Nationalgeographic.co.id—Anda mungkin pernah mendengar tentang sekelompok wanita dalam sejarah Romawi yang dikenal sebagai “Vestal Virgin”. Konon wanita penjaga api suci Romawi ini bisa dikubur hidup-hidup karena melanggar sumpah kesucian mereka. Namun, kelompok ini memiliki kekuatan, prestise, hak istimewa, bahkan popularitas!
Jadi, siapakah wanita-wanita ini dan bagaimana mereka mendapatkan status tersebut?
Dikenal oleh orang Romawi kuno sebagai atrium Vestae, Perawan Vestal adalah sebuah kolegium keagamaan (imam) yang terdiri dari enam perempuan. Para wanita ini bersumpah keperawanan selama 30 tahun untuk mengabdi pada pemujaan Vesta, dewi perapian kuno. Setelah 30 tahun pelayanan mereka, mereka diizinkan meninggalkan imamat dan menikah, meskipun sebagian besar tetap bertahan.
Mereka tinggal di kompleks luas atrium Vestae yang terletak di kawasan utama Forum Romawi. “Para pendeta wanita ini menjaga dan secara sistematis merawat api suci Vesta di kuil yang bersebelahan,” tulis Laura Swift di laman The Conversation.
Bangsa Romawi percaya bahwa kaum Vestal menjamin kesejahteraan negara melalui pelestarian api abadi. Di era Romawi awal, api dianggap sebagai perwujudan dewi Vesta dan simbol perapian rumah Romawi.
Awal mula
Tradisi menyatakan kultus dan perguruan tinggi Vesta didirikan pada abad ke-8 SM oleh Numa Pompilius (raja kedua Roma).
Konon Numa melakukan hal tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap pendahulunya Romulus (pendiri Roma) dan ibu Romulus.
Bukti arkeologis membuktikan bangunan permanen pertama yang berhubungan dengan pemujaan Vesta sudah ada sejak abad ke-6 SM. Kolegium ini ada hingga dibubarkan pada tahun 394 M oleh kaisar Romawi Theodosius I.
Apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka dipilih?
Kesalehan menentukan masa jabatan Perawan Vestal atau Vestal Virgin. Mereka berpartisipasi dalam ritual penting seperti membuat mola salsa, kue garam. “Kue itu digunakan dalam ritual pengurbanan pada upacara yang dilaksanakan oleh para Vestal,” tambah Swift.
Baca Juga: Kehidupan Perawan Vestal Romawi Kuno, Jika Lakukan Salah Dihukum Mati
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR