Derveni Krater, Sebuah Mahakarya Logam dari Peradaban Yunani Kuno

By Ricky Jenihansen, Minggu, 8 September 2024 | 12:00 WIB
Derveni Krater adalah salah satu bejana logam paling rumit dari peradaban Yunani kuno yang pernah ditemukan. (Wikimedia Commons)

Sementara pada bagian tepi terdapat empat patung perunggu. Di satu sisi terdapat Dionysos muda dengan maenad yang kelelahan dan Silenos yang sedang tidur dan di sisi lain terdapat maenad yang memegang ular.

Dalam mitologi Yunani, Dionisos (bahasa Yunani: Διόνυσος atau Διώνυσος) adalah dewa anggur (arak) dan selalu diasosiasikan sebagai dewa pesta.

Sedangkan Silenos adalah seorang teman dan pengajar dewa anggur Dionysus. Silenos adalah mahluk berbadan manusia tetapi memiliki telinga (dan kadang-kadang dengan ekor dan kaki) kuda.

Silenos sangat menyukai minuman anggur dan selalu dalam keadaan mabuk sehingga dia harus selalu disokong oleh Satir atau dibawa oleh keledai.

Sementara Mainad adalah wanita pengikut Dionisos dan anggota paling penting dalam Thiasos, rombongan Dionisos.

Nama mereka bermakna "orang-orang yang menceracau". Seringkali para mainad digambarkan sedang dalam keadaan sangat gembira dan hiruk pikuk akibat mabuk dan tarian.

Pada hiasan repousse utama pada tubuh, seorang pemburu berjanggut dikaitkan dengan tokoh-tokoh Dionysian.

Repousse adalah teknik pengerjaan logam yang menggunakan palu untuk menonjolkan desain pada logam dari sisi belakang.

Beryl Barr-Sharrar, Profesor Seni Rupa di Institut Seni Rupa, New York Universitas, baru-baru ini menulis buku tentang Derveni Krater.

Artefak tersebut ditempatkan dalam konteks arkeologi Makedonia dan dalam konteks sejarah seni sebagai versi awal abad ke-4 yang sangat rumit dari jenis logam yang dikenal di Athena sekitar tahun 470 SM.

David Mitten dari Harvard University mengatakan bahwa bukunya mengangkat mahakarya seni Yunani klasik akhir ini ke status yang setara dengan Mausoleum di Halicarnassus dan Sarkofagus Alexander sebagai monumen seni Yunani terpenting pada abad keempat SM.