Krisis Ekonomi Terjadi, Bagaimana Kehidupan 4 Anak Marie Antoinette?

By Sysilia Tanhati, Senin, 26 Agustus 2024 | 12:57 WIB
Marie Antoinette memiliki empat orang anak. Namun tragedi, krisis ekonomi, dan Revolusi Prancis memisahkan sang ratu dari keturunannya. (Élisabeth Louise Vigée Le Brun)

Nationalgeographic.co.id—Marie Antoinette digambarkan sebagai ratu yang boros yang ikut campur dalam urusan politik suaminya yang berkemauan lemah, Louis XVI. “Namun, ia juga seorang ibu yang penyayang bagi keempat anaknya,” tulis Barbara Maranzani di laman Biography. Mereka adalah Marie Therese Charlotte, Louis Joseph, Louis Charles, dan Sophie.

Keempat anaknya itu memberikan penghiburan emosional bagi Ratu Prancis yang sedang dilanda masalah.

Revolusi mengubah sejarah Prancis. Keluarga Marie Antoinette pun terkena imbasnya. Di tengah krisis ekonomi dan Revolusi Prancis, ketiga putra putri Marie Antoinette meninggal. Pada akhirnya, satu-satunya putri mereka yang masih hidup harus menghadapi trauma dan tragedi nasib keluarga.

Marie Antoinette dan Louis XVI berjuang untuk memulai keluarga

Marie Antoinette merupakan anak ke-15 dari 16 bersaudara. Ia lahir dari pasangan Ratu Austria Maria Theresa dan Kaisar Romawi Suci Francis I. Marie muda ditunangkan dengan pewaris takhta Prancis saat masih anak-anak. Pasangan itu menikah pada tahun 1770 saat Marie Antoinette baru berusia 14 tahun dan Louis baru berusia 15 tahun.

Kedua mempelai baru itu tahu bahwa tugas utama Marie Antoinette sebagai istri adalah melahirkan pewaris laki-laki. Namun, kehadiran pewaris tidak pernah terwujud selama beberapa tahun. Hal ini disebabkan karena masalah fisik di pihak Louis maupun masalah psikologis.

Istana kerajaan terkenal suka bergosip. Dan tentu saja Marie Antoinette serta Louis dihujani dengan nasihat dan kritik karena belum memiliki keturunan.

Saudara laki-laki Marie Antoinette bahkan diutus untuk memberikan nasihat seksual kepada raja muda itu selangkah demi selangkah. Baru pada tahun 1778, 4 tahun setelah mereka naik takhta Prancis, seorang bayi perempuan lahir. Putri itu diberi nama Marie Therese Charlotte.

Meskipun ia pewaris laki-laki seperti yang diharapkan, Marie Therese memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan bagi ibunya.

Marie Antoinette, Ibu yang penyayang

Pada tahun 1781, Marie Antoinette melahirkan Louis-Joseph, yang menjadi pewaris ayahnya, peran yang dikenal sebagai dauphin. Ia sangat menyayangi anak-anaknya, meskipun ia sering kali tidak dapat mengurus mereka sehari-hari karena protokol kerajaan yang ketat. Bila memungkinkan, Marie Antoinette menghabiskan waktu bersama anak-anaknya di Petite Trianon. Petite Trianon adalah puri kecil di Istana Versailles yang diberikan Louis kepadanya.

Baca Juga: Mengapa Marie Antoinette Jadi Simbol Hedonisme Wanita Bangsawan?

Di Petite Trianon, Marie Antoinette menciptakan kehidupan kedua yang indah sekaligus mahal. Di sana, ia terbebas dari mata-mata para bangsawan. Di saat yang sama, Marie Antoinette dan Louis pun semakin tidak populer kalangan rakyat Prancis. Ketidakpopulerannya itu disebabkan oleh hobi mewahnya yang menjadi bahan rumor skandal tentang kehidupan pribadinya. Karena itu, muncul rumor terkait pengeluarannya yang dipercaya menjadi penyebab kehancuran ekonomi Prancis.

