Selisik Krisis yang Jadi Penyebab Berakhirnya Peradaban Mesir Kuno

By Sysilia Tanhati, Senin, 12 Agustus 2024 | 16:00 WIB
Peradaban Mesir kuno di Sungai Nil perlahan bertekuk lutut akibat kekeringan selama berabad-abad, krisis ekonomi, dan penjajah asing yang oportunis. (Morhaf Kamal Aljanee/Wikimedia Commons)

Efek Domino dari runtuhnya Zaman Perunggu

Pada abad ke-12 SM, seluruh wilayah Mediterania mengalami peristiwa dahsyat yang dikenal sebagai “Runtuhnya Zaman Perunggu.”

Bagi kerajaan-kerajaan yang jatuh ke tangan Bangsa Laut, keruntuhannya berlangsung cepat dan mutlak. Kerajaan-kerajaan itu juga mengalami bencana-bencana lain yang terjadi pada saat yang sama seperti kekeringan dan kelaparan.

Bangsa Mycenaean di Yunani dan bangsa Het di Anatolia, misalnya, menyaksikan kota-kota, budaya, dan bahkan bahasa tertulisnya musnah.

Sebagian karena Ramses III mampu mengusir Bangsa Laut, Mesir kuno bertahan lebih lama, kata Cline. Namun, akhirnya Mesir kuno menjadi mangsa dari masalah yang sama yang menimpa wilayah yang lebih luas: “kekeringan besar”. Kekeringan besar berlangsung selama 150 tahun atau lebih.

Ketika kekeringan besar melanda, disintegrasi jaringan perdagangan Mediterania yang pernah berkembang pesat pun terjadi. “Hubungan internasional yang begitu menonjol dan lazim selama akhir Zaman Perunggu semuanya terputus,” kata Cline.

Wabah penyakit, hilangnya sumber daya, dan perampokan makam

Setelah kematian Ramses III, Mesir kuno diperintah oleh serangkaian firaun yang tidak efektif yang juga bernama Ramses. Ramses XI, yang meninggal sekitar tahun 1070 SM, adalah firaun terakhir dari Kerajaan Baru.

Catatan arkeologis dari periode ini memberikan petunjuk mengapa dan bagaimana peradaban Mesir kuno mengalami kemunduran yang begitu cepat.

Misalnya, mumi Ramses V tampaknya memiliki bekas luka cacar di wajahnya. Sementara para sejarawan tidak dapat memastikan apakah ia benar-benar meninggal karena cacar. Catatan menunjukkan bahwa Ramses V dan keluarganya dimakamkan di makam yang baru digali. Dan juga ada moratorium selama 6 bulan bagi siapa pun yang mengunjungi Lembah Para Raja setelah pemakaman.

Beberapa cendekiawan berpendapat bahwa ini mungkin salah satu perintah isolasi pertama karena penyakit yang tercatat. Dan kemungkinan tanda bahwa peradaban Mesir kuno dilanda wabah cacar pada saat itu.

Selain itu, selama pemerintahan Ramses V dan Ramses VI, Mesir kuno tampaknya kehilangan kendali atas tambang tembaga dan pirus. Keduanya merupakan sumber daya penting yang terletak di semenanjung Sinai. Nama mereka adalah nama firaun Mesir terakhir yang tertulis di situs tersebut. Mesir kuno mungkin telah menarik diri sepenuhnya dari Sinai dan Kanaan pada tahun 1140 SM, kata Cline.