Festival Danau Lindu 2024 Sukses Gelar Pariwisata Berkelanjutan

By Ade S, Rabu, 11 September 2024 | 14:03 WIB
Festival Danau Lindu 2024 sukses gelar pariwisata berkelanjutan, lestarikan alam dan budaya. Nikmati keindahan alam danau serta ragam budaya lokal. ()

Nationalgeographic.co.id—Festival Danau Lindu (FDL) 2024 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi bersama berbagai pihak telah sukses digelar pada tanggal 5-7 September 2024 di Desa Tomado, Kecamatan Lindu. Meskipun sempat diuji cuaca yang kurang bersahabat, acara yang mengangkat visi warisan alam dan budaya menuju warisan dunia ini tetap berlangsung meriah.

Dengan mengusung tema "Lestarikan Alam dengan Kearifan untuk Masa Depan Berkelanjutan", FDL 2024 konsisten menerapkan konsep ethno-ecological tourism. Konsep ini menempatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam pengelolaan pariwisata, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan budaya dalam menjaga kelestarian alam.

Sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Sulawesi Tengah, Danau Lindu menjadi pusat perhatian dalam FDL 2024. Keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang dimiliki danau ini semakin diperkenalkan kepada masyarakat luas, sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengembangkan pariwisata hijau.

Komitmen Pemerintah Kabupaten Sigi dalam menjaga kelestarian lingkungan terlihat jelas melalui diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 tentang Sigi Hijau. Peraturan ini menjadi payung hukum dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan alam.

Tersembunyi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Danau Lindu adalah sebuah permata alam yang tak ternilai. Sebagai bagian dari Kawasan Cagar Biosfer Taman Nasional Lore Lindu, danau seluas 34,88 km² dengan kedalaman rata-rata 38 meter ini menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna. Terletak pada ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut, kawasan ini juga kaya akan kekayaan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.

Festival Danau Lindu yang diselenggarakan setiap tahunnya menjadi ajang untuk merayakan keindahan alam dan kekayaan budaya yang dimiliki kawasan ini. Tujuan utama dari festival ini adalah untuk mengembangkan pariwisata hijau dan berkelanjutan. Dengan kata lain, festival ini ingin memperkenalkan konsep pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan melibatkan masyarakat lokal secara aktif.

Salah satu fokus utama Festival Danau Lindu adalah pemberdayaan perempuan. Perempuan di sekitar Danau Lindu memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga lingkungan dan melestarikan budaya lokal. Melalui festival ini, diharapkan peran perempuan semakin diakui dan mereka mendapatkan peluang ekonomi yang lebih baik.

Selain itu, festival ini juga menjadi wadah untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada masyarakat luas, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan begitu, identitas lokal semakin kuat dan apresiasi terhadap nilai-nilai budaya semakin meningkat.

Melalui berbagai kegiatan edukasi dan aksi nyata, Festival Danau Lindu juga berperan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati. Dengan demikian, generasi mendatang dapat terus menikmati keindahan Danau Lindu dan kekayaan alam yang ada di dalamnya.

Pada Festival Danau Lindu 2024 ini lebih menekankan pada isu Perempuan dan Lingkungan, dimana peran perempuan pada tradisi masyarakat to lindu (etnis kaili tado), perempuan memegang peran kunci selain sebagai ibu, peran perempuan dipercaya sebagai media penghubung antara Manusia, Alam dan Sang Pencipta.

Dengan berbagai tujuan tersebut, FDL 2024 berhasil melewati tahapan penyelenggaraan kegiatan yang diawali dari ritual adat sebagai tanda dimulainya Festival Danau Lindu 2024. Prosesi upacara adat menjadi pembuka rangkaian kegiatan FDL 2024.

Baca Juga: Simbol Kebebasan, Rakyat Athena Rayakan Festival bagi Dewa Dionisos

Pada Kamis (5/9/24) tepat pukul 09.50 WITA, R. Edy Suryono dari Direktorat Penyelenggara Kegiatan (Events), mewakili Menteri Pariwisata, bersama Kepala Dinas Pariwisata Sigi Heru Murtanto, Dandim 1306/Kota Palu, Kejari Sigi, serta beberapa pejabat dan pimpinan SKPD Sigi lainnya tiba di lokasi kegiatan dan disambut sebagai tamu kehormatan.

Mereka diterima dengan penyambutan adat berupa tarian atau To Pe aju dari perwakilan masyarakat adat yang disusul dengan pemasangan atribut kehormatan adat berupa Siga atau ikat kepala kepada pejabat laki-laki dan Tali Dangka untuk pejabat perempuan.

"Kepada bapak-ibu sekalian yang telah datang dan hadir untuk mengikuti acara kegiatan Festival Danau Lindu, kiranya kehadiran bapak-ibu sekalian dalam pelaksanaan Festival Danau Lindu ini membawa perubahan dan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sigi, dan terlebih khusus kepada masyarakat Kecamatan Lindu," ujar pemandu acara.

Setelah Majelis Adat Kecamatan Lindu usia memberikan sambutan dalam proses adat tersebut, tamu diarahkan menuju panggung utama untuk acara Popamtodui, dan kemudian mengikuti ritual adat Metimbe berupa penyembelihan kepala kerbau yang menandakan even bisa dilaksanakan yang mengandung makna keselamatan sebuah tempat.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan Tur Jelajah Danau Lindu bagi tamu dan undangan untuk mengunjungi Situs makam Maradindo di Pulau Bola dengan menyeberangi Danau Lindu menggunakan kapal kayu. Seusai menjelajahi Danau Lindu, tamu dan peserta adat kemudian mengikuti ritual Makan Adat.

