Krisis Ekonomi Terjadi, Bagaimana Kehidupan 4 Anak Marie Antoinette?

By Sysilia Tanhati, Senin, 26 Agustus 2024 | 12:57 WIB
Marie Antoinette memiliki empat orang anak. Namun tragedi, krisis ekonomi, dan Revolusi Prancis memisahkan sang ratu dari keturunannya. (Élisabeth Louise Vigée Le Brun)

Terisolasi dan ketakutan, anak laki-laki itu mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan emosional. Hal tersebut mungkin diperburuk oleh tuduhan palsu yang dipaksakan kepadanya oleh sipir penjara. Sipir mengatakan bahwa Louis Charles telah dilecehkan secara seksual oleh ibunya dan bibinya, saudara perempuan Louis XVI.

Bukti palsu itu digunakan selama persidangan Marie Antoinette. Tuduhan itu dibantah keras oleh mantan ratu yang patah hati. Setelah menjalani persidangan yang melelahkan selama 2 hari, Marie Antoinette dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap Prancis. Ia pun mengikuti jejak suaminya. Mantan Ratu Prancis itu dieksekusi dengan guillotine pada tanggal 16 Oktober 1793.

Louis XVI dieksekusi pada bulan Januari 1793. Sebelum itu, Marie Antoinette dan dua anak mereka yang masih hidup mengucapkan selamat tinggal kepada Louis XVI. (Marshall, Thomas Falcon)

Kurang dari 2 tahun kemudian, pada bulan Juni 1795, Louis Charles yang berusia 10 tahun meninggal. Penyebab kematiannya kemungkinan karena tuberkulosis yang diperburuk oleh perlakuan buruk yang dialaminya. Seorang dokter yang simpatik menyelundupkan jantung anak itu keluar dari penjara setelah diautopsi.

Jantung itu pun memulai pengembaraan selama berabad-abad, diteruskan ke kerabat kerajaan di seluruh benua. Namun akhirnya jantung Louis Charles diletakkan di samping makam orang tuanya di gereja Saint-Denis di Paris pada abad ke-20.

Louis Charles gadungan muncul

Meskipun monarki Prancis dihapuskan, para pendukung kerajaan percaya bahwa Louis Charles menjadi Raja Louis XVII setelah ayahnya dieksekusi. Desas-desus dengan cepat menyebar bahwa anak laki-laki itu secara ajaib lolos dari para penculiknya. Banyak yang percaya jika tubuh anak lain yang telah meninggal digunakan untuk menggantikannya.

Selama beberapa dekade berikutnya, puluhan orang mengeklaim bahwa mereka adalah Louis XVII. Meskipun sebagian besar orang dengan mudah disingkirkan, yang lain menyajikan “bukti” yang memengaruhi orang-orang yang percaya.

Karl Wilhelm Naundorff, seorang pembuat jam asal Jerman, menulis serangkaian memoar. Memoarnya menyatakan bahwa ia adalah Louis Charles. Tulisannya membuat beberapa anggota keluarga kerajaan yang masih hidup mendukungnya. Yang paling menonjol adalah satu-satunya saudara kandungnya yang masih hidup, Marie Therese. Ketika ia meninggal di Belanda pada tahun 1845, surat kematian dan batu nisannya mencantumkannya sebagai Louis XVII.

Teori pelarian Louis XVII menjadi sumber penghasilan. Lebih dari 500 buku diterbitkan tentang “dauphin yang hilang”. Nasib Louis Charles bahkan menarik perhatian Mark Twain, yang menyertakan penyebutannya dalam novelnya Huckleberry Finn.

Akhirnya, pada tahun 2000, bukti medis yang meyakinkan menepis teori tersebut. Para ilmuwan menggunakan DNA dari kerabat kerajaan, termasuk sejumput rambut Marie Antoinette. Mereka mencocokkannya dengan sampel yang diambil dari jantung Louis Charles yang diawetkan. Hal itu membuktikan sekali dan untuk selamanya bahwa sang dauphin yang ditakdirkan mati itu tidak melarikan diri.

Marie Therese menjadi Ratu Prancis—selama 20 menit

Marie Therese berada di penjara, dengan sedikit informasi tentang nasib keluarganya. Ia ditahan hingga menjelang ulang tahunnya yang ke-17 pada bulan Desember 1795. Dibebaskan setelah berakhirnya Pemerintahan Teror, Marie Theres awalnya dikirim ke negara asal ibunya, Austria.

Atas desakan pamannya (yang telah mengangkat dirinya sebagai Louis XVIII), ia menikahi ahli warisnya, sepupu pertamanya Louis, Adipati Angouleme. Pasangan itu menghabiskan beberapa tahun di pengasingan di Inggris Raya, sebelum kembali ke Prancis pada tahun 1814. Saat itu Louis XVIII menjadi raja setelah Napoleon Bonaparte digulingkan.

Tragedi dalam hidupnya, tidak mengherankan, membuat Marie Therese menjadi wanita yang penuh rasa curiga dan sakit hati. Ia putus asa atas serangkaian penipu yang menuntut agar ia mengakui mereka sebagai saudara laki-lakinya. Dia terpaksa melarikan diri dari Prancis beberapa kali, karena kekuasaan Monarki Bourbon yang dipulihkan menjadi semakin lemah.

Pada tahun 1824, setelah kematian Louis XVIII, suaminya menjadi pewaris takhta. 6 tahun kemudian, selama Revolusi 1830, suaminya sempat menjadi Raja Louis XIX ketika ayahnya turun takhta. Marie Therese menjadi ratu—sampai suaminya, pada gilirannya, turun takhta kurang dari setengah jam kemudian, demi keponakannya.

Marie Therese menghabiskan sisa hidupnya di pengasingan, berpindah-pindah di antara istana kerajaan. Putri Marie Antoinette itu meninggal pada usia 72 tahun pada bulan Oktober 1851. Ia dimakamkan di samping suaminya di Slovenia.

Itulah kisah kehidupan anak-anak Marie Antoinette yang lahir di tengah kekacauan dan krisis ekonomi di Prancis.