Siapa Sebenarnya Lilith, Istri Pertama Adam dalam Literatur Yahudi-Kristen?

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 27 Agustus 2024 | 14:30 WIB
(Ilustrasi) Adam dan Hawa terusir dari surga. (History Define )

Nationalgeographic.co.id—Mungkin Anda pernah mendengar selentingan mengenai Lilith yang disebut sebagai istri pertama Adam? Lilith sendiri merupakan teka-teki abadi, roh gelap dengan asal-usul kuno yang kemudian menjelma menjadi beragam simbol.

Berbeda dengan tokoh-tokoh mitologi dan cerita rakyat lainnya yang berasal dari era pra-Kristen, Lilith berkembang dari roh iblis menjadi istri pertama Adam dalam cerita rakyat Yahudi, kadang-kadang menyatu dengan Ular di Taman Eden, menjadi femme-fatale pada era Victoria, hingga menjadi ikon feminisme atau daya tarik seksual.

Jejaknya masih terasa dalam sastra, seni, film, pertunjukkan di atas panggung, dan dalam iklan. Momen yang menentukan dalam transisi Lilith dari iblis menjadi simbol daya tarik seksual terjadi pada awal abad ketiga belas, terutama dalam seni.

“Lilith menyatu dengan iblis dalam legenda Sumero-Babilonia yang berasal dari tahun 3.500 SM sebagai salah satu dari beberapa mazakim atau 'roh berbahaya',” ungkap Witcombe Christopher dalam Eve and the Identity of Women.

Witcombe melanjutkan: “Dia dikaitkan erat dengan Lamashtu yang membunuh anak-anak, meminum darah pria, dan memakan daging mereka. Wanita-wanita iblis ini merupakan personifikasi kekuatan yang tak terlihat untuk menjelaskan peristiwa yang tidak dapat dijelaskan.”

Dalam imaji kuno, Lilith dikaitkan dengan "burung hantu dan singa." Singa "mewakili kesadaran maskulin yang dikuasainya."

Sementara kaitannya dengan burung hantu, Barbara Black Koltuv menyebut praktik Kabbalistik Gematria, huruf-huruf dalam nama Lilith jumlahnya sama dengan kata 'screech' (teriakan melengking). "Teriakannya menenggelamkan doa-doa orang-orang saleh, menyebabkan kekacauan bagi yang suci," ungkap Koltuv.

Lilith bisa dilihat bersama peliharaannya dalam ukiran relief yang berasal dari Sumer kuno. Gambar "Eve pertama" bercampur dengan legenda "iblis lillu" yang "memburu pria dan memangsa wanita dan anak-anak."

Menarik untuk dicatat bahwa lilu adalah roh maskulin dalam budaya Akkadia yang kemudian dikaitkan dengan unsur feminin.

Dalam mitologi Yahudi, Lilith diciptakan untuk mendamaikan dua kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian. Seperti yang disebutkan sebelumnya, dia mungkin merupakan roh yang sudah lebih dulu dikenal dalam budaya kuno.

Pertanyaan ini masih diperdebatkan di kalangan sarjana. Diketahui bahwa referensi awal tentang roh yang dikenal sebagai Lilith muncul dalam literatur Yahudi-Kristen.

Baca Juga: Ragam Simbolisme Lilith, dari Dewi Kegelapan hingga Ibu Ratusan Setan

Menurut Koltuv, "Alkitab menyebut Lilith hanya sekali sebagai penghuni tempat-tempat kosong" (Yesaya 34:14). Seperti yang dijelaskan Koltuv, sama seperti "Shekina dianggap sebagai aspek feminin dari Tuhan, Lilith dipandang sebagai sisi feminin dari Samael, Sang Iblis.

Bagi laki-laki, Lilith digambarkan sebagai penyihir yang menggoda, succubus yang mematikan, dan ibu yang mencekik. Semetara bagi wanita, dia adalah bayangan gelap dari diri mereka sendiri.

Lilith juga dikenal dari Alfabet Ben Sira,  teks anonim dari Abad Pertengahan yang terinspirasi oleh Kitab Sirakh dan ditulis di sebuah negara Muslim antara tahun 700 dan 1000.

Dalam Alabet Ben Sira juga disebutkan bahwa Lilith merupakan istri pertama Adam meskipun keduanya sering berselisih dan juga ada  penggambaran menyeluruh tentang hidupnya.

Berdasarkan kisah penciptaan, terdapat kisah berbeda tentang bagaimana Tuhan menciptakan pria dan wanita pertama, setidaknya jika diamati lebih dekat. Setelah menciptakan laki-laki dari debu tanah, Tuhan kemudian menciptakan perempuan dari laki-laki.

Adam selalu ingin memegang kendali, dan Lilith juga menginginkan pergantian posisi seksual yang mendominasi (laki-laki di atas, perempuan di bawah). Lilith memutuskan untuk meninggalkan Adam setelah masalah mereka menjadi terlalu berat untuk ditanggung. Dia menyebut nama Tuhan dan terbang ke udara, meninggalkan Adam sendirian di Taman Eden.

