Mengenal Kekaisaran Parthia, Musuh Utama Romawi yang Sulit Dikalahkan

By Sysilia Tanhati, Minggu, 11 Agustus 2024 | 11:00 WIB
Selama lebih dari empat abad, Kekaisaran Parthia menguasai Jalur Sutra, menjadi saingan terbesar Romawi. (War pannel, Septimius Severus' arch/CC BY-SA 3.0)

Para penguasa Pathia mengadopsi gelar shahanshah atau "Raja segala Raja". Hal tersebut menekankan hubungan mereka dengan warisan Akhemeniyah.

Parthia terkenal dengan militer, budaya, dan perdagangannya

Posisi optimal di persimpangan antara Tiongkok, India, dan Mediterania Timur, menjadikan Kekaisaran Parthia sebagai kekuatan dominan di Timur Dekat. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kendali Parthia atas Jalur Sutra. Peran kunci dalam perdagangan kuno meningkatkan ekonomi Parthia dan memungkinkan terjadinya pertukaran budaya. Mereka menciptakan masyarakat yang dinamis, multikultural, dan kaya.

Bangsa Parthia juga mengembangkan gaya yang rumit dan khas dalam seni dan arsitektur, memadukan unsur-unsur Helenistik, Persia, dan lokal. Dinasti yang berkuasa – Arsacids – mencerminkan inklusivitas kekaisaran mereka. Awalnya Parthia mengadopsi bahasa Yunani sebagai bahasa resmi. Namun kemudian menggantikannya dengan bahasa Parthia hanya setelah pecahnya permusuhan dengan bangsa Romawi.

Parthia dapat menyaingi Romawi selama berabad-abad, sebagian karena kekayaannya yang sangat besar dan sebagian lagi karena militernya yang kuat. Militernya terkenal dengan prajurit berkuda dan "tembakan Parthia". Tembakan tersebut merupakan sebuah taktik yang kemudian ditiru oleh penerus mereka, bangsa Sassanid. Selain itu, para pengembara lain dari padang rumput Eurasia, termasuk Hun, Skithia, Mongol, dan Magyar juga mengadopsi “tembakan Parthia”.

Parthia mengendalikan Jalur Sutra

Selama berabad-abad, Kekaisaran Parthia memainkan peran penting dalam pengembangan perdagangan Jalur Sutra. Rute tersebut berfungsi sebagai pusat penghubung antara Timur dan Barat.

Bangsa Parthia menguasai segmen-segmen penting dari jaringan perdagangan kuno ini. Mereka memfasilitasi pertukaran sutra, rempah-rempah, dan permata berharga. Semua itu pada akhirnya mendorong perekonomian Kekaisaran.

Pertukaran barang-barang mewah dilengkapi dengan aliran ide-ide keagamaan dan filosofis, termasuk Buddhisme, yang memengaruhi budaya Parthia. Seni dan ikonografi India berpadu dengan tradisi Parthia dan Helenistik, menciptakan sintesis budaya yang unik.

Bangsa Parthia memfasilitasi perdagangan dan pertukaran budaya antara kekaisaran-kekaisaran kuno besar. “Misalnya dengan Tiongkok dan India di Timur dan Romawi di Barat,” tambah Bileta. Namun, politik dan militer Parthia mungkin telah mencegah bangsa Romawi untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan kekaisaran-kekaisaran timur. Terutama Tiongkok.

Untuk mematahkan monopoli Jalur Sutra Parthia, bangsa Romawi memulai perdagangan Samudra Hindia. Romawi menggunakan pelabuhan-pelabuhan Laut Merah Mesir sebagai titik awal untuk perdagangan maritim yang menguntungkan. Namun, Romawi dan Tiongkok tidak pernah berhasil membangun hubungan langsung.

Parthia dan Romawi merupakan saingan terbesar