Benarkah Seseorang Menjadi Jauh Lebih Jujur Ketika Sedang Mabuk?

By Ade S, Selasa, 3 September 2024 | 12:03 WIB
Mungkinkah alkohol benar-benar membuat kita lebih jujur? Mitos atau fakta? Temukan jawabannya di sini! (Michal Jarmoluk)

Ini seolah-olah alkohol mampu menarik topeng sosial yang sering kita kenakan. Namun, penting untuk diingat bahwa apa yang terungkap saat mabuk tidak selalu merupakan kebenaran mutlak.

Pernahkah Anda mendengar teman yang mabuk membuat janji-janji besar yang terdengar sangat serius saat itu, tapi kemudian dia lupa semua itu keesokan paginya? Ini adalah contoh klasik bagaimana alkohol bisa membuat kita mengatakan hal-hal yang mungkin tidak kita maksudkan saat sadar.

Meskipun belum ada penelitian khusus yang secara langsung membuktikan bahwa alkohol adalah "serum kejujuran", berbagai studi tentang dampak alkohol terhadap otak dan perilaku manusia memberikan petunjuk yang menarik.

Apa kata sains?

Sebuah studi tahun 2017 dalam jurnal Clinical Psychological Science mengeksplorasi bagaimana kepribadian peserta berubah setelah mereka mengonsumsi cukup vodka lemonade untuk membawa mereka ke konsentrasi alkohol darah 0,09% — tepat di atas batas legal mengemudi federal di AS dan Inggris.

Pengamat luar menyimpulkan bahwa perubahan terbesar dalam kepribadian peserta setelah minum adalah mereka menjadi jauh lebih ekstrovert. Meskipun penelitian ini tidak menyelidiki apakah alkohol adalah serum kebenaran, masuk akal bahwa seseorang yang merasa lebih nyaman dalam lingkungan sosial juga lebih mungkin untuk jujur.

Namun, alkohol tidak hanya membuat kita lebih terbuka, tetapi juga dapat memengaruhi emosi kita. Saat mabuk, kita mungkin merasa lebih berani, lebih sedih, atau bahkan lebih marah.

Emosi yang bergejolak ini bisa membuat pikiran kita menjadi lebih kacau dan sulit untuk dikontrol. Akibatnya, apa yang kita ucapkan saat mabuk mungkin tidak selalu mencerminkan pikiran kita yang sebenarnya.

"Kami umumnya menemukan bahwa minum alkohol cenderung meningkatkan emosi kami," kata Michael Sayette, seorang profesor psikologi di Universitas Pittsburgh, kepada Live Science dalam sebuah email.

"Kita mungkin mendapati diri kita tersenyum lebih banyak dan berbicara lebih keras dalam interaksi yang menyenangkan, tetapi mungkin, seperti yang dikatakan peneliti [profesor emeritus di Universitas Stanford] Claude Steele, kita mungkin juga lebih mungkin menangis dalam bir kita dalam situasi yang kurang menyenangkan."

Kondisi emosional yang tidak stabil ini bisa membuat kita mengatakan hal-hal yang tidak biasa. Kita mungkin mengungkapkan perasaan terdalam kita dengan lebih mudah, tetapi juga bisa mengatakan hal-hal yang kasar atau menyakitkan tanpa berpikir panjang. Ini mirip seperti ketika kita sedang marah dan tanpa sadar mengucapkan kata-kata yang kemudian kita sesali.

Baca Juga: Satyr, Makhluk Setengah Manusia-Kambing Hobi Mabuk di Mitologi Yunani