Kisah Pigden: Veteran Perang Dunia dan Guru sang Legenda Sepak Bola

By Galih Pranata, Senin, 2 September 2024 | 10:19 WIB
Reuni kembali antara Mr. Pigden (kiri) dengan Ian Wright (kanan), legenda sepak bola Inggris dan Arsenal. Wright mengisahkan gurunya yang berjasa mengubah hidupnya yang ternyata veteran Perang Dunia. (The Telegraph)

Di dalam rumahnya, ia tidak menemukan kebahagiaan dan merasa bahwa dirinya tiada berharga. Di sekolah, dari Pigden, ia guru yang selalu memandang bahwa Ian punya peran dan tanggung jawab dalam hidup.

"Saya dimintanya membantu mengumpulkan daftar hadir siswa, dan sepulang sekolah membantunya untuk memantau susu. Itu sangat bagus, karenanya saya merasa berguna." terang Ian dalam wawancaranya kepada Daily Mail.

Ian mengimbuh, "Tuan Pigden tahu jika saya sangat menyukai sepak bola. Akan tetapi, selama ia mendengar saya telah melakukan kenakalan di kelas, ia tidak akan mengizinkan saya untuk berlatih sepak bola pada siang harinya."

Setelah lulus sekolah, hal yang paling diingat selama Pigden mengajari Ian tentang sepak bola adalah bahwa "Pigden tidak pernah mengajarkan saya untuk menendang bola, tapi melatih saya untuk mengoper bola." 

Di satu sisi, sepak bola tidak mengajarkan Ian menjadi sosok yang ego dan arogan, tetapi memberinya makna bahwa sepak bola juga mengajarkannya berbagi. "Pigden jadi pelatih pertama saya dalam sepak bola," kenang sang legenda.

Ian Wright menjadi salah satu mesin gol dan legenda besar dalam dunia sepak bola. (News BBC Sports)

Kisah Hidup Sydney Charles Pigden

Sydney Charles Pigden lahir di Sydenham, London selatan, pada tanggal 25 April 1922. Ia memiliki seorang kakak laki-laki, Dick. Ayah mereka, merupakan veteran yang telah bertempur dalam Perang Dunia Pertam.

Ayahnya merupakan seorang pengantar susu dan kekurangan uang. Pekerjaan inilah yang terus digeluti Pigden sampai menjadi guru Ian Wright.

Menginjak usia remaja, ia menjadi juru tulis di Kantor Perang sebelum bergabung dengan RAF pada tahun 1941. Dikirim ke Kanada untuk pelatihan sebagai pilot, dan di sana ia menemukan bahwa ia secerdas banyak penerbang lainnya.

Ia menerbangkan Spitfire sebelum skuadron tersebut dilengkapi kembali dengan pesawat tempur-pembom Hurricane. Dari lapangan udara di Inggris selatan, pesawat itu menyerang kapal musuh dan target pesisir.

Kemudian diubah menjadi Typhoon pada bulan Maret 1944, dan menggunakan roket, melancarkan serangan terhadap stasiun radar dan transportasi sebagai persiapan untuk D-Day, Perang Dunia Kedua.