Dinamika Kekuasaan Para Perempuan dalam Harem Kekaisaran Tiongkok Kuno

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 14 Agustus 2024 | 10:00 WIB
(Ilustrasi) Selir Kekaisaran Tiongkok Kuno (historyskills.com)

Istri dan selir kaisar sebagian besar berasal dari keluarga bangsawan, dan peran utama mereka adalah melahirkan dan membesarkan anak-anak kaisar. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dinasti, harem pun semakin besar dan kompleks.

Pada masa Dinasti Ming dan Qing, harem telah menjadi lembaga yang luas dan rumit, menampung ratusan, terkadang ribuan, wanita, termasuk istri kaisar, selir, kerabat perempuan, dan sejumlah besar kasim serta pembantu.

Bagaimana harem terbentuk? 

Istilah "harem" berasal dari kata Arab "haram", yang berarti "terlarang" atau "suci".

Dalam konteks Tiongkok Kuno, Harem Kekaisaran merujuk pada tempat tinggal pribadi kaisar, tempat para istri, selir, dan kerabat perempuannya tinggal.

Wu Mingren dalam artikelnya yang terbit di laman Ancient Origins menjelaskan bahwa di puncak hierarki harem Kekaisaran China adalah ratu, yang merupakan 'istri resmi' Kaisar.

"Ratu adalah sosok yang paling dihormati, itu terjadi karena ia dianggap sebagai 'ibu dunia," jelasnya. "Hanya ada kaisar dan ratu yang posisinya di atas permaisuri, semua orang harus mematuhi perintahnya."

"Di bawah ratu adalah permaisuri. Jumlah dan pangkat mereka berbeda-beda menurut dinasti yang berkuasa. Di bawah permaisuri ini adalah selir, dan jumlah ini bervariasi menurut masing-masing kaisar," paparnya.

Harem adalah tempat yang benar-benar terlarang bagi kebanyakan pria, kecuali kaisar dan kasim yang bertugas di dalamnya.

Harem Kekaisaran bukan sekadar ruang fisik; namun juga institusi kompleks yang mempunyai hierarki, aturan, dan adat istiadatnya sendiri.

Perlu diketahui bahwa di puncak hierarki ada kaisar, diikuti oleh permaisuri, yang merupakan istri resmi kaisar dan memegang pangkat tertinggi di antara para wanita di harem.

Baca Juga: Singkap Cara Masyarakat di Kekaisaran Tiongkok Mengatasi Cuaca Panas