Maka Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dan memperistri Ken Dedes, yang waktu itu tengah hamil tiga bulan. Ken Arok kemudian menggantikan Tunggul Ametunng sebagai akuwu di Tumapel dan semua itu dibiarkan saja oleh keluarga Tunggul Ametung dan rakyat Tumapel.
Setelah 40 tahu menjadi akuwu di Tumapel di bawah kekuasaan maharaja Daha, Ken Arok didatangi oleh para brahmana dari Daha, yang tidak setuju dengan sikap sang maharaja terhadap kaum mereka. Mereka kemudian menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel dengan gelar Sri Rajasa san Amurwabhumi.
Kemudian ia menyerang Daha setelah minta izin kepada para pendeta untuk memakai nama Bhatara Guru, sebab raja Daha, Dandan Gendis, mengataka bahwa hanya kalau Bhatara Guru sendiri turun ke dunia, maka kerajaannya dapat dikalahkan. Maka dalam peperangan di sebelah utara Ganter, Daha dapat dikalahkan dan Sri Rajasa menjadi maharaja di Tumapel (1222 M).
Ken Arok dengan mudah diterima pengabdiannya oleh Tunggul Ametung, san akuwu Tumapel, meskipun Tunggul Ametung pernah memerintahkan menangkap si penjahat yang mengacaukan Tumapel.
Tak hanya itu, mengingat pula bahwa setelah ia berhasil membunuh Tunggul Ametung dengan mudah ia dapat memperistri Ken Dedes, serta menggantikan kedudukan sebagai akuwu di Tumapel tanpa ada campur tangan dari rakyat dan kaum keluarga Tunggul Ametung, Boechari berpendapat bahwa san amawa bhumi yang menyetubuhi ibu Ken Arok (Ken Endok) adalah Tunggul Ametung sendiri.
"Ken Endok sepertinya juga tidak dibawa ke puri, itulah sebabnya Negarakertagama yang merupakan syair pujaan untuk raja dan dinastinya, menyebut Rajasa sebagai keturunan dwa yang lahir tanpa melalui kandungan atau tidak beribu," ungkap Boechari.
Negarakertagama juga mengungkap bahwa seorang penguasa tidak terlalu terikat oleh norma-norma kesusilaan yang umum terhadap wanita rakyatnya. Hal itu tercerminn dari kitab Negarakertagama yang mengatakan bahwa gadis-gadis yang cantik di Jangala dan Kadiri dipilih sebanyak-banyaknya, demikian pula yang tertawan dari keraton-keraton yang lain, mana yang cantik dibawa masuk ke dalam istana Majapahit.
Tunggul Ametung juga memiliki sifat serupa, dalam kitab Pararaton dikatakan bahwa setelah ia mendengar ada serang pendeta di Paawien, Mpu Purwa, yang mempunyai anak perempuan yang terkenal cantik berama Ken Dedes, segera ia pergi ke Paawijen ke tempat tinggal Mpu Purwa.
Ia sangat terpesona oleh kecatikan Dedes dan tapa izin sang ayah yang kebetulan sedang tidak berada di pertapaan.
Menurut urutan ceritanya dalam kitab Pararaton, Ken Dedes dibawa ke Tumapel setelah agak lama Ke Arok diterima, dan tentunya diaku anak oleh Tunggul Ametung.
Dapat dibayangkan bahwa dalam hal ini Ken Dedes lebih layak menjadi istri Ken Arok, sehingga tidak mengherankan juga jika Ken Arok kemudian jatuh cinta kepada istri muda ayahnya sendiri.
Baca Juga: Mengapa Marie Antoinette Jadi Simbol Hedonisme Wanita Bangsawan?