Selisik Sejarah Serangan Militer Kekaisaran Ottoman ke Eropa dan Mesir

By Sysilia Tanhati, Senin, 19 Agustus 2024 | 18:00 WIB
Dimulai dari awal yang sederhana, Kekaisaran Ottoman tumbuh menjadi salah satu kekaisaran terbesar dan terkuat dalam sejarah dunia. (Fausto Zonaro)

Nationalgeographic.co.id—Dimulai dari awal yang sederhana, Kekaisaran Ottoman tumbuh menjadi salah satu kekaisaran terbesar dan terkuat dalam sejarah dunia. Membentang di tiga benua, pada puncak kekuasaannya di abad ke-16, puluhan juta orang hidup di bawah kekuasaannya. Standar hidup, kemakmuran, dan kekayaan yang dibawa Kekaisaran Ottoman ke tanah mereka belum pernah terlihat sejak zaman Romawi.

Kebangkitan Kekaisaran Ottoman yang cepat dan tiba-tiba ke tampuk kekuasaan sungguh luar biasa. Dimulai sebagai suku nomaden yang tidak penting dari Asia Tengah, Kekaisaran Ottoman tumbuh menjadi kekaisaran yang perkasa hanya dalam beberapa abad yang singkat. Kekaisaran ini bertahan hingga akhir Perang Dunia Pertama.

Di tengah masa kejayaannya, Kekaisaran Ottoman pun melakukan ekspansi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan invasi ke Eropa dan Mesir. Bagaimana sejarahnya?

Osman I

Kisah Kekaisaran Ottoman dimulai dengan Osman I. Pada tahun 1299 M, setelah invasi Mongol ke Timur Tengah, puluhan suku Turki membanjiri Anatolia. Salah satu suku ini berada di bawah kekuasaan Osman I.

Osman adalah pemimpin yang licik namun cakap. Mengutip dari World Atlas, “Osman I sangat peka terhadap kelemahan suku, kerajaan, atau kekaisaran di sekitarnya.” Baik suku-suku Turki lainnya maupun Kekaisaran Bizantium yang terus melemah siap untuk direbut.

Kisah Kekaisaran Ottoman dimulai dengan Osman I. Pada tahun 1299 M, setelah invasi Mongol ke Timur Tengah, puluhan suku Turki membanjiri Anatolia. Salah satu suku ini berada di bawah kekuasaan Osman I. (Wikimedia Commons)

Osman menaklukkan provinsi Bizantium Bithynia. Ia kemudian bergerak untuk menyingkirkan sesama kepala suku Turki yang mengancam kekuasaannya.

Pada tahun 1345, Osman meninggal, tetapi para penerusnya melanjutkan invasi atas namanya. Ottoman menguasai sebidang tanah yang cukup besar di Anatolia. Mereka pun berada dalam posisi untuk melakukan perjalanan yang berani ke Eropa. Bizantium, yang menguasai sebagian besar Thrace, lemah. Kekaisaran ini disibukkan dengan perselisihan internal yang remeh. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyerang.

Invasi ke Balkan

Kekaisaran Ottoman dan Bizantium bentrok dalam banyak perang di pertengahan abad ke-14. Dengan setiap konflik, Kekaisaran Ottoman perlahan-lahan mengikis apa yang tersisa dari kekaisaran yang dulunya besar. Tak lama kemudian, Ottoman menguasai Thrace dan Makedonia, dan tak lama kemudian Bizantium terdampar di balik tembok ibu kota mereka, Konstantinopel.

Baca Juga: Pelajar Jawi dan 'Propaganda' Kekaisaran Ottoman di Hindia Belanda

Bizantium tidak hanya menderita di tangan Ottoman yang baru tiba, tetapi juga kerajaan lain di Balkan. Pada tahun 1389, Kekaisaran Ottoman berhasil menaklukkan Serbia dalam Pertempuran Kosovo. Ottoman kemudian menghancurkan pasukan Tentara Salib dalam Pertempuran Nicopolis pada tahun 1396, sehingga Bulgaria juga ikut bergabung.

Pada tahun 1402, Kekaisaran Ottoman terlibat dalam perang saudara yang berdarah dan kacau yang dikenal sebagai Interregnum Ottoman. Namun kekaisaran itu bangkit dari perang tersebut pada tahun 1413 dengan kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya. Selama 30 tahun berikutnya, para sultan Ottoman berupaya keras untuk mempertahankan dan mengonsolidasikan kekuasaan mereka.