Dua anak meninggal sebelum Raja Louis XVI dan Ratu Marie Antoinette dilengserkan

Meskipun LouisXVI dan Marie Antoinette saling menyukai, hubungan cinta mereka tidak begitu hebat. Diplomat Swedia Axel von Fersen dan Marie Antoinette dikisahkan memulai hubungan asmara. Rumor ini beredar ketika Axel von Fersen kembali dari pertempuran dalam Revolusi Amerika pada tahun 1778.

Waktu kelahiran anak ketiga Marie Antoinette, Louis-Charles, pada tahun 1785 menjadi perbincangan di seluruh Prancis. Pasalnya, banyak yang menduga bahwa ia adalah putra von Fersen. Tahun berikutnya, Marie Antoinette melahirkan anak terakhirnya, seorang putri bernama Sophie. “Putri terakhirnya itu lahir prematur,” tambah Maranzani.

Potret Marie Antoinette tahun 1784 bersama dua anak tertuanya, Marie-Therese Charlotte dan Dauphin Louis Joseph, di taman Petit Trianon. (Adolf Ulrik Wertmüller)

Tragedi terjadi kurang dari setahun kemudian, ketika Sophie meninggal. Pada musim panas tahun 1789, Marie Antoinette dan Louis sangat terpukul ketika pewaris berusia 7 tahun Louis Joseph meninggal. Ia adalah anak yang cerdas tetapi kerap sakit-sakitan. Louis Joseph kemungkinan meninggal karena tuberkulosis tulang belakang.

Orang tuanya yang dirundung duka tidak punya banyak waktu untuk berkabung. Revolusi Prancis meledak dengan penyerbuan Bastille hanya beberapa minggu setelah kematian Louis Joseph.

Louis Charles menghadapi nasib yang mengerikan

Louis XVI dieksekusi pada bulan Januari 1793. Sebelum itu, Marie Antoinette dan dua anak mereka yang masih hidup mengucapkan selamat tinggal kepada Louis XVI.

Pada akhir tahun 1789, keluarga kerajaan dipindahkan dari Versailles dan ditawan di Paris. Setelah serangkaian upaya pelarian yang gagal, monarki dihapuskan oleh pemerintah revolusioner pada tahun 1792. Louis XVI ditahan terpisah dari keluarganya dan dieksekusi pada bulan Januari 1793.

Meskipun Marie Antoinette awalnya diizinkan untuk tetap bersama Marie Therese dan Louis Charles, pihak berwenang segera memisahkan mereka. Marie Antoinette, yang sekarang dikenal sebagai Marie Capet, diawasi dengan ketat. Meski demikian, hal tersebut tidak menghentikannya untuk terus merencanakan pelariannya.

Louis Charles dikurung di sebuah ruangan gelap dan busuk. Ia diberi makan dengan ransum yang sedikit, dilarang dikunjungi, dan disiksa secara fisik oleh sipir penjaranya.

Terisolasi dan ketakutan, anak laki-laki itu mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan emosional. Hal tersebut mungkin diperburuk oleh tuduhan palsu yang dipaksakan kepadanya oleh sipir penjara. Sipir mengatakan bahwa Louis Charles telah dilecehkan secara seksual oleh ibunya dan bibinya, saudara perempuan Louis XVI.

Bukti palsu itu digunakan selama persidangan Marie Antoinette. Tuduhan itu dibantah keras oleh mantan ratu yang patah hati. Setelah menjalani persidangan yang melelahkan selama 2 hari, Marie Antoinette dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap Prancis. Ia pun mengikuti jejak suaminya. Mantan Ratu Prancis itu dieksekusi dengan guillotine pada tanggal 16 Oktober 1793.

Louis XVI dieksekusi pada bulan Januari 1793. Sebelum itu, Marie Antoinette dan dua anak mereka yang masih hidup mengucapkan selamat tinggal kepada Louis XVI. (Marshall, Thomas Falcon)

Kurang dari 2 tahun kemudian, pada bulan Juni 1795, Louis Charles yang berusia 10 tahun meninggal. Penyebab kematiannya kemungkinan karena tuberkulosis yang diperburuk oleh perlakuan buruk yang dialaminya. Seorang dokter yang simpatik menyelundupkan jantung anak itu keluar dari penjara setelah diautopsi.

