Misi Pencarian Bomber Belanda Glenn Martin M-574 di Hutan Kalimantan

By National Geographic Indonesia, Selasa, 3 September 2024 | 16:00 WIB
Pesawat bomber Glenn Martin M-574 milik ML-KNIL jatuh di hutan Kalimantan pada Januari 1941. Kendati hancur, nomor pesawat itu masih tampak jelas di bagian ekor, kendati samar tertutup lumut. (ADY SETYAWAN)

Baca Juga: Warga Belanda dan Indonesia Bersama Memperingati Berakhirnya Perang Dunia Kedua

Tim kecil ini menemukan empat kerangka manusia yang kemudian dikubur di samping pesawat, di mana seharusnya ada lima jenazah. Tentang nasib satu orang lainnya masih belum jelas hingga saat ini, apakah ia berhasil menggunakan kursi lontar, atau selamat dalam kecelakaan lalu meninggal tersesat di dalam lebatnya belantara Kalimantan? 

Pencarian kembali Glenn Martin yang malang

Mendengar kisah itu, saya tak berpikir panjang, rencana segera dibuat, berangkat menuju Berau pada Jumat 30 Agustus 2024. Tiba di Bandara Kalimarau pukul 20.00 WIB, sebuah kendaraan berpenggerak empat roda sudah menanti dengan pengemudinya.

Perjalanan menuju desa Long Keluh memakan waktu sekitar empat jam. Kami melintasi jalanan tanah yang tidak muncul di peta Google, jalanan yang dibangun oleh perusahaan tambang dan pemotongan kayu.

Tepat tengah malam, saya tiba di desa Long Keluh. Saya menuju rumah Paulus Bilung, seorang dari suku Dayak yang nantinya memandu perjalanan menuju lokasi bangkai pesawat. Petunjuk lokasi rumahnya cukup sederhana—rumah bercat merah putih tepat di samping tower.

Usai sarapan pagi kami berangkat. Ternyata bukan hanya Paulus yang akan mengantar saya, istri dan putrinya juga akan turut serta. Kami kemudian naik mobil sejauh tiga kilometer hingga jalan terputus. Setelah itu kami turun dan berjalan kaki.

Remah badan Glenn Martin M-574 yang tersisa. (ADY SETYAWAN)

Dua setengah jam pertama kami habiskan dengan menyusuri aliran sungai, sebagian dari badan terendam air. Keluar dari sungai, kami mulai mendaki. Tak ada jalan setapak, semua tertutup tanaman liar. Paulus sangat lihai dengan mandaunya, antara tangan dan mandau itu seakan sudah sejiwa menyatu. 

Kami menerabas kemiringan lereng antara 50 hingga hampir 70 derajat, cukup curam. Di sepanjang jalur kami banyak menjumpai tanaman berduri yang dengan buas bisa merobek tas, pakaian hingga kulit tubuh. Beberapa duri mengandung racun, ketika masuk menembus kulit akan terasa panas yang menyengat. 

Pun saat kami harus melintasi satu daerah mendekati lokasi jatuhnya pesawat, kami menjumpai koloni semut api. Tak ada satupun dari kami yang selamat dari gigitannya, namun hanya saya yang berteriak kesakitan.

Glenn Martin, pesawat bomber yang dimiliki ML-KNIL, yang memiliki tipe serupa dengan Glenn Martin M-574 yang jatuh di Kalimantan Timur. Nama Glenn Martin ditahbiskan untuk menghormat Glenn Luther Martin (17 Januari 1886 – 5 Desember 1955), seorang pelopor penerbangan Amerika . (Rijksdienst voor het Cultureel Erfgoed)