Festival Danau Lindu 2024 sukses gelar pariwisata berkelanjutan, lestarikan alam dan budaya. Nikmati keindahan alam danau serta ragam budaya lokal. ()

Pada ritual Makan Adat, sebagai suatu tradisi turun-temurun, tentunya harus dipersembahkan untuk menghargai kehadiran tamu kehormatan. Makan secara adat atau lebih lazim disebut Makan Adat adalah warisan budaya dalam menjaga kearifan lokal yang dilakukan masyarakat adat di Kecamatan Lindu.

Makan Adat adalah suatu kebiasaan yang dilakukan sebagai wujud penghargaan kepada tamu atau dalam pelaksanaan event besar, berkaitan dengan budaya dan adat istiadat yang bertujuan untuk membangun etika sosial masyarakat.

Acara ini diisi dengan makan bersama antara masyarakat adat dengan tamu dalam suatu hajatan. Semakin lengkap menunya berdasarkan aturan adat, menandakan semakin besar jenis kegiatannya.

Makan Adat sesungguhnya adalah makan yang menggunakan dulang sebagai piring dengan dilapisi daun pisang. Dulang yang digunakan ada dua bentuk. Ada yang disertai tatakan atau kaki, ada juga yang polos. Peruntukannya menunjukan strata sosial bagi tamu yang dihidangkan.

Sementara menunya merupakan sajian nasi putih dan beras ketan merah. Sedangkan lauknya adalah daging kerbau yang dimasak kuah bening dengan nama masakan Tawalemo. Masakan itu dihidangkan dalam wadah tempurung kelapa yang dinamakan Banga.

Baca Juga: Selisik Anthesteria, Festival untuk Menghormati Dewa Dionisos

Kerbau yang makan adalah kerbau yang dikurbankan dalam tradisi adat Metimbe, yakni pemotongan kepala kerbau sebagai simbol keselamatan sebuah lokasi untuk penanda even besar bisa dilaksanakan.

Selain itu, tradisi Makan Adat juga menyajikan masakan ikan air tawar yang dimasak kuah kuning. Jenisnya boleh ikan apa saja, dengan ketentuan berasal dari Danau Lindu.

Makan Adat memiliki aturan yang tidak boleh dilanggar, yakni peserta Makan Adat tidak boleh mencuci tangan atau berhenti makan sebelum tamu utama selesai makan. Pelanggaran itu akan mendapatkan sanksi adat berupa pembayaran denda satu ekor kerbau. Ketentuan itu akan disampaikan pemangku adat, sebelum makan dimulai.

Majelis Adat Kecamatan Lindu, Amirudin mengaku bersyukur atas kegiatan Makan Adat tersebut, yang dinilainya sukses terlaksana.

"Semua selesai dengan baik. Tidak ada yang mendapat sanksi adat, artinya ritual ini sukses terlaksana," ujar pemangku adat tersebut.Atas kesuksesan itu, ia juga berterima kasih kepada panitia dan berharap seluruh rangkaian acara berjalan dengan baik.

"Saya berterima kasih kepada panitia yang telah menyiapkan acara ini. Semoga seluruh kegiatan dapat berjalan dengan baik, meskipun cuaca tidak bersahabat. Kami memohon maaf apabila ada kekurangan, terkait selera mungkin yang tidak cocok dengan bapak dan ibu, tetapi itulah kemampuan kami," akunya.

Selepas Tradisi Makan Adat, kegiatan FDL 2024 dilanjutkan dengan ekshibisi Junggle Trail Run, Track Hutan Konservasi TNLL, Dawai Suara dan diakhiri dengan Panggung Seni Pertunjukan dan Opening Ceremony yang dilakukan Bupati Sigi, Mohamad Irwan sebagai penutup rangkaian Festival Danau Lindu 2024 di hari pertama.

Saat membuka acara secara resmi, Bupati Sigi hanya menandai dengan ketukan mic empat kali, sebab disaat bersamaan hujan deras mengguyur kawasan Lindu. Sehingga konsep acara pembukaan dengan menumbuk hasil bumi dalam lesung bersama-sama dengan tamu kehormatan, terpaksa ditiadakan.

"Saya ketuk empat kali, karena empat itu tanda kekuatan. Seperti kursi, karena kakinya empat dia akan berdiri kokoh," ujar Bupati Sigi.

Ia mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan Festival Danau Lindu 2024. Ungkapan terima kasih itu secara khusus ditujukan kepada Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura atas dukungan yang telah diberikan.

"Beliau banyak memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Kabupaten Sigi. Maka kami berharap beliau terus melakukan pembangunan di Sulawesi Tengah," tutur Bupati Sigi.

Dalam acara pembukaan tersebut, ditampilkan sambutan dan apresiasi dari Menteri Pariwisata, Sandiaga Uno, melalui tayangan videotron.

Untuk diketahui, kegiatan Festival Danau Lindu 2024 disponsori Bank Sulteng, Kopi Kapal Api, dan Crystalline, serta resmi bermitra dengan Balai Taman Nasional Lore Lindu, Bank Indonesia, Hasan Bahasyuan Institute, Dewan Kesenian Sigi, PAPPRI Sigi, Hannah Indonesia, Exodos57, dan Gampiri Interaksi Lestari.

FDL 2024 ditutup Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi. Selama tiga hari terlaksana, ribuan masyarakat menikmati berbagai sajian acara dalam FDL 2024. Bahkan dalam catatan penyelenggara, perputaran uang mencapai Rp300 juta. Hal tersebut diharapkan menjadi cerminan dalam pelaksanaan FDL selanjutnya dengan tujuan untuk menggeliatkan perekonomian di kawasan Danau Lindu.