Port Moresby Kota Paling Berbahaya di Dunia yang Dikunjungi Paus Fransiskus

By Ade S, Jumat, 6 September 2024 | 11:03 WIB
Paus Fransiskus mengunjungi Port Moresby, kota yang dinobatkan sebagai salah satu yang paling berbahaya di dunia. (Kompas.Id/Agustinus Wibowo)

Para diplomat Indonesia di sana memiliki protokol keamanan yang ketat. Mereka tidak pernah bepergian sendirian, baik dengan transportasi umum maupun taksi. Mobil pribadi menjadi satu-satunya pilihan yang dianggap paling aman.

Bahkan, ketika pulang kerja, mobil-mobil dinas mereka selalu bergerak dalam konvoi untuk meminimalisir risiko. Meski begitu, ancaman kejahatan jalanan seperti pelemparan batu atau perampokan tetap menjadi bayang-bayang yang tak bisa dihindari.

Tingginya risiko keamanan membuat para diplomat Indonesia lebih memilih tinggal berdekatan dalam satu kompleks. Hal ini dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan saling menjaga satu sama lain.

Begitu pula dengan Agustinus. Duta Besar Indonesia saat itu, Andreas Sitepu, dengan sigap mengatur agar dirinya menginap di rumah dinas salah satu diplomat, yang letaknya bersebelahan dengan rumah tamu Duta Besar.

Istilah "raskol", yang berasal dari bahasa Inggris "rascal" atau "anak nakal", telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di kota ini. Namun, jangan salah sangka, raskol bukanlah sekadar anak nakal biasa. Mereka adalah geng-geng kriminal yang sangat berbahaya.

Aksi kriminal yang dilakukan oleh raskol sangat beragam, mulai dari perampokan ringan hingga kejahatan berat seperti pemerkosaan dan pembunuhan.

Tingkat kekerasan yang mereka lakukan pun sangat tinggi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Home Office Inggris pada tahun 2004 menunjukkan fakta yang mengejutkan: tingkat pembunuhan di Port Moresby tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan Moskow dan 23 kali lipat lebih tinggi dibandingkan London.

Ancaman dari raskol ini dirasakan oleh semua orang, termasuk para ekspatriat. Didik Wisnu, Atase Pendidikan Kedutaan Besar Indonesia di Port Moresby, pernah mengalami sendiri teror dari raskol.

Pada suatu sore, saat baru saja tiba di rumah, ia langsung dihadang oleh sekelompok pria bersenjata. Dengan tenang, para perampok itu merampas mobil dan barang-barang berharga miliknya. "Dalam keadaan begini, nyawa jauh lebih berharga," pungkas Agustinus.