Jantung itu pun memulai pengembaraan selama berabad-abad, diteruskan ke kerabat kerajaan di seluruh benua. Namun akhirnya jantung Louis Charles diletakkan di samping makam orang tuanya di gereja Saint-Denis di Paris pada abad ke-20.

Louis Charles gadungan muncul

Meskipun monarki Prancis dihapuskan, para pendukung kerajaan percaya bahwa Louis Charles menjadi Raja Louis XVII setelah ayahnya dieksekusi. Desas-desus dengan cepat menyebar bahwa anak laki-laki itu secara ajaib lolos dari para penculiknya. Banyak yang percaya jika tubuh anak lain yang telah meninggal digunakan untuk menggantikannya.

Selama beberapa dekade berikutnya, puluhan orang mengeklaim bahwa mereka adalah Louis XVII. Meskipun sebagian besar orang dengan mudah disingkirkan, yang lain menyajikan “bukti” yang memengaruhi orang-orang yang percaya.

Karl Wilhelm Naundorff, seorang pembuat jam asal Jerman, menulis serangkaian memoar. Memoarnya menyatakan bahwa ia adalah Louis Charles. Tulisannya membuat beberapa anggota keluarga kerajaan yang masih hidup mendukungnya. Yang paling menonjol adalah satu-satunya saudara kandungnya yang masih hidup, Marie Therese. Ketika ia meninggal di Belanda pada tahun 1845, surat kematian dan batu nisannya mencantumkannya sebagai Louis XVII.

Teori pelarian Louis XVII menjadi sumber penghasilan. Lebih dari 500 buku diterbitkan tentang “dauphin yang hilang”. Nasib Louis Charles bahkan menarik perhatian Mark Twain, yang menyertakan penyebutannya dalam novelnya Huckleberry Finn.

Akhirnya, pada tahun 2000, bukti medis yang meyakinkan menepis teori tersebut. Para ilmuwan menggunakan DNA dari kerabat kerajaan, termasuk sejumput rambut Marie Antoinette. Mereka mencocokkannya dengan sampel yang diambil dari jantung Louis Charles yang diawetkan. Hal itu membuktikan sekali dan untuk selamanya bahwa sang dauphin yang ditakdirkan mati itu tidak melarikan diri.

Marie Therese menjadi Ratu Prancis—selama 20 menit

Marie Therese berada di penjara, dengan sedikit informasi tentang nasib keluarganya. Ia ditahan hingga menjelang ulang tahunnya yang ke-17 pada bulan Desember 1795. Dibebaskan setelah berakhirnya Pemerintahan Teror, Marie Theres awalnya dikirim ke negara asal ibunya, Austria.

Atas desakan pamannya (yang telah mengangkat dirinya sebagai Louis XVIII), ia menikahi ahli warisnya, sepupu pertamanya Louis, Adipati Angouleme. Pasangan itu menghabiskan beberapa tahun di pengasingan di Inggris Raya, sebelum kembali ke Prancis pada tahun 1814. Saat itu Louis XVIII menjadi raja setelah Napoleon Bonaparte digulingkan.

Tragedi dalam hidupnya, tidak mengherankan, membuat Marie Therese menjadi wanita yang penuh rasa curiga dan sakit hati. Ia putus asa atas serangkaian penipu yang menuntut agar ia mengakui mereka sebagai saudara laki-lakinya. Dia terpaksa melarikan diri dari Prancis beberapa kali, karena kekuasaan Monarki Bourbon yang dipulihkan menjadi semakin lemah.

Pada tahun 1824, setelah kematian Louis XVIII, suaminya menjadi pewaris takhta. 6 tahun kemudian, selama Revolusi 1830, suaminya sempat menjadi Raja Louis XIX ketika ayahnya turun takhta. Marie Therese menjadi ratu—sampai suaminya, pada gilirannya, turun takhta kurang dari setengah jam kemudian, demi keponakannya.

Marie Therese menghabiskan sisa hidupnya di pengasingan, berpindah-pindah di antara istana kerajaan. Putri Marie Antoinette itu meninggal pada usia 72 tahun pada bulan Oktober 1851. Ia dimakamkan di samping suaminya di Slovenia.

Itulah kisah kehidupan anak-anak Marie Antoinette yang lahir di tengah kekacauan dan krisis ekonomi di Prancis.