Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 1869, seorang wanita Rhode Island berusia 21 tahun bernama Ida Lewis mendayung perahu melewati badai salju di tengah malam. Lautan berombak tak menghentikannya untuk menolong pelaut yang tenggelam.
Demikianlah yang dikenangkan sejarah. Ratusan tahun silam, Ida Lewis menjadi tokoh legendaris, sebagai wanita pemberani. Tak sebatas gendernya, meski usianya yang terbilang muda, tapi keberaniannya luar biasa.
Ayah Ida Lewis adalah seorang pria bernama Kapten Hosea Lewis. Setelah bertahun-tahun bekerja sebagai kapten laut di atas kapal, ayahnya bergabung dengan The Lighthouse Service dan memperoleh posisi terhormat sebagai "Keeper of the Light".
Kembali pada tahun 1800-an, mercusuar memiliki bohlam kaca besar yang terbuat dari cermin reflektif. Lampu minyak harus dinyalakan sepanjang malam.
Setiap beberapa jam, sumbu harus dipotong dan ditempatkan ke dalam lampu minyak, dan cahayanya akan menerangi bebatuan di garis pantai. Ini mencegah kapal-kapal terlalu dekat dengan pantai dan menghindari terjadinya kecelakaan di tengah malam.
Pada tahun 1857, Kapten Lewis mendapat pekerjaan sebagai penjaga mercusuar, dan memindahkan istri dan keempat anaknya untuk tinggal di Pulau Lime Rock di lepas pantai Pulau Rhode.
Pulau ini hanyalah sebidang tanah berukuran kecil berbatu dengan sebuah rumah di atasnya, dan hanya dapat diakses dengan perahu. Ida Lewis baru berusia 15 tahun saat itu, dan dia adalah anak tertua dalam keluarga.
Yang mengejutkan, hanya empat bulan setelah pindah ke pulau itu untuk memulai hidup baru mereka, Kapten Lewis terkena sakit stroke. Kapten Lewis menjadi cacat permanen setelah terkena stroke.
Sakit yang dideritakan Kapten Lewis terjadi bertahun-tahun sebelum adanya terapi fisik modern, dan karenanya mereka harus mendayung perahu untuk meninggalkan pulau, tidaklah mudah untuk membawanya ke rumah sakit.
Di samping itu, ibu Ida Lewis harus mengurus kebutuhannya secara penuh dan juga mengurus ketiga anaknya yang masih kecil, "sementara Ida mengambil alih tugas sebagai penjaga mercusuar," tulis Shannon Quinn.
Quinn menulisnya kepada Hitory Collection dalam sebuah artikel berjudul Ida Lewis and the Keepers of the Light, yang mengisahkan tentang perjalanan Ida Lewis yang heroik. Artikelnya diterbitkan pada 10 September 2024.
Baca Juga: Sepertiga Spesies Terancam Ini Selamat Hanya Lewat Konservasi 0,7% Luas Daratan Dunia
Di usianya yang baru 15 tahun, ia harus berhenti sekolah dan memikul tanggung jawab atas kehidupan orang-orang. Ia terjaga sepanjang malam dan memastikan mercusuar minyak selalu menyala, sambil menatap ke arah laut untuk melihat kapal-kapal yang datang.
Ida Lewis akan begadang sepanjang malam. Saat matahari terbit, adik-adiknya akan bangun untuk bersiap ke sekolah. Ia mendayung perahu bersama anak-anak ke sekolah, dan mengantar mereka sebelum kembali ke rumah.
"Ia akan tidur setelahnya, lalu menjemput mereka saat sekolah usai di siang harinya. Selama bertahun-tahun mendayung adik-adiknya ke sekolah setiap hari, lengannya menjadi sangat kuat dari hari ke hari," imbuh Quinn.
Sebelum pindah ke pulau itu, ayahnya mengajarinya berenang sejak usia sangat muda. Saat berusia 12 tahun, ia menyelamatkan sekelompok pria yang perahunya terbalik dan tidak bisa berenang. Ini bukanlah kali terakhir Ida Lewis menyelamatkan nyawa.
Meskipun Ida Lewis telah melakukan pekerjaan yang hebat untuk menjaga lampu tetap menyala setiap malam, masih ada kemungkinan bahwa kesalahan manusia dapat berakhir dengan bencana.
Selama bertahun-tahun, Ida telah menyelamatkan banyak nyawa manusia tanpa mendapatkan banyak pengakuan publik atas tindakannya, hingga akhirnya salah satu penyelamatannya menjadi berita nasional.
Pada musim dingin tahun 1877, sebuah perahu layar kecil membawa dua orang prajurit, Sersan James Adams dan Prajurit John McLaughlin. Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke Fort Adams di dekatnya.
Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang memiliki perahu itu mengaku berpengalaman dalam berlayar, dan ia setuju untuk mengangkut kedua prajurit itu ke benteng di tengah badai salju.
