Salah satu pemimpin Yunani kuno yang melengkapi pasukannya dengan gajah perang adalah Raja Pyrrhus dari Epirus. Ia akhirnya berperang dengan kekuatan Kekaisaran Romawi yang sedang bangkit saat itu. Dilaporkan juga bahwa Epirus yang memperkenalkan Romawi pada gajah perang.
Ketika legiun Romawi berhadapan dengan gajah
Pyrrhus bertemu dengan prajurit Romawi beberapa kali dalam pertempuran.
Pasukannya mengalahkan orang Romawi di Heraclea di Italia selatan tidak jauh dari Tarentum pada tahun 280 SM. Saat itu gajah-gajah Pyrrhus konon membuat takut kavaleri Romawi. Ia mengalahkan orang Romawi lagi di Asculum pada tahun 279 SM.
Pyrrhus kemudian bertemu dengan bangsa Romawi di Beneventum (Italia selatan) pada tahun 275 SM. Kali ini, bangsa Romawi lebih siap. Meskipun awalnya berhasil memukul mundur pasukan Romawi, gajah-gajah itu berlari kembali dan menyerbu pasukan Pyrrhus sendiri.
Hal ini mungkin mengungkap kelemahan terbesar penggunaan gajah dalam pertempuran. Mereka bisa menjadi bahaya bagi pihak mereka sendiri maupun bagi musuh.
Hannibal, bangsa Kartago, dan gajah perang
Bangsa Romawi selanjutnya berhadapan dengan ancaman bangsa Kartago yang semakin besar yang datang dari Afrika utara dalam Perang Punisia.
Bangsa Kartago tidak memiliki akses mudah ke gajah Asia. Jadi mereka mendapatkan gajah-gajah mereka di tempat yang lebih lokal, seperti di Pegunungan Atlas. Pegunungan itu membentang dari Maroko, Aljazair, dan Tunisia.
Populasi gajah tersebut sekarang sudah punah. Mereka pernah dianggap sebagai gajah hutan Afrika (Loxodonta cyclotis), yang lebih kecil dari gajah Asia. Juga gajah semak atau sabana Afrika yang sangat besar (Loxodonta africana).
Bangsa Kartago memanfaatkan gajah selama Perang Punisia Pertama, seperti dalam pertempuran di Sungai Bagradas (255 SM) di Tunisia modern. Di sana, sekitar 100 gajah membantu menghancurkan pasukan Romawi.
Baca Juga: Germanicus, Kisah Ayah Caligula yang Gagal Jadi Kaisar Romawi