Pada tahun 1444, Kekaisaran Ottoman mengalahkan pasukan Perang Salib lainnya dalam Pertempuran Varna. Tanpa ancaman eksternal yang terlihat, Ottoman akhirnya bebas untuk menumpas musuh-musuh Bizantium mereka yang keras kepala untuk selamanya.

Jatuhnya Kekaisaran Romawi di Timur

Di bawah komando Mehmed Sang Penakluk, pasukan Kekaisaran Ottoman mengepung Konstantinopel pada tahun 1453. Serangan ini bukanlah serangan pertama Ottoman ke Konstantinopel.

Dalam beberapa dekade sebelumnya, pasukan Ottoman telah menyerang kota tersebut tetapi tidak berhasil. Hal ini berkat tembok Konstantinopel yang hampir tidak dapat ditembus. Dibangun pada masa Kekaisaran Romawi, Tembok Theodocian yang melindungi kota tersebut. Tembok Theodocian menjadi pencegah terkuatnya sejak kota tersebut pertama kali didirikan lebih dari 1000 tahun yang lalu.

Namun, kali ini berbeda. Mehmed datang dengan persiapan yang matang. Tidak seperti upaya sebelumnya yang gagal untuk merebut kota, Mehmed memperkenalkan senjata baru yang dahsyat. Sebagai persiapan untuk tugas berat merebut Konstantinopel, Mehmed memerintahkan pembuatan meriam pengepungan besar. Meriam itu digunakan untuk meruntuhkan tembok kota yang kokoh.

Bizantium melakukan perlawanan keras terhadap Ottoman. Namun pertahanan mereka tidak dapat menahan kekuatan meriam Ottoman. Kota itu akhirnya ditaklukkan, dan dengan itu, sisa-sisa terakhir Kekaisaran Romawi pun hilang.

Mehmed Sang Penakluk menamai Konstantinopel sebagai ibu kota baru kekaisarannya. Ia menghabiskan sisa waktunya sebagai sultan untuk mengonsolidasikan kekuasaannya.

Ketegangan antara dua kekuatan, Mamluk dan Kekaisaran Ottoman

Sejak penaklukan Konstantinopel, hubungan antara dua kekuatan Islam, Ottoman dan Mamluk, menjadi tegang.

Kedua kekaisaran menguasai wilayah yang sangat bergantung pada perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan di Asia. Keduanya ingin menghilangkan persaingan kapan pun memungkinkan.

Kekaisaran Ottoman juga tertarik untuk menguasai kota-kota suci umat Islam, Makkah dan Madinah, yang keduanya dilindungi oleh Mamluk. Ottoman mengalahkan pasukan Persia di Irak pada tahun 1514. Setelah itu, Kekaisaran Ottoman mengalihkan seluruh perhatiannya untuk menghancurkan saingan baru ini di Mesir secepat mungkin.

Pada tahun 1516, Kekaisaran Ottoman menyerang ketika Mamluk sedang lemah. Ottoman menyatakan bahwa mereka adalah penindas dan tidak berhak memerintah kota-kota suci tersebut.

Kedua belah pihak dapat mengumpulkan pasukan yang masing-masing berjumlah hampir 60.000 orang. Namun ini bukanlah pertempuran yang adil. Tentara Ottoman terdiri dari tentara profesional yang baru saja bertempur 2 tahun sebelumnya di Irak. Sementara sebagian besar pasukan Mamluk terdiri dari wajib militer yang kurang terlatih dan diperlengkapi.

Semua pertempuran yang terjadi menghasilkan kemenangan Ottoman yang menentukan. Dan hanya dalam waktu 2 tahun sejak pecahnya perang, Kekaisaran Ottoman menguasai seluruh Suriah, Palestina, Mesir, dan kota-kota suci di Arabia.

Kebangkitan Kekaisaran Ottoman ke tampuk kekuasaan dalam waktu singkat mungkin merupakan salah satu kisah sukses paling luar biasa. Kekaisaran ini tidak hanya mampu meraih kekuasaan, tetapi juga mampu mempertahankannya hingga abad ke-20. Menurut World Atlas, mempertahankan kekuasaan adalah sesuatu yang gagal dicapai oleh banyak penakluk baru lainnya.

Berlangsung selama lebih dari 600 tahun, sungguh luar biasa bahwa Kekaisaran Ottoman mampu menaklukkan dengan sangat sukses. Mereka mempertahankan wilayah yang mereka aneksasi dengan baik meskipun ada upaya dari para pesaingnya.

Saat ini, negara Turki modern mewarisi warisannya, meskipun dengan penekanan yang jauh lebih sedikit pada invasi ke negara-negara tetangga.