Selisik Krisis yang Jadi Penyebab Berakhirnya Peradaban Mesir Kuno

By Sysilia Tanhati, Senin, 12 Agustus 2024 | 16:00 WIB
Peradaban Mesir kuno di Sungai Nil perlahan bertekuk lutut akibat kekeringan selama berabad-abad, krisis ekonomi, dan penjajah asing yang oportunis. (Morhaf Kamal Aljanee/Wikimedia Commons)

Kemudian, di bawah Ramses IX, yang memerintah pada akhir abad ke-12 SM, Mesir kuno diguncang oleh serangkaian perampokan makam. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi ekonomi begitu menyedihkan. Juga hilangnya rasa hormat terhadap otoritas firaun begitu rendah. Maka tidak heran jika pencuri dengan berani menyerbu makam firaun yang telah tumbang untuk mendapatkan emas dan harta karun.

“Hal ini adalah kejahatan yang mengejutkan. Namun pemerintahan Ramses IX hanyalah awal dari periode perampokan makam kerajaan yang berkelanjutan,” kata Cline. “Pada satu titik, selama pemerintahan Ramses XI, mereka harus memindahkan beberapa mumi kerajaan untuk diamankan.”

Orang asing yang mengisi takhta kerajaan

Setelah Kerajaan Baru, Kerajaan Mesir kuno diperintah oleh serangkaian kekuatan asing. Hal ini menjadi bukti lebih lanjut tentang kemunduran peradaban Mesir kuno.

Pertama-tama datanglah orang Libya, orang nomaden dari perbatasan barat Mesir. Pengaruh dan budayanya secara bertahap mengambil alih kursi kekuasaan. Shoshenq I, seorang firaun keturunan Libya, adalah firaun pertama Dinasti ke-22. Ia mencoba mengembalikan kejayaan Ramses III dengan menyerang kerajaan Israel dan Yehuda pada abad ke-10 SM.

Kemudian, pada abad ke-8 SM, bangsa Nubia atau Kush secara damai mengklaim takhta Mesir kuno selama masa pergolakan politik. Serangkaian firaun Kush memerintah Mesir kuno selama hampir satu abad sebagai Dinasti ke-25 sebelum diusir oleh penjajah Asyur.

Cleopatra VII Philopator merupakan penguasa terakhir Dinasti Ptolemeus sekaligus firaun aktif yang terakhir di Mesir kuno. (WIkimedia Commons)

“Begitu raja-raja Kush mengambil alih, itu benar-benar mengakhiri Mesir kuno sebagai kekuatan independen,” kata Cline. “Kemudian bangsa Asyur datang, diikuti oleh bangsa Persia, Yunani, Romawi, dan kemudian Islam. Jika Anda berbicara tentang Mesir kuno yang menjadi kekuatan tersendiri dan diperintah oleh orang Mesir, itu tidak akan pernah sama lagi.”

Peradaban Mesir mengalami akhir kejayaannya di bawah Dinasti Ptolemeus (305 hingga 30 SM). Dinasti itu merupakan suksesi firaun Yunani Makedonia yang memerintah Mesir setelah kematian Aleksander Agung. Cleopatra VII adalah salah satu firaun Ptolemeus yang paling terkenal. Dinasti Ptolemeus membangun ibu kota Helenistik yang megah di Aleksandria.

Ketika Cleopatra dan Marc Antony dikalahkan oleh Kaisar Romawi Octavianus (Augustus) pada tahun 30 SM, Mesir kuno menjadi provinsi Republik Romawi. Peristiwa ini menjadi penutup dari Dinasti Mesir kuno terakhir sekaligus menjadi akhir dari peradaban Mesir kuno.