi Hewan Paling Berbahaya di Afrika?

Colobus berpaha putih, salah satu primata paling langka dan terancam punah yang hidup di Hutan Tanoé-Ehy, Pantai Gading. (Dok. Rolex)