Ketika dia menolak untuk kembali ke suaminya, Tuhan mengirimkan tiga malaikat (Senoi, Sansenoi, dan Sammangelof) untuk mengejarnya. Para malaikat itu memberi mereka perintah untuk membawanya kembali secara paksa.

Namun, ketika para malaikat menemukannya di Laut Merah, mereka tidak dapat memaksanya untuk mengikuti atau membujuknya kembali.

Akhirnya, kesepakatan aneh tercapai di mana Lilith setuju untuk tidak menyakiti bayi jika mereka dijaga oleh jimat bertuliskan nama tiga malaikat. 

Dalam Talmud Babilonia, para rabi percaya bahwa Lilith memiliki "sayap dan bisa mempengaruhi hasil kehamilan." Ia dianggap sebagai penyebab "para pria mimpi basah di malam hari dan terciptalah bayi setan".

Awalnya, Lilith adalah dewi kuno yang hanya dikenal sebagai ibu yang mengerikan, Lilith dari tradisi Talmudik-Rabbinik dan Graeco-Byzantium mengambil aspek ganda, sebagai pelacur suci selain ibu yang mengerikan.

Baca Juga: Benarkah Lilith, Perempuan Istri Pertama Adam dalam Mitologi Mesopotamia?

Lilith digambarkan sebagai sososk yang abadi dan hanya akan menemui kematian pada Hari Penghakiman dan dia masih hidup meski sering kali tidak dikenali.

Referensi sastra pertama tentang Lilith sebagai roh gelap dapat ditemukan dalam tambahan pada Epik Gilgamesh. Referensi tentang Lilith sebenarnya muncul dalam kisah Sumeria berjudul "Gilgamesh dan Pohon Huluppu," yang berisi "kunci untuk memahami tablet kedua belas dari epik Gilgamesh, di mana dua belas baris pertama hampir seluruhnya rusak."

Kisah "Pohon Huluppu" menyediakan kunci untuk memahami tablet kedua belas sehingga banyak sarjana memilih untuk menyertakan kisah "Pohon Huluppu" bersama dengan epik tersebut. Dibuka dengan frasa dongeng "pada suatu waktu," menunjukkan bahwa kisah ini "tidak diragukan lagi merupakan salinan dari materi yang jauh lebih awal."

Asal mula dongeng adalah untuk mendidik anak-anak muda, mengajarkan pelajaran moral, atau, seperti dalam kisah ini, untuk menunjukkan stereotip baik dan jahat. Pada pertengahan abad kesembilan belas, Assyriolog Stephen Herbert Langdon juga merujuk pada sosok Lilu maskulin yang berhubungan dengan Gilgamesh.

Jimat: Perlindungan Terhadap Lilith

Lilith dianggap sangat kuat sehingga menurut Koltuv, “orang-orang masih percaya setetes saja darah menstruasi Lilith mengandung kepahitan dan racun yang mampu membunuh seluruh penduduk sebuah kota.” Korbannya sering kali adalah ibu muda dan bayi.

Keluarga Yahudi Ortodoks di Timur dan Selatan (masih) menggantungkan jimat di ruang bersalin dan di leher ibu baru serta bayi yang baru lahir sebagai perlindungan.

Jimat-jimat ini terdiri dari pita dan tali yang dililitkan di sebuah batu. Beberapa jimat berisi Mazmur 126 atau 121.

Barang-barang pelindung serupa, seperti Mata Jahat, yang diyakini beberapa orang mampu menangkal energi jahat, masih digunakan hingga hari ini baik sebagai jimat maupun perhiasan.

Jimat untuk wanita dan bayi dari zaman abad pertengahan hingga zaman modern menggunakan nama tiga malaikat yang disebutkan dalam Alfabet Ben Sira (Sanvi, Sansanvi, Samangelof) sebagai perlindungan terhadap Lilith.

Para malaikat ini muncul di jimat abad pertengahan yang berasal dari karya Kabbalistik abad kesebelas, Sepher Raziel dan pada jimat dari perkamen yang tidak bertanggal.

Beberapa jimat mungkin memuat nama Adam dan Hawa di bagian dalam dan Lilith di bagian luar, serta pita merah mungkin ditempatkan di ranjang bayi sebagai perlindungan tambahan.

Koltuv juga kemudian menyebutkan banyak contoh jimat dari Kurdistan dan Persia di mana “Tuhan dipanggil” untuk melindungi pemakainya dari kemarahan Lilith.

“Wanita yang tidak mampu membeli jimat perak atau logam sering kali menggambar jimat lingkaran ajaib di dinding atau lantai ruangan tempat mereka melahirkan,” ungkap Koltuv.

Lingkaran ini mungkin menuliskan nama “Adam, Hawa, Lilith, malaikat Sanvai, Sansanvai, Semangelof” atau mazmur (114). Jimat-jimat ini menggambarkan sosok Lilith berbentuk manusia primitif, yang sering kali diikat sebagai upaya untuk menahan kekuatannya.