Badai salju itu begitu dahsyat, sehingga mereka akhirnya menabrak sisi Pulau Lime Rock. Saat kecelakaan itu terjadi, Ida Lewis sedang berdiri di rumahnya mengenakan baju tidur dan bertelanjang kaki. Bahkan, ia juga sedang sakit flu.
Namun, saat melihat kecelakaan itu, ia tidak ragu sedikit pun untuk memakai sepatu. Ia tahu bahwa di dalam air yang sangat dingin, ia hanya punya sedikit waktu untuk berenang keluar dan menyelamatkan tiga orang pria.
Baca Juga: Ini Wilayah Terpenting untuk Selamatkan Sepertiga Spesies Paling Unik dan Terancam
Setelah para korban yang hampir mati tenggelam itu diselamatkan, dibawanya mereka ke dalam rumah Ida Lewis untuk menghangatkan diri di dekat api unggun dan berganti pakaian.
Sayangnya, karena sistem kekebalan tubuh Ida Lewis yang sudah lemah saat ia melompat ke dalam air yang dingin, Ida terkena infeksi di hidung dan tenggorokannya yang disebut difteri.
Para prajurit di Fort Adams sangat berterima kasih kepada wanita muda ini yang telah menyelamatkan para pemimpin mereka, sehingga mereka semua mengumpulkan uang dan memberikan Ida Lewis AS$218 dan sebuah jam tangan emas sebagai tanda terima kasih.
Ia juga mendapat medali emas atas keberaniannya. Uang tersebut digunakan untuk membantu membiayai biaya pengobatannya, dan ia berhasil pulih dari difteri.
Beberapa tahun kemudian, ia menyelamatkan dua prajurit lagi dari Fort Adams yang mencoba berjalan melintasi es beku dan jatuh ke dalam air. Berkali-kali, Ida Lewis membuktikan bahwa ia adalah seorang pahlawan.
Kisah penyelamatannya yang berani dimuat di beberapa majalah, termasuk Harper's Weekly & Life. Para selebriti mulai mengunjungi pulau itu, meminta untuk bertemu dengannya, karena ia kini menjadi seorang yang terkenal.
Bahkan Presiden Amerika Serikat kala itu, Ulysses S. Grant, melaut jauh ke Pulau Rhode hanya untuk menyapa dan menjabat tangannya, mengucapkan terima kasih atas keberaniannya.
Hampir seratus orang akan datang ke pulau itu setiap hari untuk menemuinya, karena ia seperti pahlawan super di dunia nyata. Tidak hanya dia pemberani dan kuat, tetapi Ida Lewis juga benar-benar cantik.
Foto-foto dan ilustrasinya mulai beredar di banyak surat kabar. Dia berusia 21 tahun, terkenal, lajang, dan tinggal di pulau kecil tanpa banyak pilihan pria yang mengajaknya untuk berkencan.
Oleh karenanya, tidak mengherankan jika puluhan pria datang membawa bunga, meminta untuk mendekatinya sebagai calon istri. Banyak dari mereka mungkin adalah tentara dari Fort Adams. Tentu saja, Ida Lewis menolak semua pelamar aneh ini.
Seseorang pernah berkomentar kepadanya bahwa jika dia menikah, dia harus tetap menggunakan nama gadisnya. Mereka tahu bahwa jika dia mengubah namanya, dia tidak akan lagi dikenal sebagai Ida Lewis yang terkenal.
Dia menjawab bahwa dia selalu, dan akan selalu melakukan tugasnya, dan bahwa ketenaran benar-benar tidak penting. Jika dia menikah, dia akan menggunakan nama belakangnya.
Suatu ketika, seorang kapten kapal pesiar bernama William Heard Wilson telah menambatkan kapalnya di dekat pulau itu selama tiga tahun. Ketika mendengar tentang Ida Lewis, ia ingin bertemu dengannya juga.
Namun tidak seperti yang lain, ia sama cakapnya di laut seperti Ida. Mereka jatuh cinta, tetapi pernikahan mereka hanya bertahan selama dua tahun, sebelum mereka berpisah. Ida tetap menggunakan nama Ida, yaitu "Ida Wilson".
Namun semua orang tahu tentang kisahnya, dan pulau tempat ia tinggal dikenal sebagai "Mercusuar Ida Lewis". Ia terus menjaga kebugaran fisiknya, dan menyelamatkan orang-orang yang tenggelam hingga usianya yang ke-60, ia mulai terserang sakit.
Ia terkena stroke, sama seperti ayahnya, dan meninggal pada usia 69 tahun. Selama pemakamannya, semua perahu di pelabuhan berbaris di sekitar pulau dan membunyikan lonceng untuk menghormatinya.
Seorang pria bernama Edward Jansen memindahkan keluarganya dari New Jersey untuk menjadi penjaga mercusuar baru di Pulau Lime Rock menggantikan keluarga Ida Lewis dan adik-adiknya.
Setelah Jansen memiliki seorang anak perempuan, ia menamai putrinya dengan nama Ida, seperti nama Ida Lewis. Putrinya juga tumbuh menjadi penjaga pantai, dan meneruskan warisan penyelamatan nyawa di generasi berikutnya.